Namrole, Kompastimur.com
Ketika banyak pemuda lulusan sarjana memilih menjadi pegawai pada kantor-kantor pemerintahan dan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun Pegawai Tidak Tetap (PTT), ternyata Saiful Sukur, Pemuda kelahiran Desa Oki Baru, Kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku memilih jalan berbeda dan menjadi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Usaha di bidang kuliner menjadi pilihan pria kelahiran 10 Agustus 1985 ini dengan membuka Kedai Fiksu di Kota Namrole dengan mengandalkan sejumlah menu unggulan.
Pria yang akrab disapa Ipul ini, kepada wartawan, Kamis (16/12/2021) bercerita, Kedai Fiksu pertama kali dibuka tanggal 1 Maret 2020 dan langsung diterpa bencana non alam, yakni Pandemi Covid-19 yang mengancam dan menakutkan berbagai belahan dunia, termasuk di Namrole.
"Jadi usaha itu pas lagi panas-panasnya Covid-19," kata lulusan Ilmu Pemerintahan Fisif Unpatti Ambon Tahun 2011 ini.
Lanjutnya, sebelum punya kedai seperti saat ini, pada bulan Juli 2019 usai pemilihan legislatif, dirinya yang adalah Calon Anggota DPRD Kabupaten Buru Selatan Daerah Pemilihan Kecamatan Namrole-Fena Fafan bersama istri telah merintis penjualan menu Ayam Gebrek secara online di Kota Namrole.
"Sebelum ada Kedai Fiksu, kami sudah jualan online Ayam Geprek itu tahun 2019 setelah selesai pemilihan legislatif. Saya yang buat dan istri yang antar jam 12.00 WIT. Istri yang antar karena saat itu karena saya tidak tahu kendarai sepeda motor, tetapi sekarang sudah jago bawa sepeda motor," ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Lanjutnya, saat pertama kali memulai usaha secara online ketika itu pihaknya hanya bermodalkan dana sebesar Rp. 8 juta sisa kredit sang istri dengan maksud pembiayaan proses pencalonannya sebagai Calon Anggota DPRD Kabupaten Buru Selatan.
"Usaha itu dimulai dengan sisa kredit istri saya waktu itu untuk Calon DPRD sebesar Rp. 8 juta. Modal tidak cukup, tapi modal berani saja. Selain itu, kami mengandalkan kemampuan untuk mendesain Kedai dengan limbah kayu dan barang-barang bekas," terangnya.
Pada saat itu, tambahnya, saya berfikir bahwa bisnis kedai di Namrole itu belum ada, padahal punya prospek yang menjanjikan. Sebab, yang ada hanya usaha kuliner seperti warung pada umumnya.
Saat ini, tambahnya lagi, ketika telah memiliki Kedai Fiksu, sejumlah menu utama dan spesial pun disediakan bagi setiap konsumen atau pengunjung, yakni ayam geprek, nasi goreng dan steak ayam.
Selain itu, ada pula sejumlah minuman andalan yang selalu siap disuguhkan pagi pengunjung, yakni minuman air mata mantan, moca float, lautan asmara, janda muda, orang ketiga dan banyak minuman kekinian yang hanya bisa ditemukan di luar Namrole.
"Menu-menu yang kami sajikan hanya ada di Kedai Fiksu, sebab selama ini masyarakat yang ingin mencicipinya harus ke Ambon dan di daerah lain. Tapi, kini kami sudah bisa menyajikannya bagi masyarakat disini," ucapnya.
Bahkan, pengunjung Kedai Fiksu pun kini sangat beragam, baik yang merupakan warga Kabupaten Buru Selatan, pun dari berbagai daerah lain yang berkunjung di Namrole.
"Alhamdulilah untuk peminat itu dari semua kalangan, baik dari anak-anak sampai dewasa, masyarakat biasa, pegawai honor, PNS maupun para pejabat. Bahkan masyarakat dari luar Buru Selatan, seperti Namlea, Ambon dan dari luar Provinsi Maluku yang melakukan tugas di Namrole sering mencicipi menu kedai kami, karena mereka penasaran dengan nama-nama minuman yang kami tawarkan," urainya.
Katanya, prospek pada awal usaha di tengah pandemi Covid-19 yang turut menimpah Namrole ternyata tidak berdampak merugikan usaha yang dijalani pihaknya, malah menguntungkan.
"Karena walaupun pandemi Covid-19, masyarakat penasaran dengan menu dan suasana kedai yang kami tawarkan," ucapnya.
Katanya lagi, saat ini, Kedai Fiksu yang dikelola bersama istri tercinta pun telah dibantu oleh tiga orang pegawai yang digaji per bulannya.
Pria yang pernah aktif sebagai aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini pun bercita-cita dan menaruh target, kedepan pihaknya bisa semakin mengembangkan Kedai Fiksu dan melebarkan sayap sekelas cafe-cafe di Kota Ambon sehingga bisa menyerap banyak tenaga kerja, khususnya anak muda yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang bangku perkuliahan.
Ia pun mengaku bahwa saat ini ia tidak mempunyai keinginan lagi untuk menjadi seorang pegawai pemerintahan, termasuk belum berfikir untuk mencalonkan diri lagi sebagai Calon Anggota DPRD Kabupaten Buru Selatan, sebab dirinya ingin konsisten menjadi seorang entrepreneur yang bebas dan tidak terikat serta memiliki penghasilan yang cukup.
"Karena saya berfikir kalau bisa menjadi bos kenapa harus menjadi bawahan. Disni saya bebas berekspresi dan usaha kedai juga bisa memfasilitasi saya bertemu dengan para politikus sehingga ilmu saya juga masih bisa dikembangkan," ucap pria yang kini menjadi Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Buru Selatan itu.
Sementara itu, sebagai pemuda yang telah terjun langsung sebagai pelaku UMKM dan merasakan keuntungannya, Ipul pun mengajak pemuda-pemudi di Buru Selatan mengikuti jejaknya dan entrepreneur lain yang telah lebih dulu meraih sukses.
"Saya ingin anak-anak muda Buru Selatan merubah mindset bahwa kerja itu tidak hanya sebatas menjadi PNS maupun PTT, tetapi anak muda yang sebenarnya adalah anak muda yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda yang lain melalui bakat dan kemampuan yang dimiliki," tuturnya. (KT-01)
0 komentar:
Post a Comment