Namrole, KT
Salah satu pedagang toko sinar Watolo Bayu mengaku stok beras dan telur yang ada pada tokonya hanya mencukupi hingga esok ( hari ini -red ).
" Stok beras di toko kami sebenarnya masih bisa untuk beberapa hari ke depan, tapi karena mungkin masyarakat sudah tahu kondisi jalan yang terputus, maka masyarakat berbondong- bondong dari tadi pagi membeli beras. Kemungkinan besar stok saya hanya bisa bertahan sampai besok, " kata Bayu.
Terpisah, Mulyadi pedagang sayur mayur di Pasar Koperasi Barasehe ( pasar unit ) juga mengaku tak bisa memutar modalnya untuk berbelanja bahan pangan seperti sayur mayur dan beras, akibat putusnya jalan utama penghubung Kabupaten Bursel ke Kabupaten Buru, beberapa waktu lalu.
" Untuk pasokan sayur mayur ada terkendala, karena dari Waeapo ke sini, unit 11 dan unit 10 pasokan sayurnya sudah tidak ada, karena terkena dampak banjir. Harapannya hanya ke Desa Waekasar sampai ke Desa Savana Jaya. Kalau kita kan tidak sampai ke Desa Savana, kita mentok di unit 16," kata Mulyadi yang juga warga Bursel ini.Dirinya sementara waktu ini memilih untuk tidak membelanjakan bahan pangan yang semuanya di pasok dari Kabupaten Buru, lantaran harga transportasi untuk sampai ke Namrole, naik drastis.
"Kita kalau mau ngambil jalur estafetnya terlalu mahal, sementara kita pending dulu, " tutur mantan pegawai kantor Camat Namrole ini.
Pihaknya mengaku, baru pulang untuk langsung mensurvei harga transportasi yang harus di rogoh koceknya, paska putusnya jalan penghubung kedua Kabupaten ini.
" Kalau ukuran 20 kg di satu titik itu bisa kena 50 ribu. Misalnya tomat di isi 20 kg. Modalnya dari sana 25 ribu per kg, kalau di estafet bisa 100 ribu lebih. Kalau sampai Namrole sama operasionalnya tomat bisa kena 50 ribu per kilo, belum terhitung keuntungan yang di cari pedagang itu sendiri, " ucapnya.
Menurut Mulyadi, teman-teman pedagangnya turut mengalami kerugian, akibat terputusnya jalur transportasi darat ini. Karena ada barang yang sudah di belanjakan tak bisa tembus Namrole, dan akhirnya di kembalikan ke Kabupaten Buru untuk di jual murah agar pedagang tidak terlalu merugi.
Terpisah Jaida Wance mengaku dirinya mengalami kerugian akibat terputusnya jalur utama penghubung kedua kabupaten ini dan kondisi lautan yang pada Kamis, 4 Juli lalu mendapat warning atau larangan berlayar, lantaran cuaca buruk.
"Karena stok sayur mayur saya sudah banyak yang habis, suami saya membeli sejak jadwal keberangkatan Kamis pekan lalu, namun sayangnya, bahan pangan yang kami belanjakan tak kunjung tiba, karena kapal di larang berlayar, belum lagi bahan pangan sayur mayur yang di belanjakan di Kabupaten Buru juga tak dapat sampai di Namrole, karena jalan terputus, " ujar wanita yang akrab di sapa Ida ini.
Untuk kerugiannya, dirinya mengaju tak mengetahui nilai pastinya, karena yang berbelanja adalah suaminya, dan sesudah berbelanja signal di Namrole hilang, karena cuaca buruk dan baru saja muncul pada sore ini, sehingga dia belum sempat menanyakan kerugian yang di deritanya.
Nampak pada semua pedagang sayur mayur di pasar unit ini, sayuran hijau seperti sawi, kangkung, bayam tidak satu pun yang ada di etalase mereka, kalaupun ada, itu pun sudah menguning, dan rusak. Sedangkan sayuran yang tersisa seperti kol, kentang, pare, cabai rawit dan cabai merah, timun itu pun sudah dalam kondisi membusuk.
Sementara itu, pantauan wartawan di toko dian satu stok beras dan telur kosong sudah dari beberapa hari, sedangkan di toko dian utama stok beras hanya tersisa beberapa karung dan stok telur pun sudah kosong, begitu pun di toko Wahyu stok telur hanya tersisa dua tali, sedangkan di toko Lima Jaya stok telur pun sudah kosong dan stok beras tersisa beberapa karung, sedangkan stok beras di toko sinar watolo hanya tersisa puluhan karung dan stok telur hanya tersisa 8 tali. Rata-rata beras jenis premium sudah kosong di pasaran, yang tersisa hanya beras kualitas medium. (Yul)
0 komentar:
Post a Comment