Ambon, Kompastimur.com - Kapolresta Ambon dan Pulau-pulau Lease, Kombes (Pol) Raja Arthur Lumongga Simamora, S.I.K, tegaskan agar persoalan negeri Hitu dan Wakal, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) jangan sampai ada anggota yang terlibat.
Maksud dari penegasakan mantan Kapolres Malteng ini, agar sebagai aparat keamanan TNI-Polri harus betul-betul menjadi penengah mendamaikan.
"Terlebih khusus putra-putri yang berasal dari kedua negeri itu, Wakal dan Hitu." Jangan sampai ada anggota yang terlibat dalam persoalan Hitu dan Wakal," ujar Kapolresta Ambon.
Penegasan ini disampaikan, Raja Arthur, dalam pertemuan Penjabat Bupati Maluku Tengah (Malteng) bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Leihitu, Saniri Negeri, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Pemuda, Senin (6/2/2023).
Pertemuan berlangsung di Musholah Al - Hakim Kompleks Aspol Leihitu.
Diketahui negeri Wakal dan Hitu, kedua (desa) bertetangga ini sempat tidak harmonis, bahkan belum sampai saat ini belum saling berbaur.
Kenyamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) terganggu buntut dari masalah hukum kasus penganiyaan diduga melibatkan pelaku dan korban dari kedua desa ini.
Bahkan, persoalan hukum inipun sudah dalam upaya penanganan Polsek Leihitu dan Polresta Ambon mengukap pelaku penganiayaan.
"Setiap proses upaya perdamaian duharapkan agar tidak menghalangi proses penanganan hukum. Ada pelaku kita proses bila mana ada perdamaian kita buka ruang untuk berbicara kembali," tegas Kapolresta.
Sembari mengingatkan warga kedua negeri agar bijak dalam bersosial media, tidak menyebarkan narasi-narasi bersifat profokatif memperkeruh keadaan.
Saat ini salah satu, terduga pelaku penganiyaan yang terjadi di kawasan Yogim Hitu, terhadap salah satu warga desa Wakal, telah diamankan di jebloskan kedalam Rutan Polresta Ambon. Sementara, terkait permaslahan penabangan pohon dan penganiayaan di Dusun Telaga Kodok, Polsek Leihitu juga melakukan pemeriksaan saksi-saksi.
Sementara Penjabat Bupati Malteng, Muhamad Marasabessy, sampaikan dialog bersama mendengar aspirasi dari kedua negeri, Hitu dan Wakal.
" Kita berkoordinasi dengan Raja, dan para tokoh Jazirah untuk melakukan upaya perdamaian. Tujuan kita satu dan tuntutan, korban kami akan tindak lanjuti. Kami akan berikan bantuan apa adanya kepada pihak korban," ucap Marasabessy.
Lalu, bagaimana respons tokoh masyarakat Wakal, Hitu, dan Hitu Messing dalam dialog menyerap aspirasi masyarakat untuk perdamaian." Pada prinsipnya semua permasalahan bisa diselesaikan, kedua Negeri tidak menghendaki permasaalahan berlarut - larut," kata Raja Hitu, Salhana Pelu.
Kemudian, mengedepankan penyelesaian masalah dari sumbernya yaitu tuntutan atau masukan dari para korban baik dari Hitu maupun Wakal. Salhana Pelu pun berharap semua pihak untuk menahan diri agar perdamaian dapat terwujud.
"Termasuk permasalahan di Jazirah ini agar tidak diekspos di media sosial," kata Dia.
Sedangkan Raja Negeri Wakal, menyambut positif adanya pertemuan dilakukan, pada prinsipnya semua menginginkan adanya perdamaian.
" Kita harus membuat konsep perdamaian yang permanen, jangan hanya perdamaian sementara. Saya mohon cari jalan keluar yang terbaik buat permasalahan Ini agar secepatnya bisa diselesaikan," ujar Ahaja Suneth.
Hal yang sama juga di sampaikan, Raja Negeri Hitumessing, kata Dia, semuah berkeinginan aman. Ia pun menyarankan untuk mendengar penyampaian pihak keluarga korban.
"Sehingga kita sama-sama bisa mengambil langkah agar permasalahan ini secepatnya terselesaikan. Untuk pelaku penganiayaan dan pelaku penabangan pohon juga harus segera ditangkap," cetus Ali Slamat.
Sedangkan salah satu jeluarga korban laka tuggal dan penganiyaan, Bahamu Patta, sampaikan Kejadian Lakalantas Tunggal terindikasi adalah suatu peristiwa pembunuhan, olehnya Ia meminta kepada pihak Kepolisian mengusut masalah tersebut hingga tuntas.
" Kami meminta agar penyelesaian segera dilakukan dengan cara memenuhi permintaan keluarga korban. Bila mana pelaku diserahkan persoalan ini akan selesai," cetus Bahamu Patta. (AJP)
0 komentar:
Post a Comment