Jakarta, Kompastimur.com
Harvick Hasnul Qolbi Bendahara
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) seorang intelektual muslim ini
mengutarakan, menuju satu tahun kepemimpinan Presiden Jokowi periode ke dua
semakin menguat. Dirinya menilai dan melihat sebuah potret kepemimpinan
nasional yang semakin kokoh dan tegar menghadapi hantaman pihak manapun.
“Saya berbeda dari analisis lapuk
sejumlah pengamat yang memang hobinya kompor dan kipas-kipas, menyampaikan
analisa bahwa situasi sedang panas, genting, dan gawat, saya justru memandang
sebaliknya,” ujar Harvick Hasnul Qolbi pria keturunan Melayu Minang ini, Rabu
(22/07/2020) saat dihubungi di Jakarta.
Menurutnya, sejumlah isu memang
dibesarkan eskalasinya, untuk memantik api perlawanan dan menggesek resistensi.
Misal soal Corona yang tak kunjung reda, RUU HIP, Kebangkitan PKI, dan Politik
Dinasti. Namun tampaknya pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi,
terlihat piawai dalam mengelola satu per satu potensi konflik, kerawanan, dan
disintegrasi.
“Contohnya dalam pilihan sulit
antara Karantina Wilayah (Lock Down) atau sekadar Social Distancing, pemerintah
mengambil “brilliant escape” dengan menerapkan PSBB, dan kini melakukan
adaptasi kebiasaan baru untuk memastikan aktivitas ekonomi tetap berjalan,”
terang Harvick sapaan akrabnya.
Demikian pula katanya terkait isu
RUU HIP di dalam derasnya arus perlawanan dari semua kutub, kiri dan kanan.
Pemerintah lagi-lagi menemukan jalan keluar (way out) dengan mewacanakan RUU
BPIP.
“Apalagi hal itu cuma propaganda
lawas dan berulang ihwal Kebangkitan PKI, yang jangankan oleh pendukung
pemerintah, bahkan kelompok oposisi pun sudah jenuh dengan pola agitasi yang
tak kunjung berhasil,” tandasnya.
Harvick mengatakan,
elakangan, Presiden banyak diganggu lagi oleh isu Dinasti Politik karena Sang
Putera maju Pilwalkot. Padahal hampir semua Presiden RI punya anak yang terjun
di politik.
Katanya, Presiden Soekarno punya
Ibu Megawati yang juga jadi Presiden. Presiden Soeharto puteranya mendirikan
parpol. Presiden Gusdur juga salah seorang puterinya politisi. Presiden
Megawati juga puterinya jadi Ketua DPR. Presiden SBY malah anak pertamanya jadi
Ketua Umum Parpol, dan sang adik jadi anggota DPR.
“Lah kenapa ketika Gibran maju
Pilwalkot jadi ribut? Padahal sebagaimana kandidat kepala daerah yang lain, ia
juga mengikuti proses seleksi sebagaimana mestinya, dan ia punya hak politik,”
terang Harvick.
Ia mengatakan, alhasil, dari
sekian banyak isu politik yang digunakan untuk misi propaganda dalam agenda
delegitimasi Presiden Jokowi, relatif semuanya nggak ada yang berhasil dan
cenderung mentok. Pak Jokowi bahkan semakin kokoh dan situasi nasional semakin
menunjukkan keadaan yang baik-baik saja.
“Saat ini integrasi nasional
terjaga, aktivitas ekonomi pun relatif stabil meski harus bekerja ekstra keras
karena tengah menghadapi pandemi,” lugas Harvick.
Terakhir kata Harvick, tinggal
PR-nya, dalam rangka penguatan tali ikatan kebangsaan yang sekarang mencoba
digoyang-goyang terus, oleh anak-anak bangsa ahistoris yang menginginkan
perpecahan.
“Presiden perlu melakukan
revitalisasi kembali hubungan antara Jokowi-NU-PDIP dalam rangka memperkuat
basis benteng ideologis yang sudah terbukti merah-putih dan saling menjaga.
Agar integrasi bangsa semakin kokoh dan kita bisa melangkah kepada cita-cita
bersama yang lebih jauh,” pungkas Harvick yang juga pengusaha muda ini. (KT/Rls/SB)
0 komentar:
Post a Comment