Namrole, Kompastimur.com
Persoalan pembangunan
di jalan lintas yang menghubungkan Kecamatan Namrole dan kecamatan Leksula di Kabupaten
Buru Selatan (Bursel) kini menjadi pro kontra ditengah-tengah masyarakat, namun
pembangunan di Bursel membutuhkan proses, dan pemimpin di setiap provins maupun
kabupaten kota bukanlah Tuhan yang dapat mewujudkan sesuatu dalam sekejab
termasuk bupati Bursel.
“Pak bupati
bukan tuhan, Saya dan Pak gubernur juga bukan tuhan, mudah-mudahan paling tidak
saya tidak bisa bilang tuntas 100 persen itu terlalu menghayal tapi paling
tidak representasi dari apa yang kami janjikan sehingga rakyat memilih
kami itu bisa dilaksanakan, salah
satunya jalan lintas Namrole-leksula,” kata Wakil Gubernur Maluku Barnabas N
Orno saat jumpa Pers di penginapan Golden Alfri’s, Desa Labuang Kecamatan Namrole,
Kabupaten setempat, Sabtu Pagi (20/07/2019).
Dikatakan, untuk
pembangunan jalan lintas yang diperuntukan bagi masyarakat Kecamatan Namrole
dan Kecamatan Leksula sejauh 10 kilometer berdasarkan saran Pak Gubernur. Tetapi
untuk realisasinya belum dapat dipastikan karena penetapan anggaran APBD
Provinsi Maluku telah ditetapkan oleh gubernur sebelumnya.
“Akan ada 10
Kilometer, 10 Kilometer itu kan saran dari pak gubernur, tapi waktu saya dan
pak gubernur belum dilantik APBD Provinsi Maluku sudah ditetapkan tapi pak
gubernur sudah katakan ke pak bupati bahwa tahun depan akan maksimal. Saya tidak
katakan berapa tapi akan maksimal dan ini kan harus segera dibuat,” ujar Orno.
Disamping itu,
Orno menyinggung soal pemekaran di Bursel dan Maluku Barat Daya (MBD) yang bertujuan
agar pembangunan dapat diterapkan di Maluku dan pembangunan itu harus bertahap
bukan dengan membuka telapak tangan langsung semuanya jadi.
“Jadi pengertian
tindak landas suatu daerah itu harus step by step dari perspekstif pembangunan.
Hari ini kita pakai sendal jepit, selanjutnya sendal swalow, liat orang pakai
sepatu ingin juga beli sepatu, sudah pakai sepatu mau juga merek yang paling
bagus dan selalu terus melakukan perubahan dan itu terjadi secara bertahap
begitu juga dengan pembangunan. Kalaupun ada kurang-kurang dalam proses
pembangunan itu manusiawi, kami ini bukan Tuhan yang bersabda dalam satu malam
saja besoknya langsung hal itu terjadi,” ucap Mantan bupati MBD ini.
Disampikan, bahwa
tidak ada pemimpin di Republik Indonesia ini termasuk di Provinsi Maluku dan Bursel
yang berpikir tidak pernah ingin menorekan yang terbaik bagi daerah kita, tetapi
semua itu menjadi tujuan awal pemekaran.
“Soal-soal
kurang itu manusiawi tapi apakah tidak ada jasa dari pemimpin itu. Pemimpin pertama
itu punya rasanya beda dengan pemimpin selanjutnya, kasih dukungan buat Bupati
Bursel. Jangan dibandingkankan kalau Kota Ambon bagus daerah lain bagus, tidak.
Setiap kabupaten punya permasalahan itu beda-beda, tingkat kerumitan itu beda-beda,
punya rentang kendalinya beda-beda apalagi soal anggaran,” ketus Wagub.
Lanjutnya, memekarkan
sebuah daerah itu bukan sekedar hanya dengan dokumen lengkap yang turun dari
langit, tidak seperti itu dan sekedar itu, semua butuh perjuangan. Kalau proses
pemekaran ini tidak terjadi baik itu Bursel maupun MBD, masyarakat tidak akan menikmati apa yang saat
ini sudah ada.
“Soal Bursel dan
MBD konteksnya sama, jadi hari ini orang boleh bilang apa tapi kalau tidak ada
pondasinya tidak mungkinlah bupati-bupati selanjutnya bisa melakukan sesuatu. Jadi
nanti kalau suatu saat Bursel dan MBD maju, karena pondasinya ini, Bursel dan MBD
berdiri di atas kaki sendiri, ini hutan jadi kota. Orang membangun kota itu
biasa tapi membentuk kota dari dalam hutan menjadi kota itu tidak biasa,”
ujarnya.
Seharusnya, tambah
Wagub, masyarakat di Bursel sudah bersyukur bisa menikmati banyak hal yang
sudah dibangun, walapun masih banyak hal yang belum tetapi para pemimpin di Maluku
ini hanya manusia.
“Tidak usah bicara
telkomsel yang canggilah, intenet yang canggih seperi saat ini. Bisa bilang
hello untuk keluarga diluar saja sudah cukup karena waktu itu Bursel dan MBD hanya
semata-mata menikmati anugerah Tuhan dengan bisa melihat bulan, bintang dan matahari
sehingga apa yang ada saat ini harus disyukuri. Jadi hari ini orang boleh
bilang apa tapi kalau tidak ada pondasinya tidak mungkinlah bupati-bupati selanjutnya
bisa melakukan sesuatu,” paparnya.
Atas nama
pemerintah provinsi, Wagub mengapresiasi kinerja Bupati Bursel bersama istri
serta suluruh stake holder yang berperan aktif dalam pembangunan di Bursel.
“Pemimpin itu
benar saja salah, apalagi salah. Orang-orang bicara soal pemimpin jarang orang
bicara soal baiknya atau apa yang diperbuatnya lebih banyak bicara salahnya,
tapi sudahlah sapa suru datang jakarta, sandiri suru sandir rasa. Kami dari
pemerintah Provinsi mengapresiasi apa yang telah ditorehkan Pak Tagop,”
tandasnya. (KT/02)
0 komentar:
Post a Comment