Namrole, Kompastimur.com
Nur Kasrah,
bocah berumur 5 tahun 2 bulan ditemukan Warga Namrole, Kabupaten Bursel dalam
kondisi sangat memprihatinkan, dimana Nur Kasrah ditemukan dalam kondisi
mengalami gizi Buruk.
Akibat temuan
ini, Nur Kasrah langsung dilarikan ke RSUD Namrole untuk mendapat penanganan
serius dari pihak kesehatan rumah sakit setempat.
Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Bursel, Maluku, Ibrahim Banda kepada wartawan mangatakan,
pada Sabtu 31 Agustus 2019 sekitar Pukul 10:35 WIT, ada laporan dari masyarakat
terkait dengan ditemukannya anak dengan kondisi yang sudah sangat-sangat parah.
Dari laporan
masyarakat ini, kata Banda, mereka
langsung memfonis anak tersebut dengan status gizi buruk.
"Mereka
langsung fonis dengan status Gizi Buruk. Jawaban saya, saya akan bertindak
dalam waktu beberapa menit lagi. Setelah lima menit kemudian, kita sampai di
tempat dimana laporan anak itu berada. Dan kita temukan, ternyata benar laporan
masyarakat itu," ucap Banda, saat ditemui di rumah dinasnnya di Namrole,
Sabtu (31/8/2019).
Mendapati hal
itu, Banda langsung memerintahkan
stafnya untuk bergerak cepat dengan memulai pengambilan data, dan nama anak
tersebut serta mengkroscek latar belakan penanganan kesehatannya sejak masih
dalam kandungan.
"Setelah
kita lihat secara klinik, maka yang bersangkutan kita setujuh dan dokter juga
setujuh menyatakan dia adalah gizi buruk, penderita gisi buruk. Tetapi dari
data status imunisasinya termasuk campak semuanya lengkap termasuk ibunya saat
sedang mengandung," jelas Banda.
"Bahkan
Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap, pemberian FE juga lengkap 90 tablet
habis," katanya lagi.
Dijelaskan, dari
hasil penelusurannya penyebab awal anak (penderita) ini sampai menderita Gizi Buruk
yaitu pada usia 4 tahunan anak tersebut mulai tidak suka makan.
"Kemungkinan
ada faktor "X", faktor lain. Karena ibu dan bapaknya sudah pisah. Ibu
dan bapaknya pisah tahun 2018, ibu sama anaknya ke Waisama tepatnya di Desa
Hote tinggal dengan ponakannya (bidan) kemudian keluarga ini juga keluarga
tertutup dan hidupnya terus berpindah-pindah. Mereka awalnya di Kampung Baru,
Ambalu kemudian di Hote lalu ada tempat lain lagi dan terakhir mereka kost di
desa Waenono, kota Namrole," terang Banda.
Namun Banda
heran, kenapa pada saat dilakukan program PISPK (Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga dari pintu ke pintu,
tidak menemukan si penderita dan keluarganya.
"Saya juga
heran kenapa tidak tercover dalam PISPK, mungkin karena mereka berpindah-pindah
tempat tinggal, sehingga kami tidak dapat memantau anak ini," ucapnya.
Lebih jahu Banda
menjelaskan, Ibu si penderita yang diketahui bernama Ahran Solissa dan ayah
tirinya Johan Olihi tidak pernah membawa si penderitah untuk berobat ke petugas
kesehatan, mungkin disebabkan karena faktor ekonomi.
"Mungkin
faktor ekonomi. Ada salah satu warga sekitar yang mengetahui (melihat) anak
itu, dan langsung foto si anak dan langsung menyampaikan ke kita di dinas.
Selanjutnya untuk penanganan si
penderita, langsung dirujuk ke rumah sakit (RSUD Namrole) guna mendapat
penanganan dari dokter," tuturnya.
Diceritakan
Banda, pihaknya saat membawa Nur Kasrah ke rumah sakit sekitar pukul 11.00 Wit,
namun hinggah pukul 15.00 WIT belum juga terjadi perubahan yang berarti bagi si
Bocah. Sehingga pihaknya akan merujuk anak tersebut ke Rumah Sakit Namlea,
Kabupaten Buru.
"Tetapi
karena dokter spesialis anak sedang berangkat haji, dan ini penanganan serius
maka si penderita dirujuk ke RSUD Namlea dan semua beban ditangani oleh Dinas
Kesehatan. Saya ambil alih. Kami putuskan akan rujuk ke Namlea, karena pasien
tidak terdaftar sebagai peserta BPJS, maka semua biaya ditanggulangi oleh Pemda
Bursel melalui Dinas Kesehatan," jelasnya.
Pantauan media
ini di Ruang UGD RSUD Namrole, kondisi Nur sangat memprihatinkan sekali,
kondisi tubuhnya sangat kurus. Botol inpus terlihat tergantung, jarum inpus
penempel ditangannya dan selang oksigen melekat dihidungnya, dan ia (Nur)
sementara ditemani ibunya.
Dokter Umum RSUD
Namrole Fahrianis Laitupa yang menangani
pasien menolak memberikan keterangan dengan alasan harus berkoordinasi dahulu
dengan atasannya untuk mendapatkan ijin baru bisa memberikan penjelasan kepada wartawan.
(KT/02)
0 komentar:
Post a Comment