Namlea, Kompastimur.com
Kapolres Pulau
Buru, AKBP Ricky Purnama Kertapati baru tahu kalau ada lebih dari 1000 penambang
yang sedang bercokol di tambang ilegal Gunung Nona, Kecamatan Lolongguba,
Kabupaten Buru.
Ketika
dikonfirmasi lewat pesan WA, Rabu siang (4/10), Kapolres Pulau Buru, Ricky
Purnama Kertapati balik menanyai wartawan soal kebenaran info itu.
"Ini A-1 ?.
Oke akan saya chek,' kata Kapolres.
Setelah melihat
bukti-bukti yang dikirim wartawan lewat WA, Kapolres kembali menegaskan akan menindak
lanjutinya dengan menurunkan bawahannya melakukan pengecekan ke Gunung Nona.
Ketika ditanya
kesigapannya melakukan penertiban di tambang ilegal ini, Kapolres mengaku
terlebih dahulu harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan satuan atas dan
instansi terkait.
Namun tidak
disebutkan langkah koordinasi itu kapan dilakukan. Belum ada tanggapan juga
apakah kasus di Gunung Nona sudah diteruskan ke pimpinannya. "Ok. Akan
kita tindak lanjuti. Untuk langkah penertiban skala besar tentunya akan kita
komunikasikan dan koordinasikan dengan satuan atas dan instansi terkait,"
jelasnya singkat.
Sebagaimana
diberitakan, lebih dari 1000 orang melakukan aktifitas Penambangan Tanpa Izin
(PETI) di kawasan penuh dengan sumber panas dan gas bumi di Gunung Nona, yang
terhampar di belakang Desa Metar dan Wapsalit, Kecamatan Lolongguba, Kabupaten
Buru.
Lokasi ini
dilaporkan rawan bencana dan kasus
kriminal. Dalam sebulan terakhir saja, khabarnya ada penambang asal Sukoharjo
bernama Sugi yang hilang di tambang Gunung Nona (GN).
Korban ditemukan
dua hari kemudian dalam kondisi tewas tertimbun tanah dan dikuburkan diam-diam
di salah satu desa di sekitar lokasi tambang.
Kejadian
terakhir terjadi tanggal 28 Agustus lalu di GN, saat sekelompok masyarakat dari
Desa Waengapan dari soa Latbual mengamuk
dan mencari-cari warga dari Desa Wambasalahin.
Kelompok
masyarakat ini bertindak brutal dan membabi buta mengeroyok memukuli Man Kener
Behuku di tendanya di salah satu lokasi penambangan.
Buntutnya, Man
Kener Behuku membela diri dan sempat membalas aksi brutal itu dengan memarangi
salah satu pelaku. Man kener kemudian kabur dari TKP dan sempat terjadi
ketegangan di GN.
Namun berbagai
kasus kematian dan tindakan kriminal itu luput dari pantauan pihak kepolisian
karena masalahnya tidak pernah dilaporkan. "Ada tangan pemodal yang
bermain, sehingga aktifitas di GN lancar saja," beber satu sumber
terpercaya.
Wartawan media
ini mengutip intelejen keamanan pada
hari Selasa (3/9), lebih jauh melaporkan, kalau di lokasi tambang GN ini bahan
kimia berbahaya, Merkuri digunakan untuk mengolah dan memurnikan emas.
Fatalnya lagi,
sisa limba pengolahan emas yang bercampur merkuri ini, dibuang langsung ke
Sungai Waehedan yang sumber airnya masuk ke salah satu bendung di Waeapo.
Bukan hanya
limbah bercampur merkuri yang dibuang ke sungai, tapi lumpur-lumpur aktifitas
tambang juga dibuang ke sana.
Akibatnya, air
Sungai Warhedan menjadi keruh dan kekeruhan air yang bercampur lumpur dan sisa
limbah merkuri ini ikut masuk sampai ke saluran irigasi di persawahan di
desa-desa terdekat.
Laporan ini juga
menyebutkan, di lokasi GN ini ditemukan aktifitas domping sebanyak 10 unit,
tembak larut 30 unit, dan ada jug penggalian manual kodok-kodok dan sistim
karpet.
"Pengolahan
emas metode tromol yang menggunakan MERCURI/AIR RAKSA di lokasi tambang emas
gunung nona lebih dari 50 unit tromol," bunyi isi laporan ini.
Lebih jauh
dipaparkan, kalau PETI di GN terdiri dari masyarakat lokal, namun yang terbesar
berasal dari luar Maluku, yakni dari Makassar, Bugis, Sultra, Sulut,
Tasikmalaya, dan Ternate dan jumlahnya sudah lebih dari seribuan penambang.
Dipertegas lagi
dalam laporan ini, kalau kegiatan
penambang iligal yang berada di area Gunung Nona, pengolahan emasnya mengunakan
mesin tromol dengan media penangkapan emas
dengan zat kimia berupa MERCURY/AIR RAKSA.
Sedangkan
MERCURY/AIR RAKSA adalah bahan Kimia berbahaya dikategorikan B3 yang dilarang
karena berbahaya bagi Manusia dan Lingkungan.Dampak Mercury terhadap manusia
tidak serta merta bereaksi, namun akan berdampak jangka panjang karena
mengandung logam berat berbahaya bagi organ tubuh bila melebihi batas
Selain itu
Lokasi Tambang emas iligal Gunung Nona terletak di daerah yang memiliki
belerang dan rembesan air panas yang keluar terus menerus dari perut bumi
yang sangat berbahaya bagi para
penambang Ilegal.
Namun hal
tersebut tidak mengurungkan niat para penambang ilegal untuk mencari emas.
Tercatat di
Areal Gunung Nona pernah terjadi ledakan besar dan menimbun korban meninggal
dunia tiga orang. Sedangkan puluhan penambang lain ikut menderita luka bakar.
Disinggung pula
dalam laporan ini, bahwa aktifitas PETI di Kab. Buru juga cukup menyerap BBM
yang diduga kuat adalah BBM bersubsidi. Namun setelah penutupan Tambang Gunung
Botak dan tambang Gogorea konsumsi BBM di alihkan ke tambang lain yang belum di tertibkan/ditutup.
Ada empat lokasi
penambangan ilegal yang hingga kini belum disentuh aparat, yakni di Gunung Nona,
Kecamatan Lolongguba dan tiga lainnya berada di Kecamatan Fenalisela, yakni di
tambang Garang Desa Wamlana, di tambang Waedanda dan tambang Miskoko Silewa.
Disorot lagi
dalam laporan ini, kalau tambang Emas Gunung Nona berada pada bantaran sungai
Waehedan, dimana para penambang di Gunung Nona rata-rata mengolah emas
menggunakan mesin Tromol dengan media penangkap emas adalah Mercury.
Mesin-mesin
Tromol tersebut berada pada bantaran sungai Waehedan dimana limbah dari mesin
Tromol yang telah terkontaminasi Mercury langsung dibuang ke sungai Waehedan.
Sungai tersebut mengalir langsung ke sungai Waeapo
dimana sungai waeapo ini dimanfaatkan sebagai aliran irigasi untuk sawah warga
melalui bendungan yang berada di Metar.
"Dikhawatirkan
air yang mengairi sawah terkontaminasi Merkury sehingga berpengaruh pada
tanaman padi maupun palawija para petani yang menggunakan air dari saluran
irigasi tersebut," demikian bunyi isi laporan ini. (KT/10)
0 komentar:
Post a Comment