Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Rifai Latuconsina akhirnya angkat bicara soal polemik honor Wasit Turnamen Bola Voli sebesar Rp. 12 juta yang belum dibayarkan.
Dengan didampingi Wakil Ketua KNPI Kabupaten Bursel Buis Biloro, Jumat (14/10/2022) malam di Namrole, Latuconsina kepada wartawan menjelaskan, ia telah memerintahkan agar Ketua Panitia Lokal kegiatan tersebut, yakni Dayan Solissa untuk turut serta hadir dan memberikan klarifikasi, tetapi yang bersangkutan tak datang.
Menurut Latuconsina, sebelum kegiatan Turnamen Bola Voli tersebut dilaksanakan, ia selaku Ketua KNPI telah mengangkat Panitia lokal untuk melaksanakan kegiatan itu yang diketuai oleh Dayan Solissa.
"Berita yang disampaikan oleh wartawan itu semua fear-fear saja karena wartawan punya hak untuk menyampaikan berita, tapi Beta rasa Beta sebagai Ketua KNPI, bukan dirugikan masalah ini, bukan. Tapi sebelum kegiatan ini jalan, Beta sudah membentuk Panitia dan masalah sampai pada koordinasi terkait Wasit, itukan Beta sudah pernah sampaikan, apabila Wasit sudah terbentuk tolong (Panitia-Red) laporkan ke Beta sebagai Ketua KNPI, berapa wasit," kata Latuconsina.
Sebab, lanjut Latuconsina, dari total dana sebesar Rp. 500 juta yang diusulkan pihaknya melalui proposal ke Pemda Bursel dan telah disetujui oleh Bupati Safitri Malik Soulisa, tim anggaran dan telah dibahas oleh DPRD, hanya disetujui pengalokasian dana sebesar Rp. 200 juta yang didalamnya hanya diakomodir honor atau insentif wasit 1 paket 4 orang sebesar Rp. 5 juta.
Namun, tanpa sepengetahuan dirinya, lanjut Latuconsina, ternyata Ketua Panitia, Dayan Solissa telah menyetujui diakomodirnya 10 orang wasit dengan honor sebesar Rp. 12 juta.
"Beta sebagai Ketua KNPI tidak tahu hal itu bahwa sudah ditentukan. Seharusnya secara organisasi harus diberitahukan kepada Beta sebagai penanggung jawab kegiatan ini," jelasnya.
Namun, setelah hampir 2 Minggu dirinya ke Ambon dan kembali ke Namrole, barulah semua wasit mendatanginya untuk bertemu dan menyampaikan bahwa berdasarkan koordinasi Wasit dengan Ketua dan Sekretaris Panitia, maka Panitia telah menyetujui honor Wasit sebesar Rp. 12 juta.
"Beta merasa Rp. 12 juta ini harus ada perincian ke Beta selaku Ketua KNPI dong, tidak serta merta secara organisasi langsung oke, berarti yang bertanggung jawab secara di organisasi ini bukan merasa tidak dihargai, tetapi yang bertanggung jawab kegiatan Jambore itu Beta pung tanggung jawab full, tanggung jawab penuh. Seharusnya dong (Panitia-red) harus sampaikan ke Beta," paparnya.
Namun, kata Rifai, setelah mengetahui hal itu dari wasit, dirinya pun lalu memanggil Panitia dan Wasit untuk menggelar rapat keesokan harinya.
Dimana, di dalam rapat itu, dirinya telah meminta Ketua Panitia untuk memberikan penjelasan terkait jumlah wasit serta honornya.
"Ketua Panitia menjelaskan ke Beta bahwa Ketua KNPI, apa yang telah dikoordinasikan Katong Panitia dengan wasit itu nanti honor Wasit itu dibayarkan setelah selesai kegiatan, inikan kegiatan baru jalan, belum selesai. Lalu Beta tanya honornya berapa banyak? Dong bilang Rp. 12 juta, Beta agak sedikit lucu bagitu, maksudnya Rp. 12 juta ini honor dari mana begitu. Nah lalu dong jelaskan, Beta bilang nanti jelaskan secara internal, secara lembaga ke Beta," jelasnya.
Saat itu, lanjut Latuconsina, dirinya pun telah menekankan kepada Panitia untuk segera membayar honor Wasit sebesar Rp. 5 juta dan jika ada kendala, Panitia maupun Wasit bisa dikoordinasikan dengan dirinya.
"Jangankan sudah ambil uang, belum ambil uang juga tolong laporkan ke Beta sebagai Ketua KNPI yang bertanggung jawab atas kegiatan ini," ujarnya.
