Namrole, Kompastimur.com
SB, pasien
positif Corona Virus Disease (Covid-19) asal Desa Simi, Kecamatan Waesama,
Kabupaten Buru Selatan (Bursel) mengaku bahwa dirinya tidak mendapatkan
pengobatan sesuai harapan selama berada di RS Lantamal Ambon.
“Selama saya
disini tidak ada proses pengobatan,” kata SB kepada Wartawan melalui pesan
Mesengger, Jumat (24/04) sore.
Ia mengakui,
bahwa pengobatan yang ia dapatkan hanya berupa pemberian Vitamin saat ia tiba
di Rumah Sakit Lantamal Ambon setelah dievakuasi dari Kabupaten Bursel beberapa
waktu lalu.
“Iya ada juga,
tapi sudah habis, sudah lama,” ucapnya.
Ia mengaku bahwa
dalam beberapa hari terakhir ini, Bidan hanya mewajibkan dirinya mengukur suhu
tubuhnya sendiri dan memberitahukannya kepada Bidan tiap pagi melalui pesan
singkat.
“Paling-paling
tanya suhu. Saya yang tes suhu, nanti hasilnya SMS ke bidan tiap pagi,” ucap SB
melalui pesan WhatsApp.
Namun, ia
mengaku kondisinya baik-baik saja. Bahkan tidak ada gejala sakit sedikit pun
sejak awal.
“Baik-baik saja,
sehat di hari yang ke 18,” terangnya.
Ia menjelaskan
bahwa selama berada di RS Lantamal Ambon, ada beberapa aktivitas yang ia
lakukan setiap harinya.
“Makan, tidur,
duduk, mandi, sholat, baca Quran, Dzikir, melamun dan lain-lain. Sudah 18
hari,” ungkapnya.
Sementara itu,
Bupati Bursel, Tagop Sudarsono Soulisa yang dihubungi melalui pesan WhatsApp,
Jumat (24/04) sore mengaku bahwa pasien SB masih menjalani proses perawatan di
RS Lantamal Ambon.
“Pasien masih di
rawat terus,” kata Tagop.
Ia pun membanta
apa yang disampaikan oleh SB, menurutnya, tidak mungkin SB tidak diobati.
“Masa orang
positif terkonfirmasi Corona kok tidak di obati? memang pengobatannya itu
pemberian vitamin dan obat untuk peningkatan imunitas, karena Covid-19 belum
ada vaksin untuk pengobatan langsung, yang ada hanya pengobatan dari diri kita
sendiri,” ucap Tagop.
Menurut Tagop,
untuk lebih jelasnya, dapat ditanyakan langsing ke Tim Gugus Tugas Provinsi
Maluku karena pasien SB telah diserahkan ke Gugus Tugas Provinsi.
“Kalau mau
jelasnya tanya saja ke Tim Gugus Tugas Provinsi karena sudah diserahkan ke
sana. Ini kan orang bermain di air keruh untuk membuat ketidakpastian di masyarakat.
Coba kalau pasien yang bersangkutan kita kasih tinggal saja di Namrole atau
Simi dengan anggapan dia tidak sakit. Padahal dia positif, berapa banyak korban
yang bisa terpapar di Bursel? Nanti kalau sudah terpapar ada yang korban sampai
meninggal, yang disalahkan siapa?,” paparnya.
Tagop
menjelaskan, SB dikatagorikan sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG) karena
kemungkinan SB memiliki fisik yang kuat sehingga tidak ada gejala yang muncul
atau dirasakan.
“Dia itu
katagori Orang Tanpa Gejala. Karena orang kenal Corona itu kalau fisik kuat
tidak apa-apa sampai nanti 14 hari, yang bahaya yang itu, karena dia itu yang
bawa panyakit,” ucapnya.
Tagop menuding
SB telah berbohong dengan memberikan keterangan-keterangan yang tidak benar.
“Dia parlente
(berbohong), yang jelas protap kesehatan sesuai protokoler WHO sudah
dilaksanakan ke dia untuk mencegah penambahan orang yang terpapar,” ujarnya.
Tambahnya, SB
banyak berbohong, buktinya saja SB mengaku tidak dapat makan, padahal dapat
makan dan dapat minum.
“Masa rumah
sakit rujukan kok seng dapat makan dan seng dapat minum? baru dia bilang dia di
Simi jaga makan musti pakai buah-buahan? Saya sampai katawa, kita yang tinggal
di dalam Kota Namrole saja makan buah dengan susah, kong di Simi?,” ucapnya.
Tagop
menjelaskan bahwa anggota Tim Covid-19 Kabupaten Bursel pun sudah memantau
kondisi kesehatan SB hari Rabu (22/04/2020) lalu dan kondisinya sudah membaik
dan berharap agar SB bisa cepat sembuh.
Ia berharap agar
semua pihak tidak serta merta mempercayai informasi yang disampaikan oleh SB
secara sepihak.
“Jadi semua
boleh terima informasi, cuma harus lihat yang lebih dalam dan komprehensif
karena pasien ini kan secara phisikologis pasti terganggu, makanya dia akan
cari dukungan untuk membenarkan dia punya pendapat,” ucapnya.
Tagop mengaku
bahwa tidak mungkin pihaknya memberikan keterangan yang tidak benar terkait
dengan kondisi SB.
“Yang saya
sampaikan itu kondisi yang sebenarnya dari hasil tes. Memangnya kalau hasil tes
Rapid Test, PCR dan Swab tes kita tidak percayai, terus mau pakai tes apa. Masa
saya Bupati dan Ketua Tim Covid mau bicara sembarangan-sembarangan? Saya kan
bertanggung jawab sampai ke pusat?,” ucapnya.
Jadi, tambah
Tagop, SB sementara mengkamuflase informasi karena SB dalam situasi stress dan
terganggu psikologinya ketika sudah terkonfirmasi positif Corona, sehingga
jangan dipercayai begitu saja.
(KT/Tim)
0 komentar:
Post a Comment