Namrole, Kompastimur.com
Sekda Kabupaten
Buru Selatan (Bursel), Iskandar Walla mengaku tak berniat melontarkan ancaman
terhadap wartawan pasca pemberitaan mengenai protes Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Bursel Sukri Muhammad kepada pihak Kejari Buru dalam penanganan kasus
dugaan korupsi dana MTQ Tahun 2017.
“Saya sebenarnya
tak punya niat untuk mengancam wartawan dan kedepan kita bisa tetap menjaga
kemitraan,” kata Sekda kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (28/11).
Hanya saja,
akibat pemberitaan itu, ada banyak oknum yang kemudian menghubungi dengan kesan
ingin mencari keuntungan.
“Saya lagi
sangat sibuk dengan tugas-tugas dan kelelahan, tetapi setelah adanya
pemberitaan itu ada banyak oknum yang kemudian menghubungi saya dengan kesan
ingin mencari keuntungan pasca berita itu dimuat,” paparnya.
Namun, lanjut
Sekda, kedepan pihaknya akan tetap menghargai kerja-kerja wartawan dan akan
mempergunakan hak jawab jika ada hal-hal yang dikonfirmasi oleh wartawan
sehingga tidak menjadi bias dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
“Kedepan kami
akan tetap bermitra baik dengan wartawan dan tentu saja tetap menghargai
kerja-kerja wartawan sesuai etika jurnalistik dan kami pun berharap agar
wartawan sebagai mitra pun tetap melaksanakan tugasnya secara profesional,”
ucapnya.
Selain itu,
Sekda pun menjelaskan bahwa saat pelaksanaan MTQ tingkat Provinsi Maluku Tahun
2017 di Kabupaten Bursel memang dirinya menjabat sebagai Kepala Dinas Keuangan
Kabupaten Bursel, namun tidak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD).
“Saat MTQ itu
saya tidak menjadi BUD, BUD itu dijabat oleh Kepala Bidang Perbendaharaan,”
terangnya.
Olehnya itu,
sangat salah jika dalam kasus ini, dirinya harus turut bertanggung jawab atas
indikasi korupsi yang kasusnya saat ini ditangani oleh pihak kejaksaan.
“Supaya jangan
menjadi membias, perlu saya sampaikan bahwa dalam pelaksaan MTQ itu saya tidak
pernah pegang uangnya sama sekali. Jadi, kalau ada informasi yang berkembang
bahwa saya adalah BUD dan harus bertanggung jawab, itu tidak benar,” paparnya.
Sementara itu,
di tempat yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bursel Sukri Muhammad
menjelaskan bahwa proses pencairan memang dilakukan oleh Bendahara Dinas
Perhubungan yang juga Bendahara Bidang Sarana dan Prasarana di Dinas Keuangan,
tetapi Sekda yang saat itu sebagai Kepala Dinas Keuangan bukanlah BUD sehingga
tidak benar jika Sekda harus turut bertanggung jawab.
“Pencairan
memang dilakukan di Dinas Keuangan, tetapi BUDnya itu bukan Pak Sekda, tetapi
Kepala Bidang Perbendaharaan,” katanya.
Pada kesempatan
itu pun, Sukri kembali menegaskan bahwa kerugian Negara yang dilontarkan oleh
pihak Kejaksaan sebesar Rp. 9 miliar tersebut diragukan kebenarannya.
“Saya pun mau
menyampaikan bahwa sampai saat ini belum ada satu lembaga resmi pun yang
merelease hasil perhitungan kerugian Negara sehingga kalau dikatakan kerugian
Negara itu mencapai Rp. 9 miliar, tidak mungkin sebesar itu, sebab kalau
kerugian Negara sampai Rp. 9 miliar, tidak mungkin MTQ itu akan bisa berjalan,”
ucapnya.
Sebelumnya
diberitakan, merespon berita yang diterbitkan soal aksi protes Kadis
Perhubungan Kabupaten Bursel, Walla tidak memanggil Sukri mempertanyakan soal
pernyataannya kepada wartawan yang dipublikasikan di Kompastimur.com, dan
melakukan klarifikasi, namun ia justru mengancam wartawan.
