Namlea, Kompastimur.com
Momentum sumpah
pemuda menjadi kado terindah buat Kabupaten Buru setelah jujaro bupolo, Indah
Mawaddah Fitri Tan meraih juara I tingkat Nasional pemuda pelopor bidang Agama,
Sosial dan Budaya, berkat karyanya di bidang budaya tarian boki feten yang
dikemas dari kearifan pangan lokal hotong.
Penghargaan
tersebut diberikan di malam puncak Sumpah Pemuda ke 91 bertajuk Anugerah
Kepemudaan di Jakarta Concert Hall, Senin malam lalu (28/10).
Saat kembali ke
kampung halaman, sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasih dari Pemkab
Buru, kedatangan Indah Mawaddah Fitri Tan lewat Bandara Namniwel pada Kamis pagi (30/10), dijemput Asisten II,
Drs Abbas Pelu, Asisten III, Mansur Mamulaty dan Kadis Pendidikan, Abdurrahim
Umasugi.
Kedatangan Indah
yang berhasil membawa nama harum Propinsi Maluku dan lebih khusus Kabupaten
Buru juga disambut teman-teman sanggarnya seniman muda bupolo.
Kemudian Indah
diarak keliling dalam kota Namlea, Kabupaten Buru untuk mengabarkan prestasi
gemilang yang diraih putri kelahiran kota Namlea ini.
Wartawan Kompastimur.com
melaporkan, keberhasilan jujaro (gadis) bupolo di pentas nasional ini berkat
kepeloporannya di bidang budaya dengan kemampuannya menciptakan tarian
"Boki Feten" yang dikemas dari kearifan pangan lokal khas Buru
bernama "Hotong" yang dalam bahasa daerah setempat disebut
"Faten".
Ditemui usai
diarak keliling dalam kota kabupaten, putri dari Ibu Je Tan ini mengaku awalnya
tidak menyangka akan meraih juara pertama tingkat nasional.
Saat diumumkan,
nama dua perwakilan dari Provinsi lain sudah duluan dipanggil dan ia dipanggil
dari belakang.
Dalam hatinya,
gadis cantik yang di kalangan teman-temannya akrab dipanggil Indah dan di
kalangan keluarga dipanggil Cici ini, mengaku sudah senang kalau dapat juara
ketiga.
Namun saat
kakinya melangkah menuju panggung utama,
ia dibuat terkaget-kaget saat namanya diumumkan sebagai juara pertama. "Indah
menerima penghargaan dari pak Mentri dan pak Dirjen Pemuda dan Olahraga sambil
berderai air mata akibat saking harunya," cerita Indah polos.
Indah mengaku
kalau awalnya tidak terpikir untuk mengikuti lomba pemuda pelopor tingkat
nasional.
Awal
keterlibatannya saat ia dihubungi Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buru untuk
mengikuti seleksi dan lolos. Kemudian di tingkat provinsi hanya diteliti berkas
administrasinya, kepeloporannya dan karya serta prestasi apa saja yang pernah
diraih oleh peserta.
Dari seleksi di
tingkat propinsi ini, Indah bersama satu rekan pemudi dari Kabupaten Buru
dinyatakan lolos ke tingkat Nasional.
Namun sebelum
karya kepeloporan dipresentasikan di hadapan tiga dewan juri nasional, akui
Indah, dua bulan yang lalu, sudah ada tim dari Kementrian Pemuda dan Olahraga
yang menyambangi Kabupaten Buru untuk meneliti langsung karya kepeloporan Indah
di bidang budaya Buki Feten.
Mengenang saat
dinilai oleh dewan juri, Indah mengaku kalau ia dan rekan dari provinsi yang
lain selalu disodori pertanyaan yang menjebak. Padahal itu bagian dari ujian
dan penilaian.
Tiba pada saat
mempresentasikan materi Boki Feten, terlebih dahulu Indah menceritakan sekilas
tentang Kabupaten Buru.
"Setelah
menceritakan, ada satu juri yang bertanya, kalau kabupaten Buru itu tempat
pembuangan Tapol G30S/PKI. Lalu Indah akui, Buru pernah jadi tempat pembuangan
Tapol.Tapi dibalik cerita yang menyeramkan itu kabupaten Buru juga memiliki
potensi yang sangat besar, baik di bidang sumber daya alam, sumber daya
manusia, juga di bidang budaya, pariwisata, sosial, agama dan lain
sebagainya,"papar Indah.
"Lalu
ditanyakan lagi apa yang Indah lakukan dan saat itu Indah menjelaskan
menggeluti di bidang budaya, mengangkat cerita tentang feten. bertanya lagi feten itu apa? Feten itu dalam
bahasa Indonesia adalah Hotong. Kalau bapak bapak ingin tahu silahkan browsing
di google, tapi jangan cari (ketik) kata hotong, karena pencarian tidak akan
muncul. Harus ketik Hotong Buru, pasti semua informasi mengenai veten
ada," tambahkan Indah di hadapan dewan juri pada saat itu .
Kepada dewan
juri Indah menjelaskan bahwa feten itu tanaman kecerdasan dan tanaman kesehatan
karena karbohidrat yang terkandung dalam veten sangat tinggi dan tidak berobah
menjadi gula.
Protein yang
terdapat di feten juga sangat tinggi melebihi tanaman umbi-umbian, termasuk
kentang dan juga kandungan proteinnya lebih tinggi dari beras.
Lalu dewan juri
pertanyakan ini kan soal pangan, lalu budayanya di mana? Dan dengan lugas
dijelaskan oleh Indah, kalau dirinya menciptakan sebuah tarian yang
menceritakan tentang sejarahnya Feten. Karena menurut tradisi adat Buru,
masyarakat sangat memuliakan Feten.
Dikisahkan pada
zaman dahulu ada sekumpulan orang yaitu putri dan keluarganya yang melakukan
sebuah perjalanan. Kemudian mereka kehabisan makanan dan minuman serta
kelaparan.
Kemudian sang
Putri berdoa kepada Oppolastala (Tuhan) untuk diberikan makanan. Ia bahkan merelakan salah satu bagian tubuhnya untuk
dapat berubah menjadi makanan.
Sang Oppolestala
mengabulkan permohonan sang putri hingga merubah salah satu bagian tubuh
menjadi bulir-bulir hotong sehingga dapat diolah menjadi makanan. Sang putri
pun dijuluki sebagai Boki Feten (Putri Hotong).
Tamanan hotong
ini mendapat perlakuan khusus dari orang Buru yang mengerti akan sejarah pengorbanan
Boki Feten. Dalam setiap jamuan adat, Waji Hotong merupakan makanan yang wajib
dihidangkan.
Pengorbanan dan
ketulusan Boki Feten ini kemudian diangkat menjadi sebuah tarian oleh Indah.
Sebelum meraih
predikat tertinggi sebagai pemuda pelopor tingkat nasional, Indah juga pernah
dinobatkan menjadi putri Natsepa berbakat di tahun 2017 lalu dan menjadi duta
bahasa provinsi Maluku. (KT/10)
0 komentar:
Post a Comment