Ambon, Kompastimur.com - Pemerintah telah mengimplementasikan kurikulum merdeka, sebelum kurikulum merdeka, telah di buat sekolah penggerak yang menjadi cikal bakal untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka yang di perkuat dengan project P5.
Hal ini di sampaikan oleh kepala Sekolah SMA Xaverius, Pastor Pius Titirloloby kepada media ini di ruang kerjanya (2/3/2023).
"SMA Xaverius lolos menjadi sekolah penggerak pada angkatan pertama di tahun 2021 - 2022 sekarang untuk sekolah penggerak sudah angkatan ke 3 tahun 2022- 2023, selalu di buat pendampingan dari Kementerian Pendidikan untuk kurikulum ini," ungkapnya.
Katanya, kurikulum merdeka yang di terapkan bagi semua sekolah yang ada, banyak hal yang di dapatkan, mulai dari mengubah proses pembelajaran maupun mindset para guru, warga sekolah dan juga anak - anak.
"Tidak semua sekolah masuk pada sekolah penggerak. Namun jika SMA Xaverius Ambon apabila di minta oleh sekolah lain untuk memberikan pendampingan kami siap membantu," katanya.
Lanjutnya, untuk siswa/i kelas 11 dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat berdasarkan kemampuan mereka dan lintas minimal dua rumpun ini sebagai penunjang pembelajaran ketika masuk pada perguruan tinggi.
Ada juga project penguatan profil pelajar Pancasila (P5) yang merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan.
Untuk pembelajaran project P5 ini, SMA Xaverius telah melakukan eksperimen beberapa hal seperti, sampah di buat menjadi batu bata atau batu batako, dan baru selesai dengan eksperimen air laut di buat menjadi energi listrik.
" salah satu Thema pembelajaran ini anak anak dapat melakukan berbagai produk ," jelas Titirloloby.
"Indikator literasi, Numerasi sudah membudaya bagi SMA Xaverius, serta sudah masuk dalam penilaian sekolah aman berdasarkan hasil survey antara guru dan anak anak ," sambungnya.
Selanjutnya menurut Titirloloby, sekolahnya masih di katakan sekolah inklusif, dalam arti memperhatikan anak - anak yang berkebutuhan khusus karena ini sekolah umum.
"Tidak ada guru khusus bagi mereka, jadi kami masih merintis, maka ada guru yang di arahkan untuk mendampingi dan memperhatikan anak - anak itu," paparnya.
Lebih jau ia menjelaskan, Secara menyeluruh sudah di perhatikan, namun secara umum ada guru BK memperhatikan kebutuhan mereka, tapi secara khusus belum maksimal, sehingga masih dalam konteks merintis.
"Harapannya anak - anak ini akan tetap di latih di dampingi dan tetap di perhatikan agar mereka juga bisa seperti anak - anak lain," tutupnya. (AJP)
0 komentar:
Post a Comment