Sorong, Kompastimur.com
Dimasa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat roda ekonomi sebagian besar masyarakat Papua Barat terutama Kota Sorong mengalami penurunan drastis, para pekerja swasta banyak yang diberhentikan alias dirumahkan dengan alasan pandemi Covid-19 berkepanjangan yang menghentikan kegiatan ekonomi daerah dan berdampak kerugian pada perusahaan.
Dampaknya turut dirasakan oleh 40 orang karyawan PT Elia Pratama yang berkedudukan di km 8 depan bandara DEO Kota Sorong. Ke 40 karyawan tersebut mempertanyakan sistim kotrak dari perusahaan yang dinilai tidak jelas karena mereka merasa telah mengikuti tahapan yang diperlakukan perusahaan untuk sistim kontrak kerja mereka.
Fredik Kana kepada wartawan Kompastimur.com, Selasa (30/6/2020) diruang kerja LBH Gerimis selakup dari ke 40 karyawan mengatakan mereka telah memenuhi prosedur untuk melanjutkan kontrak kerja untuk diperkerjakan di wilayah kerja SKK Migas, namun kepastian untuk pemanggilan kerja tidak kunjung ada, yang mereka dapatkan hanya informasi terkait mereka sementara tidak diakomodir untuk kembali bekerja yang pemberitahuannya hanya melalui telepon seluler.
Hal ini menimbulkan rasa ketidakpuasan ke 40 karyawan tersebut.
"Kami adalah karyawan yang sudah bekerja sangat lama di wilayah kerja SKK Migas. Jadi performance yang kami miliki sudak tidak bisa diragukan lagi, namun kenapa dari pihak perusahaan yang menaungi kami tidak bisa melihat hal itu," tegas Fredik.
Hal serupa ditegaskan oleh Ketua LBH Gerimis Yoseph Titirlobi, SH selaku kuasa hukum dari ke 40 eks karyawan PT. Elia Pratama.
"Kami merasa sangat keberatan atas sikap atau tindakan yang dilakukan perusahaan untuk merumahkan ke 40 karyawan tersebut," ucapnya.
Yoseph menegaskan Ia juga sangat berpengalaman di bidang pekerjaan outsorcing ini.
"Saya tahu proses dan mekanismenya. jadi jangan main-main dengan sistim bila nanti terdapat ketidakberesan dalam proses penerimaan tersebut akan saya ungkap dan proses secara hukum," tegas Yoseph. (KT-Benn)
0 komentar:
Post a Comment