Sumenep, Kompastimur.com
Sebagai kandidat Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sumenep 2020-2025 sudah mendaftarkan kebeberapa partai besar, diantaranya Partai Demokrat, PPP dan partai lainnya. Azasi Hasan pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Sumenep 2010 lalu sudah kuat secara basis politik dan tentu ingin mengulang keberhasilan Pilkada 2010 lalu. Dimana menjadikan kepulauan sebagai basis utama yang bisa dihandalkan sebagai kantong suara.
Azasi Hasan yang berpasangan dengan Dewi Khalifah di Pilkada 2010 lalu, pada putaran I memperoleh suara 111.569 suara (20.47 persen) dan pada putaran II memperoleh suara 231.250 (48.90 persen). Saat itu Azasi Hasan memperoleh suara signifikan dan menang mutlak di kepulauan. Sungguh perolehan suara yang sangat signifikan dan menjadi modal utama untuk maju pada Pilbup Sumenep 2020 ini.
Bacabup Azasi Hasan sudah melakukan safari atau tour ke pulau-pulau di Kabupaten Sumenep untuk menemui dan guna menyampaikan kepada basis pemilihnya, bahwa perjuangan belum selesai. Terutama upaya membangun masyarakat kepulauan yang lebih maju dan setara dengan Sumenep daratan.
Azasi Hasan selama ini terus bergerak safari ke Pulau Masalembu, Pulau Giligenting dan Giliraja, Pulau Sepudi dan Raas, dan Pulau Kangean (Arjasa-Kangayan) dan terakhir Pulau Sapeken. Langkah turba Azasi Hasan ini bisa menjadi modal utama untuk mengulang kesuksesan Pilkada 2010 lalu. Sebab yang bisa menguasai kepulauan akan bisa menjadi pemenang Pilkada 2020 mendatang. Mengingat hak suara di kepulauan Sumenep sangat besar mencapai 350 ribu lebih. Jika bisa merebut 70 persen saja seperti Pilkada lalu, hal ini bisa menjadi modal kemenangan dengan ditambah perolehan suara di daratan secara merata.
Sebelumnya Azasi Hasan kenapa bisa meraih sudah signifikan pada Pilkada lalu? Sebab putera asli Pulau Kangean Kecamatan Arjasa ini sudah menggarapnya sejak 2007 lalu dengan program-program yang menyentuh. Diantaranya, Mudik Gratis, Pengobatan dan Sunatan Massal Gratis, Pemberdayaan Perempuan, Pembangunan Rumah Ibadah dan beberapa program pemberdayaan lainnya.
Hari ini ketika Azasi Hasan maju lagi pada Pilkada 2020 dan tetap bekerja dengan program-program pemberdayaannya. Tentu akan tetap bisa memperoleh dukungan suara yang sangat signifikan di kepulauan. Apalagi Azasi Hasan melakukan safari kepulauan dalam upaya menyerap aspirasi dan bertemu tatap muka dengan masyarakat kepulauan secara langsung.
Pertanyaanya kenapa Azasi Hasan memperoleh suara yang bagus dan kuat di kepulauan pada Pilkada 2010, karena adanya sentimen kedaerahan yang positif dan adanya keinginan perubahan pembangunan yang lebih baik. Dimana terdiri 8 kecamatan kepulauan dan puluhan pulau-pulau yang perlu disentuh oleh pemerintah dengan tangan kekuasaan politik. Hal ini memunculkan eforia positif, Dimana muncul isu-isu politik dan wacana saatnya putera kepulauan tampil mengawal harapan perubahan di 2020-2025.
Patut diingat dan dicatat kekalahan tipis dengan selisih satu persen dengan pasangan Abussidik pada Pilkada 2010 putaran II lalu merupakan jawaban bahwa Azasi Hasan adalah dambaan orang kepulauan. Dimana pasangan Assifa (Azasi Hasan – Dewi Khalifah) memperoleh suara 231.250 (48.90 persen) dan pasangan Abussidik (A. Busyro Karim-Sungkono Sidik) dengan peroleh suara 241.622 (51,10 persen). Ini hanya menyisakan selisih sekitar 10.000 suara saja.
Saat putaran kedua Assifa tidak didukung kekuatan besar, hanya PKNU, PBB dan hanya didukung kekuatan figur desa (lokal). Sementara Abussidik di putaran kedua didukung PDIP, PKB, Golkar, PAN, Demokrat dll yang menyatu diputaran kedua kepada Abussidik dan juga didukung tokoh kuat MH Said Abdullah Politisi PDIP, Malik Effendi (gugur putaran pertama), Bambang Mursalin (gugur putaran pertama) dan figur-figur besar lainnya. Akan tetapi Assifa tetap bisa melakukan perlawanan dan hanya kalah satu persen. Seharusnya Abusiddik menang mutlak dan hal itu tidak terjadi.
