Namrole, KT
Kedua tokoh ini dikenal memiliki kedekatan dengan masyarakat Bursel, dan dalam kampanyenya, mereka menekankan komitmen untuk memperjuangkan kepentingan warga serta membangun daerah Bursel dengan pelayanan yang lebih baik.
Kehadiran mereka di desa-desa tersebut merupakan bagian dari upaya meraih dukungan dalam Pilkada 2024, dengan fokus pada program-program pembangunan yang bersifat inklusif serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah itu.
"Katong dua majo ini bukan untuk jadi raja, tapi Katong dua majo untuk siap menjadi pelayanan bagi masyarakat Bursel," ucap La Hamidi di setiap orasi politiknya.
Pelayan yang dimaksudkan LHM adalah mampu memberikan kontribusi jelas bagi s luruh kepentingan masyarakat baik di bidang perikanan, pertanian, kesehatan, pendidikan maupun infrastruktur.
"Beta dan pak Gerson siap jadi pelayan, katong dua ini pernah rasa jadi petani, pernah jadi nelayan dan katong tau kebutuhan masyarakat seperti apa," tegasnya.
"Pelayan itu tau apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, apa yang dibutuhkan petani dan apa yang dibutuhkan nelayan maupun masyarakat secara keseluruhan," tambahnya.Ia mejelaskan bahwa selama menjadi DPRD, dirinya hanya melayani masyarakat dapil Leksula-Kepala Madan, dan berangkat dari pelayan itu LHM ingin melayani masyarakat Bursel secara menyeluruh.
"Di DPRD kewenangan kacil dan tidak bisa mengesekusi apa yang menjadi kehendak rakyat, Beta sadar jadi orang besar itu tidak bisa berpikir untuk kepentingan sendiri tapi kepentingan masyarakat yang lebih besar," pungkasnya.
Senada dengan Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Gerson Eliaser Selsily juga mengaku tidak bisa melayani masyarakat dengan baik selama menjadi wakil bupati aktif.
Hal ini merupakan dampak dari tidak adanya pendelegasian kewenangan seorang bupati kepada wakil bupati dalam mengatur pemerintahan termasuk mengeksekusi kepentingan masyarakat Bursel.
"Pilkada tahun 2024 Beta tidak bersama beliau, Beta lawan beliau makanya Beta pisa dari ibu itu. Bagaimana beta mau melayani masyarakat sedangkan tidak diberi kewenangan," bongkarnya.
GES lebih memilih berpisah dengan bupati petahana karena melihat banyak kejanggalan dalam pemerintahan yang terkesan diatur sesuka hati Tampa mempertimbangkan dampak bagi masyarakat."Dahulu bicara sopan, halus dengan masyarakat padahal barang-barang galap abis. SK pagi untuk orang lain, sore sudah orang lain, Insentif tokoh-tokoh adat di pimpong kiri kanan, pemerintahan ini ancor bubur. Daerah ini mereka atur ikut dong punya mau lupa dampaknya bagi masyarakat," bebernya.
Menutup orasinya, GES meminta dukungan dan doa dari seluruh masyarakat supaya apa yang belum dilakukannya pada periode pertama bisa ia ekseskusi bersama LHM.
"Kenapa beta bilang lawan karena beta tidak diberi kewenangan untuk berbuat banyak bagi masyarakat, beta seng bisa bantu beta masyarakat karena kewenangan dong ambil akang samua. Jadi dukung katong dua, tanggal 27 November pilih nomor 1," tutup GES. (KT/03)
0 komentar:
Post a Comment