Turut hadiri dalam kegiatan ini adalah, para pengurus FKUB Provinsi Maluku dan Kota Ambon, Kesbangpol Provinsi, Kabupaten-kota serta Kemenag Provinsi, Kabupaten, dan kota.
Kegiatan Forum Kerukunan Umat Beragama ini bertemakan "Mewujudkan Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat".
Selaku Ketua FKUB Propinsi Maluku, Abdullah Latuapo, dalam sambutannya mengatakan bahwa umat beragama di Indonesia harus realistis dalam menghindari berbagai hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama, untuk itu FKUB wajib memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memahami nilai utama dari agama itu sendiri dan tanggungjawab agama di tengah Bangsa Indonesia yang menjadi acuan dasar, sehingga agama - agama yang ada bertanggung jawab menciptakan Indonesia yang damai.
"Dalam menciptakan hubungan yang lebih harmonis yang merupakan tujuan membangun Bangsa Indonesia merupakan tanggung jawab terpenting dari semua pihak bukan saja membangun agama tetapi membangun Bangsa Indonesia," tegas Latuapo.
Harapannya melalui dialog - dialog seperti ini, ada bentuk atau model - model perkembangan di akar rumput agar pimpinan dan umat dapat mengambil peran langsung untuk mewujudkan relasi damai di antara merek.
"Selain itu bisa juga melalui aktifitas baku dapa yang dapat dilakukan bersama," harap Latuapo
Demikian pula dikatakan oleh Ketua panitia FKUB, Drs. Haji Abdul Kadir bahwa menjaga kerukunan yang merupakan satu - satunya karya ke depan adalah Forum kerukunan yang ada di Kabupaten Kota.
Kandepag Sebagai Tokoh Agama dan Kesbangpol yang ketiganya merupakan tiga tungku yang dapat memberikan kesan bahwa di provinsi dan kabupaten kota telah siaga dalam persiapan diri mendeteksi berbagai hal yang terjadi di masyarakat.
"Jika sebelumnya ada kejadian- kejadian yang membuat keresahan di masyarakat, maka forum inilah yang dapat menciptakan kedamaian bersama," kata Kadir.
Dengan adanya dialog yang di laksanakan semoga setiap saat ada interaksi semacam menjalin hubungan mesra untuk menghindari pemikiran sempit dari masyarakat.
"Perlu di ketahui bahwa kita semua sama, tidak ada perbedaan, yang di kumandangkan oleh lagu "Pela Gandong" yang merupakan tenda besar yang di wujudkan dalam sebuah penyampaian abadi, dan sudah merupakan sebuah histori yang memacu kita untuk harus membangkitkan kondisi kerukunan, kedamaian yang merupakan kebutuhan, menjadi kebutuhan berarti bagi tiap - tiap orang," tutup Kadir. (AJP)
0 komentar:
Post a Comment