Ambon, Kompastimur.com
Hut kota Ambon
ke 444 pada 7 September 2019, menurut Walikota Ambon, Richard Louhenapessy merupakan
moment dan wahana introspeksi diri dan refleksi diri untuk mewujudkan kota Ambon yang lebih baik
lagi kedepan.
Untuk itu, Pemerintah
Kota Ambon mengajak segenap warga kota Ambon untuk, tetaplah menjaga
harmonisasi sosial di kota Ambon, dengan membangun kehidupan orang basudara,
dalam budaya pela-gandong, kaka-ade yang indah dan manis dan saling menjujung
tinggi nilai-nilai toleransi intra dan antar umat beragama yang ad di Maluku.
“Berhentikan
sikap rasis dan diskriminasi dalam setiap area kehidupan bermasyarakat, kita
semua diciptakan setara, dengan kelebihan dan kekurangan masing – masing, untuk
saling melengkapi satu sama lain, saling kerjasama, saling tolong menolong,
dalam menciptakan kehidupan yang rukun dan toleran,” kata Walikota, Jumat
(6/9/2019) saat paripuran Istimewa DPRD kota Ambon menyambut HUT ke-444 Kota
Ambon.
Kata
Louhenapessy, kota Ambon adalah rumah bersama dan masa depan bagi anak cucu
yang harus terus kita benahi, kalesang, jaga dan pelihara, dalam setiap segi
dan sisi kehidupan.
“Itu berarti
bahwa seluruh warga kota Ambon, siapapun dia, memiliki kewajiban yang sama
dalam setiap upaya yang dilakukan untuk membangun dan memajukan kota Ambon,
serta memiliki hak yang sama menikmati hasil dari proses pembangunan yang
dilakukan,” ujarnya.
“Perjalanan
panjang kota Ambon selama Hut ke-444 Kota Ambon, bukanlah rentang waktu yang
pendek. Namun perjalanan ini adalah suatu perjalanan panjang yang dipenuhi
banyak pengalaman berharga, baik suka dan duka, keberhasilan dan tantangan,
yang semestinya membuat kita semakin kokoh, semakin kuat, semakin dewasa, arif
dan bijaksana,’’ katanya lagi.
Kualitas suatu
kota, lanjutnya, bukan semata-mata karena usia kota yang sudah panjang saja,
namun kualitas sebuah kota akan diukur dari bagaimana kesejahteraan kota ini
dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat secara adil,
merata, dan berkelanjutan dan berkesinambungan.
Sehingga dengan
semangat “Tarus Benahi Ambon”, bukan hanya menjadi
tanggungjawab pemerintah semata, tetapi juga ditujukan bagi semua masyarakat
dan stakeholder di kota ini, karena kota Ambon bukan milik sebuah komunitas,
suku, kelompok dan golongan tertentu, tetapi merupakan milik bersama semua
masyarakatnya.
“Ini tanggung
jawab kita bersama, karena Kota Ambon bukan milik orang per orang atau kelompok
per kelompok maupun suku per suku,” tandasnya. (KT/12)
0 komentar:
Post a Comment