Namlea, Kompastimur.com
Kodim
1506/Namlea, mengajak para guru dan siswa di Kabupaten Buru untuk mencegah
serta menangkal paham radikalisme di masyarakat, lebih khusus lagi di kalangan
generasi muda.
"Penyebaran
faham radikalisame jadi perhatian serius Kodim 1506/Namlea. Dari sekian upaya
untuk membendung penyebaran paham tersebut, mencegah adalah upaya yang paling
efektif, salah satu upaya pencegahan yakni dengan melakukan sosialisasi
langsung ke masyarakat, termasuk para guru dan siswa," jelas Dandim
1506/Namlea,Letkol Inf. Azis Syarifuddin kepada awak media di Namlea, Sabtu
(16/11).
Letkol Azis
Syarifuddin mengatakan, Sosialisasi Cegah Tangkal Radikalisme diharapkan mampu
memperkokoh mentalisme dan pemahaman Idiologi Pancasila guna mencegah ancaman
bahaya Radikalisme dalam rangka mewujudkan alat juang pertahanan yang tangguh.
Sebagaimana
diketahui, kalau paham radikalisme kini menjadi momok yang menakutkan bagi
keutuhan bangsa. Apalagi saat ini banyak berita hoax yang juga berpotensi
memecah persatuan dan kesatuan umat.
Karena itu,
bertepatan dengan kegiatan pembinaan teritorial terpadu di Wilayah kerja Kodim
1506/Namlea, guru dan lebih khusus lagi para siswa diajak belajar mengenali
ajaran paham radikal termasuk kenapa warga bisa terpengaruh dan menjadi
pengikutnya.
"Sejauh ini
lingkungan kita kondusif dari pengaruh tersebut. Situasi yang aman ini harus
dijaga dengan cara membekali anak-anak kita mengenai cara penanggulangan paham
radikalisme,” ujar Letkol Azis Syarifuddin.
Lebih jauh
dijelaskan, dalam rangka Pembinaan teritorial Terpadu Kodim telah melaksanakan
Sosialisasi Cegah Tangkal Radikalisme dipusatkan di Sekolah Yayasan Alfalah
Desa Debowae, Kec. Waelata, Kabupaten Buru.
Dalam kegiatan
itu, pengarahan terkait paham radikalisme serta upaya untuk mencegah dan
menangkalnya dilakukan oleh Pasiops Kodim 1506/Namlea, Kapten Inf. Husain
Malagapy dan Kasat Intel Polres Pulau Buru, Iptu Sirilus Atajalim.
Di hadapan guru
dan siswa, keduanya menegaskan, kalau pengikut paham radikalisme tidak menganut
toleransi. Jangankan terhadap pemeluk agama lain, terhadap sesama muslim yang
beda aliran saja juga kelompok radikalisme ini tidak bersikap toleran.
“Ciri paham
radikal itu, salah satunya intoleran. Kelompok yang tidak sepaham biasanya
dibilang kafir,” terangkan Malagapy.
Penganut
radikalisme sangat fanatik terhadap madhab tertentu. Golongan ini juga lebih
suka melakukan peribadatan sendiri bersama kelompoknya.
Sangat jarang
pengikut paham radikal mau menjalankan ibadah dengan aliran lain meskipun
sesama Islam. Mereka juga sangat menghendaki perubahan dalam bentuk revolusi.
“Keyakinan
terhadap kelompoknya sangat kuat. Fanatik yang berlebihan ini sangat
berbahaya,” tegas Malagapy.
Sementara itu
Letkol Azis Syarifuddin lebih jauh menjelaskan, kalau kegiatan yang dipusatkan
di Desa Waelata itu disambut baik oleh pemerintah desa dan para guru.
Mereka berharap
agar kegiatan agar kegiatan sosialisasi
seperti ini terus dilakukan guna membentengi para generasi muda dari upaya
orang tertentu yang memanfaatkan kondisi
pemahaman anak-anaj generasi muda yang masig dangkal dan rentan terhadap pola
fikir radikal. (KT/10)
0 komentar:
Post a Comment