“Selamat siang,
beta sudah di Ambon, kalau mau ketemu beta silakan. Kalau mau datang berapa
orang supaya beta jelaskan jang sampai dong sebarkan fitnah. Beta mau kasih
ingat for ale, berani sebarkan fitnah, beta punya keluarga besar dan beta seng
tanggungtanggung untuk beta kasih patah gigi-gigi semua,” ancam Walla dengan
dialek Ambon, saat menghubungi wartawan, Sabtu (23/11).
Walla
menegaskan, ia tidak bertanggung jawab secara keuangan maupun administrasi,
sebab yang harus bertanggung jawab ialah Kepala Bidang Pengelola Keuangan di
Panitia MTQ.
“He belajar dolo
ee. Baca itu juk¬nis, juklak itu sudah dibuat semua, yang bertanggung jawab
secara keuangan maupun secara ad¬ministrasi itu adalah Kepala Bidang Pengelola
Keuangan, BUD hanya mentransfer uang, ini namanya dana hibah, bukan APBD yang
masih utuh. Ini kan sudah dihibahkan, jadi tidak bisa campur itu,” kata Walla
dengan nada tinggi.
Walla juga
menegaskan, ia tidak pernah tahu soal dana MTQ, sehingga tidak mempertang¬gung
jawab. “Jadi siapa yang kelola uang, dia yang bertanggung jawab secara fisik
dan keuangan, katong seng pernah lihat uang,” ujarnya.
Ia mengaku sudah
diperiksa dan memberikan keterangan kepada jaksa soal tupoksinya. “Kita sudah
diperiksa, jaksa itu bukan anak yang baru belajar hukum,” tandas Walla.
Ketika dijelaskan
oleh wartawan bahwa yang dimuat di koran adalah pernyataan Kadis Perhubungan
Sukri Muhammad, lagi-lagi dengan dana tinggi, Walla mengatakan, ia tidak punya
urusan dengan Sukri. Padahal Sukri adalah anak buahnya.
“Urusan dengan
dia, eh kadis, beta tar urusan deng dengan dia,” tegasnya.
Tebar Kebencian
Sekda Iskandar
Walla berupaya mencuci otak ASN dan menebar kebencian terhadap wartawan.
Saat memimpin
apel pagi di halaman Kantor Bupati
Bursel, Senin (25/11), kepada ratusan ASN dan PTT, Walla menuduh wartawan menciptakan
kegaduhan di daerah Bursel.
“Di daerah ini
ada oknum-oknum, orang-orang tertentu yang memang tidak senang melihat
pemerintahan ini berjalan lancar, yang selalu senantiasa menciptakan gaduh
melalui pemberitaan dan lain sebagainya dan orang-orang itu saja yang selalu
melakukan ekspos pemberitaan di media sosial yang aneh-aneh,” kata Walla.
Entah kepada
pemimpin redaksi mana, Walla mengaku sudah mengkonfirmasikan pemberitaan soal
protes Sukri Muhammad. Dan pemimpin redaksi yang diklaim Walla sudah
menyampaikan wartawan seperti itu tak perlu dilayani.
“Beta sudah
mengkonfirmasi ke¬pada pemrednya dan pemred sudah mengatakan bahwa orang-orang
seperti ini juga sudah dipertimbang¬kan dan tidak usah dilayani,” ujar Walla.
Walla tak senang
ada wartawan meliput dan memberitakan proses pemeriksaan para saksi kasus korupsi
MTQ di Mapolsek Namrole bulan Agustus 2019 lalu.
“Olehnya terasa
aneh, wartawan lalu sembunyi-sembunyi di Kantor Polsek sana, lalu siapa pun
yang datang memberikan kesaksian, memberikan keterangan sebagai saksi difoto
langsung muncul (diberitakan),” kata Walla.
Kepada ASN dan
PTT Walla juga menegaskan, perlu melontarkan ancaman kepada wartawan supaya
kapok.
“Kenapa itu
harus dilakukan supaya tahu diri dan kapok, sebab kalau mau biking gaduh di
luar. Akhirnya oke,” tandasnya.(KT/Tim)
0 komentar:
Post a Comment