Jakarta, Kompastimur.com
Jenderal Tito
dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan mampu menempatkan diri di antara
para seniornya. Terbukti, ketika ia ditunjuk sebagai Kapolri, dimana dirinya
harus melewati para seniornya, namun Tito bisa menempatkan diri. Ia tidak
merasa lebih hebat. Dan dengan berjalannya waktu, terbukti di internal
organaisasi Polri, aman-aman saja. Tidak terjadi gejolak yang mengganggu roda
organiasi.
Karier yang
moncer dengan melewati empat angkatan di atasnya, tentu tidak mudah. Lompatan
ini secara psikologis berat. Tetapi sebagai prajurit sejati tidak ada kata
mundur dalam tugas, namun tetap menghormati senior dan tetap dalam koridor
profesional. Beliau juga dikenal sebagai intelektual yang santun.
Itulah dua
paragraf singkat yang dituliskan Ahmad Bahar dalam rangkumannya tentang isi
bukunya berjudul “Surat Terbuka Kepada Yth: Jenderal Tito Karnavian”.
Tampaknya, penulis spesialis biografi para tokoh nasional itu ingin menegaskan
bahwa Tito adalah sosok pemimpin yang dibutuhkan Polri saat ini, dan juga ke
masa depan. Pemimpin yang mampu menempatkan setiap orang pada posisinya sebagai
sahabat dan rekan kerja dalam melaksanakan tugas serta membangun institusi
tanpa harus terjebak pada sekat-sekat primordialisme sempit di berbagai sisi.
Lebih jauh,
Ahmad Bahar bahkan mendefinisikan Tito sebagai figur pemimpin cerdas yang
memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri di antara para tokoh pemimpin
cerdas lainnya. Penulis itu mengatakan bahwa: “Soal pemimpin yang cerdas dan
lihai cukup banyak. Namun sosok pemimpin yang cerdas, berpengalaman, dan
memiliki karakter tidak banyak. Lebih-lebih lagi, sosok pemimpin yang mampu
memberikan totalitas pengabdian kepada negeri yang begitu luas bernama
Indonesia. Negeri ini butuh pemimpin yang tidak banyak bicara, tetapi
menunjukkan kerja nyata.” (Surat Terbuka Kepada Jenderal Tito Karnavian, hal
6-7).
Yaa, Ahmad Bahar
benar. Tito selama menjabat sebagai Kapolri yang sudah lebih dari tiga tahun
berjalan jarang terlihat bicara panjang lebar di publik maupun media. Dia lebih
banyak fokus bekerja. Pun, Tito jarang terlihat berada pada posisi pengambil
kebijakan dalam mengatasi persoalan bangsa yang muncul di tengah perjalanan sejarahnya.
Ia lebih banyak terlibat dalam proses penyusunan srategi pembangunan dan
pengembangan lembaga Kepolisian Republik Indonesia, termasuk dalam kaitannya
dengan pengembangan ketahanan nasional. Mengantisipasi kebakaran rumah jauh
lebih baik dibandingkan menjadi pemadam kebakaran.
Ahmad Bahar
selanjutnya menawarkan kepada publik untuk menilik Jenderal Polisi kelahiran
Sumatera Selatan, yang populer dengan program Promoter (Profesional, Moderen,
dan Terpercaya) Polri-nya itu, yang menurutnya perlu diberi panggung pengabdian
yang lebih luas di bangsa ini. “Tokoh sebaik dan secerdas Tito Karnavian tidak
akan muncul di semua zaman. Ia hanya muncul dalam sebuah periode kepemimpinan
yang memang mengharuskan dirinya muncul. Tito muncul di situasi dan zaman yang
pas pada masanya, Ia dilahirkan oleh sebuah keadaan yang memang tepat.” (Surat
Terbuka Kepada Jenderal Tito Karnavian, hal 6).
Yang oleh karena
itu, Ahmad Bahar tiba pada suatu premis ‘Dengan kepandaian, ketulusan, dan
kemampuannya memimpin Polri, sudah semestinya Tito perlu diberikan amanah yang
lebih luas dibanding hanya memimpin korps Tri Brata’. Dari sisi usia dan banyak
segi lainnya, tulis Ahmad Bahar dalam buku karyanya setebal 208 halaman ini,
Tito adalah sosok pemimpin masa depan. Dengan pengalaman dan wawasannya yang
luar biasa itu, sangat sayang jika potensi dan kemampuannya tidak dimanfaatkan
oleh bangsa Indonesia, yang secara umum menurut banyak kalangan, bangsa ini
sedang dilanda krisis kepemimpinan.
Sebagai salah
seorang penulis, saya menilai buku terbitan Solusi Publishing ini amat layak
untuk menjadi referensi semua pihak dalam mengenal lebih jauh tentang seorang
putra bangsa, Tito Karnavian, khususnya dari kacamata seorang penulis biografi,
Ahmad Bahar. Demikian, terima kasih dan selamat berburu buku “Surat Terbuka
Kepada Yth: Jenderal Tito Karnavian”. (KT/Wilson Lalengke/Rls)
0 komentar:
Post a Comment