Hanya saja, lanjut Latuconsina, dua hari setelah Rapat itu, ternyata berita terkait polemik honor wasit telah ramai jadi pembicaraan.
"Makanya Beta agak sedikit klarifikasi terkait dengan berita, disini kan bilang Ketua KNPI Rifai Latuconsina, tapi kan Katong harus memahami, betul kegiatan KNPI, tapi kan ada panitianya, seharusnya panitianya karena selama ini Wasit tidak pernah koordinasi dengan Beta sebagai Ketua KNPI, Wasit koordinasi dengan Panitia," terangnya.
Karena itu, lanjutnya lagi, seharusnya setelah Wasit koordinasi dengan Panitia, Panitia harusnya lapor ke dirinya dan tak mengambil keputusan sendiri.
"Harusnya Panitia koordinasi ke Beta selaku penanggung jawab, kalaupun itu keputusan Panitia, yang bertanggung jawab itu Panitia dan itu sudah Beta sampaikan ke Panitia," tegasnya.
Lanjutnya, sesuai dengan rincian anggaran yang dialokasikan untuk honor wasit hanya tertera Rp. 5 juta dan bukan Rp. 12 juta.
"Kira-kira dari Rp. 5 juta sampai Rp. 12 juta ini Beta mau ambil anggaran dari mana? Wasit punya kesepakatan dengan panitia atau KNPI? Ini yang persoalan, sedangkan Beta yang Ketua KNPI dibawa-bawa itu. Memang Beta pertanggung jawabkan semuanya, tetapi seharusnya segala keputusan antara Panitia dan Wasit, Beta sebagai Ketua KNPI harus tahu. Tapi ini tidak ada, Beta tidak tahu apa-apa ini," tuturnya.
Padahal, nantinya, selaku Ketua KNPI, dirinya akan dimintai pertanggung jawaban terkait penggunaan anggaran yang seharusnya sesuai dengan proposal yang telah disampaikan.
"Beta tidak mau dipenjara karena salah dalam menggunakan anggaran tersebut," paparnya.
Tetapi, walau namanya turut terseret atas masalah honor Wasit ini, Latuconsina mengaku tetap legowo sebagai Ketua KNPI Kabupaten Bursel.
"Beta sebagai Ketua KNPi Beta legowo, wajar seorang pemuda harus lahir dengan sebuah masalah, Beta legowo," ucapnya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Wakil Ketua DPD KNPI Kabupaten Bursel Buis Biloro mengaku dirinya telah menjemput Ketua Panitia, Dayan Solissa untuk turut hadir dan memberikan penjelasan terkait masalah ini, tapi sayangnya Dayan tak hadir.
"Beta juga sudah jemput Ketua Panitia tapi tidak hadir, sudahlah Beta juga tidak tahu alasannya apa," kata Biloro.
Ia pun turut menguatkan pernyataan Latuconsina bahwa sesuai proposal yang telah disampaikan pihaknya ke Pemda Bursel, honor Wasit hanya tertera Rp. 5 juta.
"Disini Beta mau sampaikan bahwa Katong punya insentif wasit itu hanya 1 paket Rp. 5 juta. Tapi apa yang terjadi dalam berita tadi bahwa 10 orang wasit dengan upah itu Rp 12 juta. Namun dari Ketua Panitia juga tidak laporkan semua hasil ini kepada Ketua KNPI sebagai penanggung jawab penuh dalam kegiatan ini," jelasnya.
Biloro mengaku telah berkoordinasi dengan Wakil Ketua DPP KNPI Bidang Pemberdayaan Potensi Pemuda Milineal, Muhammad Akmal Soulisa dan Ketua DPD KNPI Provinsi Maluku Faisal S Hayoto untuk meminta arahan terkait masalah ini dan telah diarahkan untuk membayar honor wasit sesuai jumlah yang tertera di Proposal.
"Katong sudah koordinasi dengan Waketum dan Ketua DPD I KNPI dan intinya bahwa Waketum dan Ketua DPD I menyampaikan bahwa Katong harus berpatokan pada Katong pung perincian anggaran bahwa insentif wasit 1 paket Rp. 5 juta. Nah yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang menambahkan menjadi 12 juta," ungkapnya.
Sebab, sejak awal, harusnya Panitia melaporkan ke Ketua KNPI Bursel terkait dengan lonjakan nilai honor Wasit tersebut.
"Kalau Rp. 5 juta ini dinaikkan menjadi Rp. 12 juta, mengapa tidak dilaporkan ke Ketua KNPI," tuturnya.
0 komentar:
Post a Comment