Ambon, Kompastimur.com - Aksi bersama percepatan penurunan Stunting di dua desa yakni Desa Tawiri dan Laha dilaksanakan oleh BKKBN bersama dengan Lanud Pattimura Ambon.
BKKBN dan Lanud Pattimura menggelar aksi penurunan Stunting untuk dua desa tersebut berlangsung di kompleks Lanud Pattimura Ambon, pada hari hari Senin (20 /3/2023).
Turut menghadiri kegiatan tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku,Sarles Brabar,SE.M.Si serta jajarannya, perwakilan Dari Plt raja Desa tawiri, audrey Tuhuleruw, raja Desa Laha, Muhammad Yasir Mewar, Ketua Kader Posyandu Desa Tawiri dan Laha, para pejabat Lanud dan seluruh jajarannya serta para tamu undangan lainnya .
Komandan Lanud Pattimura,Tiopan Hutapea,S.Sos.,M.A.P dalam sambutan singkatnya mengatakan penanganan Stunting merupakan bentuk perhatian khusus dari pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan asupan Gizi anak dalam waktu jangka panjang.
Stunting ini sangatlah penting untuk membentuk generasi emas di tahun 2035 dan untuk tercapainya peningkatan Gizi wajib makan ikan, tempe, dan minum susu.
"Pada kegiatan ini juga di laksanakan pelayanan kesehatan berupa, pemasangan alat KB, serta pembagian 100 paket sembako kepada keluarga Stunting pada dua desa Laha dan tawiri," ungkapnya.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor secara terintegrasi dan konvergen berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2022 , Selain Inpres Nomor 3 Tahun 2022, juga telah diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
Demikian juga di sampaikan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku, Charles Brabar dalam sambutannya menuturkan bahwa seiring dengan berjalannya program Bangga Kencana maka BKKBN kembali diberi mandat melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas.
"Maka masyarakat harus mampu mengatasi berbagai persoalan terkait dengan penyiapan sumber daya manusia berkualitas untuk mencapai Visi Indonesia 2045 serta mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di tengah masyarakat Internasional," katanya.
Dengan adanya Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), tidak hanya dimaknai sebagai upaya pengendalian kelahiran semata, akan tetapi juga membangun kesadaran setiap keluarga agar memiliki dukungan sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang memadai agar kehidupan keluarga menjadi sejahtera.
"Maka dalam melihat faktor-faktor penentu yang mempengaruhi terjadinya stunting, BKKBN telah melakukan upaya dan langkah-langkah seperti, menyusun dan menetapkan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting yang dikenal dengan RAN-PASTI," jelasnya.
Menurutnya Penanganan permasalahan stunting harus dilakukan secara paripurna, komprehensif, terpadu dan bersifat multi sektoral dengan mengintensifkan pendampingan terhadap keluarga yang berisiko melahirkan bayi beresiko stunting. Pendampingan ini fokus dilakukan mulai pada periode remaja serta calon pengantin, pada masa kehamilan dan pada masa pasca persalinan, serta terus didampingi hingga anak berusia 5 tahun.
Lanjut Brabar, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya.
"Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil, Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR, balita kurus atau wasting dan anemia pada balita. Upaya yang dilakukan adalah pendampingan kepada keluarga berisiko stunting yaitu terhadap calon pengantin, pendampingan kepada ibu hamil, pendampingan kepada ibu pasca persalinan atau ibu menyusui dan pendampingan kepada bayi baru lahir hingga usia 2 tahun," paparnya.
Untuk itu diperlukan pendampingan keluarga di tingkat desa/kelurahan dimana kegiatan pendampingan terhadap keluarga tersebut dilakukan oleh tim pendamping keluarga.
Dalam kerangka pembangunan kualitas sumber daya manusia, permasalahan stunting yang merupakan salah satu bagian dari double burden malnutrition (DBM) mempunyai dampak yang sangat merugikan baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi produktivitas ekonomi dan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, stunting terkait dengan perkembangan sel otak yang akhirnya akan menyebabkan tingkat kecerdasan .
"Untuk mendukung pelaksanaan pencegahannya, telah dibentuk tim pendamping keluarga untuk melaksanakan kegiatan pendampingan kepada Calon Pengantin/Calon Pasangan Usia Subur dan keluarga meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial serta surveilans untuk mendeteksi dini faktor resiko stunting," jelasnya.
Melalui peranan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari Bidan, Kader PKK desa dan Kader KB sehingga dapat melakukan tugas peran penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan dan pendampingan bagi Calon Pengantin, calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, dan anak usia 0 -59 bulan melalui penggunaan aplikasi ELSIMIL terbaru 2.0.
Kepada seluruh Instansi Pemerintah dan swasta serta organisasi kemasyarakatan lainnya, saya minta agar dapat bekerjasama, bahu membahu secara bersinergi dibawah koordinasi BKKBN untuk mewujudkan upaya percepatan penurunan stunting," tutupnya.(AJP)
0 komentar:
Post a Comment