NGOPI bareng ini mengambil tema UUPKS dan Penegakan Hak Asasi Manusia.
Turut hadir di acara tersebut, Plt Kepala KomNasHam perwakilan Maluku, Djuliati Toisutta, koordinator program inklusif, Jemmy Talakua, kelompok kerja dari desa dan kelurahan, kaum laki - laki dan perempuan, insan media serta tamu undangan lainnya.
NGOPI bareng ini dalam rangka Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang berlangsung sejak tanggal 25 November (Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan) sampai tanggal 10 Desember (Hari Hak Asasi Manusia).
Koordinator Program Inklusif, Jemmy Talakua mengatakan dalam upaya mengkampanyekan dukungan dan kepedulian multipihak terhadap tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di kota Ambon serta banyaknya penyandang disabilitas dan kelompok rentan/marginal lainnya yang masih tereklusi, maka
sangat perlu melakukan edukasi dan sosialisasi Hak Asasi Manusia tentang kesetaraan keadilan bahwa semua orang itu sama.
"Program inklusif menggunakan pendekatan gender equality, disability dan socialenclution,yaitu berbicara mengenai ketidak adilan gender, berjuang memastikan soal perempuan dan anak yang merupakan kelompok marginal yang rentang mengalami kekerasan maka patut di lindungi dengan terus memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender," ucap Talakua.
Di satu sisi, lanjutnya, tetap bekerja dan fokus pada disabilitas,
karena kelompok disabilitas termasuk rentang marginal.
"ereka tereksklusif karena keberadaan mereka, tentunya mereka juga memiliki hak yang sama dengan orang lain,
maka Rumah Generasi terus mendorong supaya hak - hak disabilitas makin di sadari oleh banyak orang sehingga para disabilitas dalam tindakan nyata mendapatkan apa yang pantas di dapatkan," ungkap Talakua.
Para disabilitas juga pantas untuk mendapatkan lingkungan sosial yang inklusif, artinya merupakan tugas tanggung jawab semua pihak untuk mengubah cara pandang dalam menghadapi kelompok disabilitas.
"Sehingga cara pandang kita semua mampu menjadikan lingkungan yang inklusif dengan tidak melihat orang yang stabilitas berbeda dengan yang non stabilitas atau yang lainnya," paparnya.
Talakua menambahkan, orang dengan status disabilitas tidak di pandang sebagai orang yang mempunyai keterbatasan jasmani atau tubuh, tetapi harus dilihat sebagai bagian dari keragaman, dan jagan memperlakukan mereka dengan semena-mena.
"tetapi kita harus membangun kesadaran masyarakat dalam konsep sosial inklusif agar dapat terlihat bahwa semua sama dan setara dalam keragaman hidup bersama," tutup Talakua. (AJP)
0 komentar:
Post a Comment