Namrole,
Kompastimur.com
PENDIRI partai
Demokrat Hencky Luntungan membela kedua rekannya Max Sopacua dan profesor Ahmad
Mubarok yang kini diminta dipecat dari partai yang didirikannya lantaran
menghembuskan wacana Kongres Luar Biasa atau KLB.
Menurut
Hencky, sesungguhnya kedua orang tersebut ingin menyelamatkan partai Demokrat
dari ambang kehancuran yang lebi parah. Karena, sejak dipimpin SBY partai
Demokrat justru mengalami penurunan suara dalam setiap Pemilu.
"Persoalan
pembentukan sebuah lembaga oleh Max Sopacua dan Prof A. Mubarok adalah untuk
menyelamatkan partai Demokrat. Itu dinamika organisasi," kata Hencky dalam
siaran persnya, Senin (17/6/2019).
Kata Hencky,
terlalu dini untuk mengusulkan pemecatan terhadap kedua tokoh ini bersama
rekan-rekannya. Sebab, lanjut dia, pak Max dan pak Mubarok adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari sejarah partai Demokrat. Mereka adalah pendiri atau
"pemilik rumah" partai Demokrat.
"Bagaimana
mungkin 'penumpang' mau mengusir tuan rumah," jelasnya.
Justru menurut
Hencky, yang harus disingkaran adalah para penumpang gelap di internal partai
Demokrat. Karena, kami hanya ingin Demokrat kembali fitrah, menjadi partai
terbuka, nasionalis, religius, berpolitik cerdas dan santun.
"Perlu
disadari bahwa yang mengusulkan pemecatan tau diri, justru mereka itulah yang
merusak marwah partai Demokrat. Mereka harus dipecat," ujarnya.
Hencky
mejelaskan, mendirikan sebuah partai politik dan langsung mengantarkan
seseorang menjadi Presiden dua kali berturut-turut tidaklah mudah.
"Mohon
maaf, pak SBY saja masuk tahun 2003. Saat itu partai Demokrat sudah exis,"
kata Hencky.
Dia pun
meminta orang-orang yang sering membuat gaduh dan berbicara tidak santun itu
segera hengkang dari partai Demokrat dan membuat partai baru. "Kalo jiwa
kutu loncat politisi kacangan dan tidak santun sebaiknya buatlah partai baru
saja".
"Sebaikanya
SBY yang justru segera menyingkirkan para penumpang gelap yang ada di partai
Demokrat," pungkas Hencky Luntungan.
Sebelumnya,
kader senior partai yang tergabung dalam Gerakan Moral Penyelamatan Partai
Demokrat (GMPPD) mendesak agar DPP Partai Demokrat menggelar KLB. Mereka adalah
Max Sopacua, Ahmad Mubarok dan Ahmad Yahya.
Mereka
menuntut penyelenggaraan KLB Demokrat paling lambat 9 September 2019.
"Kami
menetapkan momentum puncak GMPPD dengan menyiapkan, mendorong dan melaksanakan
suksesnya Kongres Luar Biasa," ucap Anggota GMPPD Max Sopacua ditemui di
Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (13/6/2019).
Max meyakini
KLB Demokrat bisa menyelematkan nasib partai. Sebab, terjadi penurunan prestasi
partai sejak Pileg diselenggarakan dari 2009 hingga 2019.
Tercatat, perolehan
suara partai di Pileg 2009 mencapai 21,7 juta. Demokrat menjadi partai pemenang
Pileg 2009. Perolehan Demokrat lantas menurun di Pileg 2014 dengan 12,4 juta
suara dan menempati peringkat empat.
Puncak
penurunan terjadi di 2019. Demokrat hanya mendapat 10,8 juta suara dan
menempati peringkat ketujuh di Pileg 2019.
Belakangan
bentuk keprihatinan mereka terhadap partai Demokrat itu "dibalas"
dengan suara pemecatan dari anak buah SBY, seperti yang dikatakan Kadiv
Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.
Ferdinand
Hutahaean menegaskan usul sanksi pemberhentian bagi penggagas KLB kadung
menguat. Dewan Kehormatan PD disebut bakal segera bekerja sesuai kewenangan
mereka.
"Usulan
sanksi tersebut kemudian juga mencuat agar penggagas KLB diberhentikan atau
dipecat. Terkait ini, akan menjadi wilayah Dewan Kehormatan. Lembaga dalam
organisasi yang dipimpin Amir Syamsudin ini tentu akan bekerja sesuai
kewenangannya. Maka kami menyerahkan kepada Dewan Kehormatan terkait usul
pemberhentian tersebut," jelas Ferdinand, Sabtu (15/6/2019) malam. (KT/WIT)
0 komentar:
Post a Comment