Piru, Kompastimur.com
Bupati Seram Bagian Barat (SBB) Moh Yasin Payapo
dengan resmi membuka festival pranata adat dan budaya untuk perdamaian dan
kerukunan di Kabupaten Seram Bagian Barat yang berpusat dilapangan tiga batang
air Piru (Eti Tala Sapalewa) Desa Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten setempat,
Kamis (11/7/2019).
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik bekerjasama dengan Pemda
SBB untuk menggelar penguatan festival pranata adat dan budaya untuk perdamaian
dan kerukunan di Kabupaten SBB.
Festival pranata adat dan budaya untuk perdamaian
dan kerukunan kabupaten SBB dengan tema yang diusung "Pesona Adat dan
Budaya Menjadi Harmonis Pemersatu serta Perdamaian".
Turut hadir Perwakilan Kementrian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Tertentu, Kasubdit PDPK Wilayah IV, Direktur PDPK Kementrian Kelautan dan
Perikanan RI Muh. Ismail.Mp, Bupati SBB Drs.H.M.Yasim Payapo.
Perwakilan Pengadilan Negeri Dataran Hunipopu
Kabupaten SBB Hidayat Sarjana, Kasi Intel Kajari Kabupaten SBB Geral Sahuteru,
OPD lingkup Pemda SBB, Danki Brimob SBB Iptu Supriyadi, Perwakilan Kodim 1502
-7/Piru Babinsa Desa Piru Serka Stenly Sekawael, camat se-Kabupaten SBB,
pejabat desa dan undangan lainnya.
Bupati SBB Moh Yasin Payapo, dalam sambutannya
mengatakan. Masyarakat Maluku dalam mencanangkan gerakan anti kekerasan atau
konflik sosial melalui gong perdamaian, selalu mengingatkan peristiwa
bersejarah tahun 1999, untuk semua masyarakat maluku, termasuk kabupaten seram
bagian barat.
“Dengan demikian budaya kita orang Maluku, termasuk
kabupaten Seram Bagian Barat adalah pela deng gandong, adik deng kakak, weri
dan wa, sagu salempeng patah bage dua, ale rasa beta rasa harus selalu di
panaskan terus menerus dan seperti gong yang berkumandang," ucap Payapo.
Hidup baku sayang bukan baku marah, hidup baku lia
bukan bakalai, hidup baku dukung bukan baku kuku, atau saling menjatuhkan. Budaya
inilah yang harus di pelihara dan dikembangkan, seperti yang diharapkan oleh
pemerintah daerah serta masyarakat seram bagian barat.
Penyelenggaran acara di hari ini, juga merupakan
kebanggaan kita bersama dalam tatanam dan sistem budaya masyarakat yang
kebinekaan.
“Menghargai nilai-nilai luhur bangsa yang mendasari
rekatan persatuan dan kesatuan sebagai wujud dari implementasi dasar negara dan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia," ungkap Payapo.
Menurut Payapo, festival budaya yang di laksanakan
juga bagian dari wujud konsep perdamaian, karna kebudayaan itu sendiri
merupakan sistem nilai kehidupan di mana masyarakat satu sama lainnya saling
berinteraksi dan bekerja sama, serta saling membutuhkan.
“Tidak ada kebudayaan di dunia ini, yang
mengharuskan peperangan, pepecahan atau konflik yang berkepanjangan tanpa ada
kedamaian," ungkap Payapo.
“Kami juga berharap kepada bapak direktur, ketika
kembali nanti semoga ada program atau kegiatan pada tahun kedepan yang dapat
mendorong dan memacu kemajuan bagi masyarakat di wilayah pesisir yang sulit di
jangkau dan membutuhkan sentuhan" harap Payapo.
Selanjutnya, ditempat yang sama pula, sambutan
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertentu yang disampaikan Kasubdit PDPK Wilayah IV
Ny Swasnita Sihotang menyampaikan bahwa Program Pemerintah Indonesia saat ini
antara lain melalui amanat nawa-cita pertama yaitu “menghadirkan kembali negara
untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
negara.
“Nawacita ke-3 yaitu “Membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan” yang menjadikan posisi desa sangat strategis dan penting sebagai
subyek pembangunan," kata Sihotang.
disampaikan, tujuan pembangunan desa sebagaimana
dituangkan didalam undang-undang desa adalah meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa.
“Pengembangan potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan yang dilaksanakan dengan
mengedepankan semangat kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan guna
mewujudkan pengarustamaan perdamaian dan keadilan sosial," paparnya.
“Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa harus
melibatkan semua elemen masyarakat, baik pemerintah desa, tokoh masyarakat,
tokoh adat, pemuka agama, pemuda dan masyarakat desa," imbuhnya. (KT/MFS)
0 komentar:
Post a Comment