Kepulauan Selayar, Kompastimur.com
Pulau Latondu,
Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, kembali
digadang-gadang dan dipersiapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan event
festival Takabonerate 2019, salah satu event wisata bertaraf nasional yang
tercatat secara resmi dalam deretan 100 wondoerfull event, Kementerian
Pariwisata Republik Indonesia.
Berbagai bentuk
kearifan lokal dan tradisi kehidupan keseharian masyarakat Pulau Latondu akan
menjadi target kegiatan explorer potensi yang dikemas dinas pariwisata melalui
paket land tour.
Kegiatan
explorer potensi yang dikemas dalam paket land tour, rencananya akan difokuskan
pada pengambilan gambar dan liputan keanekaragaman tradisi kehidupan keseharian masyarakat Pulau
Latondu, dan bentuk-betuk kearifan lokal
budaya lainnya yang terdapat di wilayah administratif pemerintahan Desa
Latondu.
Peserta land
tour akan ‘digiring’ untuk menyaksikan dari dekat rangkaian prosesi, pengolahan
minyak kelapa tradisional, tradisi menggoreng pisang di pingir pantai, tradisi anyogoro, pembuatan
atap daun kelapa, dan tradisi angngatti-ngatti kerap dilakukan warga saat air
laut sedang surut.
Sebuah bentuk
tradisi keseharian yang rutin dilakukan untuk mendulang rupiah dan mencari
tambahan rezeki dengan memanfaatkan situasi, pasang-surut air laut. Suasana air
laut yang sedang surut dijadikan kesempatan ‘emas’ oleh warga untuk ‘berburu’
dan engumpulkan beraneka ragam jenis kerang laut yang terkadang terselip di
balik rerimbunan padang lamun.
Kerang laut
sejenis kima, gempang, siholung, biri-biri dan bimba yang telah dikumpulkan
langsung dibersihkan untuk selanjutnya, di jual ke pasar, atau tetangga
terdekat. Sementara sisanya, dijadikan sebagai hidangan untuk keluarga.
Bila sedang
beruntung, dan bernasib mujur, masyarakat bahkan tak jarang membawa pulang
kepiting, dan berbagai jenis ikan yang secara kebetulan, ‘terjebak’ di
sela-sela padang lamun dan tidak sempat kembali habitat awalnya.
Satu hal yang
menarik dari rutinitas angngatti-ngatti atau aktivitas mencari kerang yang
biasa dilakukan oleh warga masyarakat pesisir pantai, karena aktivitas ini tak
hanya melibatkan orang dewasa. Akan tetapi, anak-anak di bawah umur pun ikut
mengandrungi kegiatan yang sudah mengakar dari generasi ke generasi di Pulau
Selayar ini.
Sebagai
rangkaian akhir kegiatan petualangan, pengunjung juga dimungkinkan untuk duduk bersama dengan
warga masyarakat lokal setempat, sembari menikmati suguhan nasi santan dan
beraneka ragam jenis ikan yang diperoleh daei rangkaian tradisi Assulo, atau berburu
ikan di malam hari dengan menggunakan perlengkapan sarakka atau tombak dengan
bantuan penerangan lampu strongkeng atau cahaya senter kepala seadanya.
Tradisi Assulo,
biasanya dilakukan oleh warga masyarakat lokal, saat air laut sedang surut di
malam hari. (KT/Fadly Syarif)
0 komentar:
Post a Comment