Namrole, Kompastimur.com
Kepala
desa Neath, Kecamatan Leksula, Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Anthoni Nurlatu
angkat bicara soal keterlambatan pembangunan jalan setapak dilingkungan tiga
desa tersebut.
Kepada wartawan
di Namrole, Nurlatu mengatakan keterlambatan pembangunan jalan setapak
lingkungan tiga disebabkan karena faktor alam dimana beberapa bulan lalu curah
hujan di kabupaten Bursel begitu tinggi sehingga pihaknya belum bisa mengerjakan
jalan yang difokuskan dilingkungan tiga desa setempat.
“Dibilang
tidak membangun dilingkungan tiga itu
salah, kami sudah sepakat untuk membangun jalan setapak di lingkungan tiga dan sebenarnya harus dibangun 200 meter pada
pengukuran pertama tetapi karena Corona ini dananya terpotong dan sisa anggaran
ini kami akan bangun 100 meter lebih tetapi karena kondisi hujan kemarin dan
mobil tidak bisa naik ke desa maka sedikit terkendala,” ucap Nurlatu, Rabu,
(12/8/20).
Nurlatu katakan,
disamping musim hujan, matrial pasir juga sedikit terlambat tetapi sebagian
besar matrial sudah dibayar dan tinggal diangkut ke lokasi kerja.
“Jadi kami
tinggal tunggu panas saja lalu sudah mulai kerja. Untuk pembayaran itu bukan di
saya tetapi pembayaran kemarin itu melalui staf saya yang sudah dipercayakan. Staf
bagian kepala urusan pembangunan dan keuangan yang bayar bukan saya,”
terangnya.
Disamping itu,
terkait tudingan pembayaran hutang ditahun 2019, Nurlatu menepisnya dan
mengklaim bahwa di tahun 2019 tidak ada hutang piutang. Kalaupun yang disampaikan
hutang di tahun 2019 itu harus diperjelas, itu hutang untuk apa dan hutang pribadi
atau hutang desa.
“Mereka tuding
saya bayar hutang, hutang pribadi atau saya bayar hutang desa. Dalam kaitan ini
kalau saya bayar hutang pribadi dengan uang desa atau DD harus dibuktikan,
sebab setahu saya belum ada hutang piutang atas nama desa di tahun 2019,”
ucapnya.
“Kalaupun hutang
pribadi, berarti dia yang bersangkutan telah mencampuri urusan pribadi saya dan
menyerang kehormatan saya sebagai pimpinan desa,” sambungnya.
Lebih jauh
Nurlatu menjelaskan, terkait harga pembayaran tukang sesuai RAP itu memang
sebesar Rp. 23 Juta namun karena condisi
Covid, dan semua anggaran kegiatan di potong maka yang disampaikan ke tukang
adalah Rp. 15 juta.
“Tadi sudah
saya sampaikan bahwa anggaran itu sudah tercantum tetapi setelah Covid itu
semua anggaran di potong, bukan saja anggaran ini, tapi anggaran untuk
rehabilitasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
juga dihapus karena Corona, padahal yang paling penting itu air bersih walaupun
sudah dibangun tetapi masyarakat masih mengeluh dengan air,” jelasnya.
Ia berharap,
semua masyarakat yang ingin mengkritik pemerintahannya harus lebih dulu
melakukan kroscek kondisi desa dan selalu melakukan koordinasi dengan
pemerintah desa Neath aga dapat mengetahui duduk permasalahan yang sebenarnya.
“Kalau mau
kritik, kritik sebagai anak negeri dengan kritikan yang membangun, itu kan
wajar dan tidak jadi masalah, tetapi kalau mau kritik bahwa beta bayar hutang
piutang, beta tidak membangun di desa itu harus lihat dulu di desa apa yang
sudah saya perbuat,” paparnya.
Dikesempatan
itu, Nurlatu membeberkan sejumlah keberhasilannya dalam membangun desa Neath dan
sejumlah bangunan yang yang dibangun untuk kemajuan desa yang dipimpinnya.
“Saya beli
Tosa, bangun air bersih, bangun saluran air, bangun bak sampah dan selanjutnya
ini bangun setapak. Cuma karena Covid dan hujan kemarin makanya setapak belum
dikerjakan. Kedepan kami berencana beli mobil untuk akses karena medan yang
berat menuju desa,” tandasnya. (KT/02)
0 komentar:
Post a Comment