Jakarta,
Kompastimur.com
Pasca gempa yang
mengguncang Kota Ambon, Seram dan Lease, beredar luas melalui media sosial,
berita palsu atau hoax tentang posisi Ambon Lease tepat di atas tebing jurang
palung laut paling dalam dunia.
Padahal, berita ini
tidak benar sehingga masyarakat tidak perlu panik atau khawatir terkait dengan
kondisi yang berkembang akhir-akhir ini.
Melalui rilisnya
yang disampaikan Ahli tsunami BNPB Abdul Muhari kepada mantan Gubenur Maluku
Karel Ralahalu Jumat lalu (11/10), beberapa penjelasan diberikan terkait kabar
viral potensi tsunami di Maluku, khususnya Ambon dan Seram. Muhari menyampaikan
bahwa berita viral tersebut adalah HOAX, gambar batimetri yang diedit
sedemikian rupa dan diberikan keterangan seakan-akan ilmiah tetapi bertujuan
untuk menyebarkan ketakutan kepada masyarakat.
"Gambar
tersebut bukanlah foto satelit 3D karena satelit tidak bisa membuat foto dasar
laut apalagi hingga kedalaman 7 km di bawah permukaan laut. Gambar tersebut
hanyalah data batimetri biasa (tersedia banyak di internet), yang kemudian
diberi efek ketinggian dan kedalaman yang lebih signifikan seakan-akan data ini
baru padahal data ini adalah data lama dan data biasa saja," ujar Muhari
melalui pesan digital pada Jumat (11/10).
Muhari
menyampaikan bahwa asumsi jika terjadi gempa dari palung Banda akan menyeret
Pulau Ambon dan Seram adalah TIDAK BENAR.
"Belum ada
dalam sejarah gempa dan tsunami di dunia ada gempa yang menghilangkan satu
pulau sebesar Ambon, apalagi sebesar Pulau Seram," paparnya.
Muhari juga
mengatakan bahwa jika gempa di kawasan Maluku berpotensi menimbulkan longsoran
lokal seperti yang terjadi di Palu tahun 2018 lalu, atau di Semenanjung
Elpaputih tahun 1899 benar adanya, tetapi skala-nya lokal.
"Ini harus
kita sikapi dengan bijak dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan
persiapan rencana evakuasi mandiri yang baik," sambung Muhari yang pernah
bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Terkait dengan
sebuah penelitian potensi patahan palung Banda oleh Jonathan M. Pownal Gordon
S. Lister dan Robert Hall, ia menyampaikan bahwa penelitian tadi telah
dipublikasikan pada 2016.
"Jadi bukan
yang baru saja dipublikasikan," tegas Muhari.
Penelitian
tersebut tidak membahas sama sekali mengenai potensi tsunami atau potensi gempa
yang bisa menyeret Pulau Ambon dan Seram.
"Bahkan,
dalam hasil penelitian tersebut sangat jelas disebutkan bahwa tidak ada bukti
bahwa segmen palung Banda tersebut adalah segmen seismik aktif. Jadi jika ada
berita atau tulisan yang mengkaitkan hasil penelitian tersebut dengan
prediksi-prediksi kejadian gempa atau tsunami yang akan terjadi di Ambon maka
itu adalah hoax," tegas Muhari.
Sehubungan
dengan berita viral yang beredar di media sosial, jejaring sosial digital
maupun dari mulut ke mulut, masyarakat diimbau untuk tidak terpancing terhadap
berita palsu tadi. Berita seperti ini sengaja ditimbulkan untuk menimbulkan
rasa khawatir, panik dan takut di tengah-tengah masyarakat.
Masyarakat
diharapkan untuk mengecek informasi resmi potensi bahaya dan parameter gempa
atau tsunami dari sumber resmi seperti BMKG, BNPB atau pun BPBD setempat untuk
menyikapi berita atau informasi yang tidak benar. (KT/Rls/AW)
0 komentar:
Post a Comment