Bangkinang Kota, Kompastimur.com
Mendengar informasi adanya kondisi siswa yang harus menaiki keranjang sawit untuk menyeberangi sungai demi mendapatkan pendidikan di daerahnya, Bupati Kabupaten Kampar, H. Catur Sugeng Susanto, SH Datuk Rajo Bertuah langsung turun ke lokasi untuk melihat kondisi ril rakyatnya tersebut. Jumat (11/6).
Catur merasa, tidak mungkin kondisi seperti yang digambarkan oleh para netizen dan media itu terjadi di wilayahnya, karena di masa kepemimpinannya, persoalan pendidikan dan kesehatan merupakan persoalan prioritas yang diperhatikannya.
Dilokasi tempat viralnya aksi 3 (tiga) bocah SDN 011 Desa Kuntu Darussalam Kecamatan Kampar Kiri (Derni Zebua, Marfin, dan Jenira) tersebut, Bupati Kabupaten Kampar, H. Catur Sugeng Susanto, SH Datuk Rajo Bertuah mengatakan, bahwa dirinya terkejut dengan adanya berita yang sempat viral tersebut.
“Saya baru mengetahui berita itu tadi malam, makanya setelah subuh tadi saya langsung ke sini bersama OPD terkait, untuk melihat kondisi riil yang ada di lapangan” ungkap Catur.
Catur Sugeng mengatakan, saat mendengar informasi tersebut, dirinya meyakini berita itu tidak seperti gambaran yang diviralkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut.
"Namun, untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya, kita langsung turun ke lapangan," jelas Catur.
"Setelah kita lihat kondisi riil, diketahui bahwa anak-anak tersebut merupakan siswa SDN 011 Kuntu Darussalam. Keranjang yang mereka jadikan tempat bersenggayut tersebut bukanlah fasiltas untuk mereka menyeberang sungai ketika hendak pergi sekokah setiap harinya, tetapi keranjang yang dilengkapi dengan katrol dan tali sling tersebut adalah sarana yang dimanfaatkan pengusaha perkebunan untuk melangsir hasil panen buah sawitnya," ungkap Catur Sugeng.
Sementara itu, pemangku adat dan Kholifah Kenegerian Kuntu, Harizal mengatakan, bahwa lokasi tempat tiga bocah viral tersebut bukanlah lokasi pemukiman warga masyarakat. Lokasi tersebut adalah barak (pondok) penjaga dan pekerja perkebunan pengusaha dari Medan.
Tiga bocah itu adalah anak pekerja kebun. Pekerja kebun itu juga merupakan pekerja yang tidak tetap. Pekerja itu selalu berganti. Mereka hanya bekerja kadang kala sekitar 3 bulan atau lebih. Adakalanya pengusahanya yang memberhentikan atau pekerja itu berhenti sendiri.
“Artinya, pekerja itu bukanlah masyarakat asli tempatan Kuntu Turoba atau Kuntu Darussalam," ungkap Hesrizal pemangku adat kholifah Kenegrian Kuntu.
Selain itu, Kades Kuntu Turoba, Asril mengatakan, bahwa Pemerintah Kabupaten Kampar sudah membangun fasilitas jalan dan jembatan untuk sarana transportasi masyarakat.
Hal yang sama juga diungkapkan Kades Kuntu Darussalam, Maldanis bahwa Jembatan Sungai Sinantan ini telah dibangun Pemda Kabupaten Kampar pada tahun tahun 2010 yang lalu.
"Jembatan yang setiap hari dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut juga telah direhab pada tahun 2017 yang lalu," ungkap Maldanis.
Menanggapi berita bocah yang viral tersebut, Maldanis mengatakan, memang jika para bocah tersebut melewati jembatan yang dibangun oleh Pemerintah ini ke sekolah, maka jaraknya memang agak lebih jauh ketimbang bocah tersebut melewati jalan pintas yang biasa mereka lewati itu.(KT-srn)
0 komentar:
Post a Comment