Piru, Kompastimur.com
Sekretariat
Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat Mansur Tuharea, membuka forum perlembagaan
perdamaian di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) yang di selenggarakan oleh
Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Direktorat
Penanganan Daerah Pasca Konflik.
Kegiatan
dipusatkan di aula pertemuan Hotel Amboina Desa Piru Kecamatan Seram Barat
Kabupaten SBB. Rabu (10/7).
Turut hadir
Perwakilan Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik oleh Kasubdit PDPK Wilayah IV
Swasnita Sihotang, Kasi Pencegahan Diretorat PDPK wilayah IV Slamet, dan Kasi
Pemulihan Direktorat pdpk wilayah IV King Faradai Wokas beserta rombongan.
Pemkab SBB
dihadiri oleh Kesbang Pol SBB H. Saban Patty, Kadis Pariwisata SBB J.M Soukota,
perwakilan Pengadilan Negeri SBB, Perwakilan Kejari SBB, Camat Se - Kabupaten
SBB, Perwakilan KNPI SBB Tokoh Agama dan masyarakat serta tamu undangan
lainnya.
Mewakili
Bupati SBB Moh Yasin Payapo, Sekda SBB Mansur Tuharea dalam sambutannya atas
nama pemerintah daerah mengucapkan terima kasih kepada Direktur Kementrian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Direktorat Penanganan Daerah
Pasca Konflik.
"Lebih
khususnya kepada bapak direktur penanganan daerah paska konflik serta rombong,
yang sudah menyempatkan waktu melihat atau mangente kami basudara di bumi Saka
Mese Nusa Kabupaten Seram Bagian Barat. Perjumpaan ini dalam bahasa orang
maluku, mengatakan "BAKU DAPA PAR KASE BAE ",” ucap Tuharea.
Menurut
Tuharea, penyelenggaraan acara di hari ini, merupakan kebanggaan kita bersama
dalam kultur masyarakat yang berkebhinekaan.
“Nilai-nilai
luhur bangsa yang selalu menjadi dasar rekatan persatuan dan kesatuan adalah
bukti dari jiwa dan semboyan dalam kehidupan bangsa Indonesia yaitu Pancasila sebagai
wujud dari implementasi konstitusi negara kesatuan republik Indonesia," ungkap
Tuharea.
Tuharea
menjelaskan, perdamaian adalah wujud dari konsep kehidupan yang sudah mendunia
secara internasional, dicanangkan oleh seluruh negara di dunia , yang digalakan
melalui gong perdamaian. Untuk itu masyarakat Maluku tidak akan pernah
melupakan peristiwa bersejarah ini.
“Untuk itu
Direktur penanganan daerah paska konflik dan rombongan, peristiwa konflik
sosial tahun 1999, adalah catatan sejarah bagi masyarakat Maluku, termasuk kita
semua yang berada di kabupaten Seram Bagian Barat," cetusnya.
Ditambahkannya,
Peristiwa-peristiwa sengketa antara kampung atau desa, kelompok atau golongan
akan selalu menjadi traoma bagi semua elemen masyarakat di daerah ini, dan karena
konflik tidak akan pernah membuahkan kebaikan, namun sebaliknya hanya
malapetaka yang diterima.
“Dengan
demikian budaya kita orang Maluku, termasuk Kabupaten Seram Bagian Barat adalah
pela deng gandong, adik deng kaka, wari dan wa harus selalu di panaskan,”
terangnya.
“Hidup yang
baku dukung bukan baku marah. Hidup baku lia bukan bakalai. Budaya inilah yang
akan selalu memanasi hidup damai, seperti yang di harapkan oleh pemerintah dan
kita semua saat ini," pungkasnya. (KT/MFS)
0 komentar:
Post a Comment