Pangelangan, Kompastimur.com
Keboh Kohan merupakan pertanian hidroponik yang dikembangkan di Pangalengan Jawa Barat, Indonesia.
Berawal dari memanfaatkan lahan barang bekas yang disulap menjadi lahan pertanian. Beberapa komuditas yang ditanam seperti pakcoy, caisim, bayam, kangkung dan lain lain.
"Sayuran ini di tanam dengan sistem tanam NFT dan DFT hidroponik. Sayuran hidroponik ini tentu saja akan menghasilkan sayuran sehat dan bernutrisi yang dipasarkan ke Pasar Bandung, Supermarket maupun tukang sayur keliling. Tidak menggunakan pestisida, karena dibangun dan ditanam di dalam green house atau rumah tanamanu," kata Han Chandra, pemilik Kebun itu.
Han Chandra tumbuh besar di Pangalengan, kota pegunungan di sebelah Selatan Kota Bandung, dimana sayuran yang sulit tumbuh di daerah lain bisa bertumbuh subur di sini akan tetapi promosi, penyuluhan, dan pengembangan produksi tidak optimal.
Han Chandra bukan seorang ahli tani namun ia cinta pertanian, Han type seseorang yang percaya bahwa tanah Indonesia itu bisa menghasilkan, bermula dari banyak bertanya, mengumpulkan banyak info.
Han membuat kebun di tanah tak terpakai, ia percaya jika banyak orang mengikuti langkahnya Indonesia tidak akan kekurangan pangan.
"Sungguh miris sekali Indonesia sering mengalami lonjakan harga pangan dan kekurangan gizi padahal iklim dan tanahnya mendukung pertanian yang maju," ucapnya.
Olehnya, Han segera melangkah dan membuat usaha kebun kohan dari nol di tahun 2019 bermula dari bekerjasama dengan petani kopi dan alpukat.
Han pun merintis kebun sayuran dari sawi, pakcoy, selada butterhead, romaine, kangkung, bayam dan kale.
Kebun sayurannya kini dipasarkan di daerah Bandung dan sekitarnya, sedangkan untuk pasar Jakarta masih terkendala kurang cepatnya distribusi hasil kebun.
Akan tetapi semua hasil panen bisa terserap bahkan agak kurang banyak karena promosi dan follow up yang baik dari timnya.
Keberadaan Han Chandra sebagai public figure di bidang modeling dan penulis buku diakui memberi kontribusi dalam mempromosikan kebun Kohan.
Tapi yang paling penting bukan itu, banyak orang muda, berpendidikan dan melek teknologi akan banyak bermunculan, mereka bisa jadi petani muda yang mengerti export dan bisa marketing, disamping itu mereka bisa mengkritisi kebijakan pertanian yang salah, melawan mafia pupuk dan petanian secara tepat sasaran.
"Dari sisi pengembangan dan export hasil tani Indonesia masih ketinggalan bahkan dari Vietnam, jelas di sini ada banyak kebijakan yg salah," ucapnya.
Han berharap akan ada banyak petani muda yang bangkit untuk ketahanan pangan. (KT-Rls/P)
0 komentar:
Post a Comment