Hal ini menandakan kefiguran beliau (red-Azasi Hasan) sangat diharapkan mengawal perubahan. Tentunya semua ini menjadi bahan evaluasi dalam rangka pemenangan kedepannya menjelang Pilbup 2020.
Siapakah kandidat yang muncul pada Pilbup Sumenep 2020 ini. Sebut saja yang akan meramaikan bursa selain Azasi Hasan adalah Ahmad Fauzi (Wabup 2015-2020), Fatah Jasin (Mantan Bappeda Propinsi Jawa Timur), Unais Ali Hisyam (Mantan Anggota DPR RI), Ilyasi Siradj (Ketua DPC Partai Gerindra) dan Dewi Khalifah (Ketua DPD Partai Hanura). Selain itu ada Malik Effendi (Mantan Anggota DPRD Propinsi Jawa Timur), Nurfitriana Busyro Karim (Istri Bupati Sumenep 2015-2020/Anggota DPRD Jawa Timur), Imam Hasyim (Ketua DPC PKB Sumenep), Abd Azis Salim Syabibi (Politisi Partai NasDem) dan beberapa nama lainnya.
Semua nama-nama tersebut, akan diuji lewat Konvensi atau Penjaringan Internal Partai masing-masing. Selain itu mereka akan diuji publik lewat survei-survei, kandidat mana saja yang elektabiltasnya sangat tinggi dan memiliki popularitas yang tinggi. Selain ini lewat kendaraan partai, para kandidat Cabup-Cawabup Sumenep 2020-2025 bisa melalui jalur perseorangan atau independen. Akan tetapi hal itu sulit dilakukan, sebab aturan KPU saat verifikasi dukungan persorangan sudah tidak menggunakan sampling lagi, tetapi menggunakan metode sensus dengan mendatangi satu persatu dan orang perorang yang menyatakan dukungan kepada Cabup-Cawabup independen.
Kita tunggu hasil konvensi dan penjaringan internal masing-masing partai, siapakah yang akan dipilih dari seleksi yang sudah dilakukan. Tentu partai tidak akan dengan gegabah memilih kandidat Bacabup dan Bacawabup 2020-2025 secara sembarangan. Semua diukur secara rasionalitas dan empiris di lapangan.
Ingat pertarungan Pilkada Sumenep 2020 bukan hanya urusan sosok yang punya uang, terkenal, seorang kyai karismatik atau sosok yang berpengalaman. Akan tetapi pertarungan Pilbup 2020 ini adalah Pilkada yang tidak lagi diikuti kekuatan tokoh-tokoh NU karismatik seperti Pilbup Sumenep 2005, 2010 dan 2015 lalu. Pilkada kali ini adalah pertarunga orang-orang baru yang sebelumnya pernah kalah dan belum pernah maju pada Pilkada Sumenep. Hanya Ahmad Fauzi saja yang dicatat sebagai petahana sebagai Wakil Bupati Sumenep 2015. Itupun dia terdongkrak karena dorongan HM. Said Abdullah tokoh PDI Perjuangan untuk digandeng dengan Busyo Karim Bupati terpilih 2015-2020 lalu sebagai Cawabup.
Ingat Pilbup Sumenep 2020 ini adalah Pilbup yang sangat keras dan Pilbup yang sangat tidak terpola dukungannya. Sebab kandidat yang muncul adalah orang-orang yang belum teruji pernah mendapat dukungan luas. Kecuali Azasi Hasan yang memiliki basis kepulauan dan pernah teruji dapat dukungan luas di kepulauan. Selain itu ada Ahmad Fauzi Wabup Sumenep 2015-2020 yang teruji menang mendampingo Busyro Karim pada Pilbup Sumenep 2015-2020 melawan Zainal Abidin-Dewi Khalifah.
Kita tunggu saja, siapakah kandidat yang akan ditetapkan sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumenep 2020-2025 oleh partai politik. Kalau partai politik salah memilih kandidat yang belum teruji, maka siap-siap gigit jari dan takkan pernah memiliki Bupati Sumenep atau Wakil Bupati Sumenep sesuai harapannya.
Tulisan ini adalah pernah ditulis pada 2015 lalu dan diperbaiki 2020 ini untuk merefleksikan peluang kandidat Calon Bupati Sumenep dari kepulauan. Saat Pilkada 2015, Azasi Hasan mengundurkan diri dalam pertarungan pencalonan, karena sakit jantung dan dioperasi di Singapura, sehingga tidak bisa meneruskan proses pencalonannya. Namun kali ini Azasi Hasan siap maju dan memenangkan pertarungan dengan mengikuti proses konvensi atau penjaringan internal partai. Baik di Partai Demokrat, PPP dan partai lainnya. (KT-red/GD)
0 komentar:
Post a Comment