Namlea, Kompastimur.com
Penambangan emas ilegal di Gunung Botak Kecamatan Waelata, dan Gogorea, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, yang dikhabarkan masih bergeliat, ternyata mati suri.
Wartawan media ini dari Namlea, Kabupaten Buru, Jumat (12/03/2021) melaporkan, belum dapat dibuktikan ada aktivitas ilegal di tambang tersebut sebelum ditutup paksa 15 Nopember 2015 lalu.
Pasca penutupan waktu itu, masih ada riak-riak kecil perlawanan dari masyarakat dengan alasan tuntutan perut, sehingga mereka kembali menambang.
Walau tidak seramai di tahun 1012 s/d tahun 2015, ada sejumlah masyarakat masih bertahan di Gunung Botak dan Gogorea, sehingga sering kali aparat keamanan harus bolak-balik melakukan penertiban.
Namun di era Irjen Pol Royke Lumiwa menjadi Kapolda Maluku, Gunung Botak dan Gogorea benar-benar ditutup paksa sampai hari ini.
Beberapa penambang ada yang nekad masuk diam-diam ke lokasi tambang lewat jalur-jalur tikus. Namun bila tertangkap aparat, mereka diproses hukum dan disidangkankan di PN Namlea.
Langkah tegas penindakan hukum itu masih berjalan sampai hari ini saat Polres Buru diawaki AKBP Egia Febry Kusumaatmaja dan diback-up Dandim 1506/Namlea, Letkol Arh Agus Guwandi.
Sumber di kepolisian menyebutkan, oknum - oknum atas nama APRI yang diotaki Irwan Molle alias Irawan Tambang, juga pernah berusaha memasuki kedua lokasi tambang itu dengan alasan edukasi melatih masyarakat.
Namun faktanya, yang diincar adalah hasil emas, sehingga Irwan Molle tidak diberi angin oleh aparat keamanan untuk beroperasi di sana.
Terakhir, aktifitas rendaman emas di Tambang Gogorea juga ditutup paksa . Tetapi Irwan luput dari jeratan, karena duluan tinggalkan Namlea.
Namun yang disesalkan, setelah tinggalkan Pulau Buru, Irawan yang juga lama bercokol sebagai penambang ilegal di daerah itu, kini berulah.
Dari Ibukota Jakarta, ia mencoba menggalang kekuatan dengan sejumlah aktifis untuk berdemo. Salah satunya, mendesak Kapolri dan Kasad agar memerintahkan Kapolda dan Pangdam agar mencopot Kapolres Pulau Buru dan Dandim 1506 Namlea.
Kapolres Egia dan Dandim Agus Guwandi tidak gentar dengan mainan Irwan Molle lewat tangan beberapa mahasiswa di Jakarta ini.
Dihubungi beberapa hari lalu lewat WA, Dandim Agus Guwandi yang belum genap setahun bertugas di Pulau Buru dengan bijak mengatakan, bahwa jabatan ini hanya amanah. Kalau waktu berganti juga akan terlaksana pergantian dan bukan karena demo. "Masalah gunung botak itu punya pemerintah, TNI hanya backup Polri," tegas Dandim Agus Guwandi.
Senada dengan Dandim, Kapolres Egia menegaskan, sudah berusaha maksimal untuk menjaga lokasi tambang yang masih ditutup untuk umum. "Kalau ada masyarakat yang tidak puas, silahkan disampaikan keluhannya," pinta Kapolres.
Kapolres Egia mengatakan, tidak ada dari kami (Kapolres dan Dandim) seperti yang dituduhkan membiarkan penanbang ilegal di sana.
"Bapak bisa lihat sendiri lokasi yang harus dijaga seluas itu hanya dengan beberapa personel saja. Saya rasa anggota saya sudah sangat maksimal, dengan segala resiko bertugas di atas sana. Termasuk resiko diperiksa jika melakukan hal-hal yang mencederai nama baik institusi," yakinkan Kapolres Egia.
Benarkan tuduhan kelompok Irawan itu? dua hari lalu sejumlah wartawan naik lagi ke eks lokasi tambang ilegal. Dari pantauan langsung, Gunung Botak dan juga Gogorea dalam keadaan mati suri.
Lubang janda yang sempat diberitakan di beberapa media online bahwa konon ramai dengan aktifitas tambang, terlihat kosong-melompong.
Di lokasi tersebut hanya ditemukan bekas lubang-lubang galian yang telah lama ditimbun atau ditutup. Tidak ada aktifitas apapun disana yang menunjukan adanya proses PETI.
Melalui jalur extrim, media ini juga sempat menelusuri setiap sudut wilayah Gunung Botak, namun hasilnya tidak satupun dapat dijumpai ada penambang atau peralatan penambang.
Seorang warga yang berdomisili di sekiatar lokasi tambang Gunung Botak, Ibu Tami menyebutkan, tidak ada aktivitas penambangan yang diijinkan oleh aparat keamanan.
Namun Ibu Tami, mengakui ada warga yang terus mencoba masuk menambang. Namun dilakukan sembunyi-sembunyi.
“Iya benar, ada penambang yang masuk ke areal Gunung Botak, tapi secara sembunyi-sembunyi. Kucing-kucingan dari aparat keamanan yang bertugas di sini. Aparat yang ada semua di sini sangat ketat. Tidak boleh masuk. Sementara kami hanya mencari sesuap nasi bukan mencari untuk menjadi kaya. Akhirnya, kami harus sembunyi-sembunyi,” keluh Ibu Tami.
Ditanya soal jalan masuk penambang yang terhindar dari pandang mata aparat keamanan, katanya sangat banyak jalan masuk menuju lokasi tambang.
"Aparat hanya sedikit, areal tambang sangat besar. Penambang akan masuk lewat jalur dimana tidak ada aparat keamanan disitu. Dan saat kehadiran penambang tertangkap mata aparat, penambang pasti secepatnya lari, karena jika dikejar aparat juga belum tentu sampai dengan cepat mengingat jarak dan kondisi jalan yang terjal,” jelasnya.
Ibu Tami dengan nada memelas, berharap agar Pemerintah Daerah Kabupaten Buru dan Pemerintah Provinsi Maluku bisa secepatnya membuka lokasi tambang secara resmi agar tidak lagi ada kucing-kucingan dengan aparat keamanan serta tidak ada lagi kesusahan ekonomi seperti sekarang ini.
“Untuk pemerintah tolonglah lihat kondisi kita. Kami minta tambang ini kembali di buka. Jangan kita main kucing kucingan terus. Kami ini butuh uang. Anak saya sudah dia orang putus kuliah karena tambang tutup. Tambah lagi sekarang sudah dekat puasa. Kami mau dapat uang dari mana. Tolong lah pak,” asah Ibu Tami. (KT-10)
0 komentar:
Post a Comment