SBT, Kompastimur.com - Penolakan terhadap operasinya PT Balam Energy di Bati, Kecamatan Kiandarat, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) terus berlanjut.
Kali ini demonstrasi penolakan lansung dilakukan didepan Kantor sementara PT Balam Energy pada, Rabu (10/8/2022).
Pendemo yang awalnya berkumpul didepan Kantor Dinas Kesehatan SBT tersebut lansung menuju kantor Bupati SBT.
Setelah melakukan orasi selama kurang lebih satu jam, pendemo kemudian ditemui Wakil Bupati SBT. Setelah dari kantor Bupati, pendemo kemudian menuju kantor sementara PT Balam Energy yang terletak di depan Hotel Ahkam kurang lebih pukul 14:00 WIT.
Didepan Kantor, salah satu orator, Rahman Rumuar dalam orasinya mengatakan, Bati merupakan tanah leluhur yang diberkati, sehingga tidak boleh diganggu oleh siapa pun juga.
Menurutnya, kedepan jangan sampai ada pengrusakan lingkungan di Gunung Bati akibat dari hadirnya perusahaan.
"Katong (kami) yakni, negeri ini negeri Barakat maka suatu saat Katong (kami) akan ketemu. Bati tidak bole di obrak-abrik saudara-saudara, Bati tidak boleh diganggu. Pengerusakan lingkungan hidup di hutan Bati karena itu merupakan konsekuensi logis dari operasi perusahaan," teriak Rumuar.
Selain itu, Gunung Bati pernah didatangi oleh sang Proklamator, Soekarno sehingga ini menandakan bahwa Bati diakui oleh negara sehingga harus ditaati dan dijunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat di tanah Bati.
"Kenapa Soekarno nae (naik) di gunung bati, itu artinya negara beserta konstitusinya mengakui bati itu benar adanya," tegas Rumuar dalam orasinya.
Sementara orator lainnya, Ketua LMND SBT, Ikbal Wattimena dalam orasinya mengatakan perjuangan yang dilakukan oleh dirinya beserta kawan-kawan Demonstran akan melahirkan satu keputusan yang dapat menguntungkan masyarakat yang mendiami Bati.
"Beta (Saya) yakin sungguh perjuangan ini akan melahirkan suatu keputusan yang akan menguntungkan katong (kita) pung (punya) masyarakat Bati," teriak Ikbal.
Pantauan Kompastimur.com diarena, susana mulai memanas saat salah satu orator yang diketahui bernama Yani Kella berorasi dengan menggunakan bahasa gunung atau bahasa tanah yang digunakan masyarakat Bati.
Saat itulah sebagian pendemo mulai histeris dan menangis sehingga terjadi saling dorong, untuk dapat terhindar dari semua masalah yang tidak diinginkan.
Melihat kondisi tersebut, Rahman Rumuar dan Samsul Bahri Kelibay mulai mengambil alih gerakan untuk dapat menetralisir kondisi. (KT-FS)
0 komentar:
Post a Comment