Namrole, Kompastimur.com
Peletakan batu
penjuru dan Pencenangan Tiang Utama pembangunan Gedung Gereja Elim Jemaat GPM
Mngeswaen Klasis Daerah Buru Selatan, berlangsung Kamis (5/12).
Peletakan batu
penjuru ini dilakukan oleh Sekretaris Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM),
Pdt. Elifas T. Maspaetella, Bupati Kabupaten Buru Selatan Tagop Sudarsono
Soulisa, Ketua Klasis Daerah Buru Selatan, Pdt A. P. Saija, Ketua Majelis
Jemaat Elim Mngeswaen, Kepala Desa Mngeswaen, Ketua Panitia, Keterwakilan anak-cucu
Lesnussa, Solissa, Seleky dan Biloro.
Pembangunan Gedung
Gereja Elim Desa Mngeswaen, turut dihadiri anggota DPRD dari partai Hanura,
Metus Salak Liligoly, dari partai Demokrat Gerson E. Selsily, dari partai Berkarya
Usman Latuwael, pimpinan SKPD dilingkup Pemerintahan Kabupaten Buru Selatan, serta
tamu undangan lainnya.
Acara peletakan
Batu Penjuru dan Pencanangan Tiang Utama tersebut dilakukan dalam sebuah ritual
ibadah yang dipimpin oleh Ketua Klasis Daerah Buru Selatan, Pdt A. P Saija, dimana
dalam khotbahnya, Pdt. A. P Saija, mengatakan bahwa dalam kaitan dengan
pembangunan Gereja Elim Jemaat GPM Mngeswaen ini harus lebih mengandalkan
Tuhan, karena kalau bukan Tuhan yang membangun maka sia-sialah orang yang
membangunnya.
Saija
menegaskan, ada tiga nilai penting yaitu kasih, pengampunan dan pengakuan atas
dosa (keterbukaan), Karena itu jadi pedoman bagi pelayan dan umat agar
bagaimana berkomitmen melakukan hal-hal baru sebagai wujud tanggungjawab bagi
pembangunan gedung Gereja Elim pasca Peletakan Batu Alas dan pencanangan tiang
utama.
“Berkomitmen
jadi manusia baru, sebagai seorang Kristen dan anggota jemaat, dimana harus ada
solidaritas, partisipatif dan kontributif, persekutuan, kebenaran, keadilan,
kesetiaan, untuk saling melengkapi,” tandasnya.
Selain itu,
Bupati Buru Selatan, Tagop Sudarsono Soulisa, dalam sambutannya mengatakan
bahwa dalam setiap acara peletakan Batu Penjuru atau batu pengalasan
pembangunan rumah ibadah ada dua makna yang penting yang selalu menjadi
momentum kebangkitan kehidupan bergereja, yakni yang pertama sebagai titik awal
membangun persekutuan yang lebih dekat dengan Tuhan secara pribadi dan
persekutuan dalam akta rumah Tuhan yang kudus, dan kedua menjadi wahana untuk
membangun relasi yang lebih harmonis, serasi dan indah dalam semangat untuk
berbagi cinta kasih dengan sesama manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Bupati menyampaikan
bahwa Gedung Gereja harus dipahami sebagai wadah bagi orang percaya, untuk
melakukan aktifitas pembebasan dan terpanggil untuk mewartakan injil kerajaan
Allah secara nyata dan injil yang membawa sukacita sebagai pembebasan,
kesejahteraan, kemakmuran, kebenaran, keadilan dan keharmonisan dalam kehidupan
manusia.
Oleh karenanya
itu, lanjutnya, pembangunan Gereja Elim yang baru ini menjadi lompatan yang
berarti dalam pergumulan umat Tuhan untuk tetap eksis dalam panggilan pelayanan
yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu.
“Itulah sebabnya
apa yang dilakukan ini membuktikan kepada dunia bahwa begitu besarnya
kerinduan, tekad dan semangat Jemaat GPM Elim Mngeswaen memiliki gedung gereja
baru yang representative,” kata Bupati.
Menurut soulisa,
Pemerintah Buru Selatan tetap akan menopang pembangunan gedung gereja sebagai
bagian dari pembangunan spiritualitas umat dan jemaat ini bagian dari warga
Buru Selatan, apalagi Gedung Gereja memiliki nilai positif dan strategis.
“Kami apresiasi
atas semua dukungan jemaat selama ini bagi pembangunan Daerah. Dengan harapan
semua umat disini terus menopang program dan kebijakan pemerintah dalam
mewujudkan visi Buru Selatan yang Harmonis, Sejahtera dan Religius,”
pungkasnya.
Sementara Sekretaris
Umum Sinode GPM, Pdt. Elifas T Maspaetella, dalam arahannnya juga mengatakan
bahwa membangun gereja harus ada rasa saling percaya, rasa saling menopang, dan
rasa saling berbagi untuk kemuliaan nama Tuhan.
“Pembinaan dan
peningkatan Spiritualitas umat, tidak terlepas dari fungsi Gedung Gereja
sehingga pembangunan Gedung Gereja dibutuhkan,” tandasnya. (KT/03)
0 komentar:
Post a Comment