Maluku
Tengah, Kompastimur.com
Kapitan
Pattimura alias Thomas Matulessy merupakan seorang laki-laki Kabaressi gagah
berani yang rela berkorban untuk emansipasi (kebangkitan) harkat dan martabat
bangsanya.
Demikian
diuangkapkan oleh Upu Latu (Gubernur Maluku) Murad Ismail, dalam sambutannya
saat Perayaan HUT pahlawan nasional Thomas Matulessy alias Kapitan
(panglima perang) Pattimura ke-202, Rabu (15/5) di Saparua, Kabupaten Maluku
Tengah.
“202 tahun sudah
perjuangan Pattimura, tetapi api perjuangannya selalu menyala. Dia telah
mengajarkan kepada kita tentang makna dan arti penting menjadi seorang pejuang,
bukan seorang pecundang. Pejuang yang rela mengorbankan seluruh jiwa raga untuk
bangsanya, pejuang yang lebih mementingkan kepentingan bangsanya lebih dari
kepentingan diri dan kelompoknya, pejuang yang selalu mau mengayomi, bukan
sekedar mau diayomi, pejuang bukan mau dilayani tetapi melayani, pejuang yang
yang berjiwa besar dan punya punya mimpi besar untuk bangsanya,” kata gubernur.
Gubernur juga
mengingatkan tentang semangat patriotisme dan nasionalisme yang boleh dikatakan
sedang berada di titik Nadir.
“Betapa nyaris,
arus besar neo-liberalisme dan neo-kapitalisme telah melunturkan kabanggaan
identitas kebudayaan kita sebagai orang Maluku dan bangsa Indonesia, dan bangga
dengan menggunakan identitas orang lain,” ingatnya.
Bukan hanya itu,
sebut gubernur, pergeseran nilai-nilai budaya juga punya dampak yang sangat
signifikan terhadap rapuhnya ikatan-ikatan hidop orang basudara atau
solidaritas sesama anak bangsa.
“Apalagi, dalam
beberapa waktu terakhir, khususnya pada saat Pilpres dan Pileg 2019 ini hoax
dan ujaran-ujaran kebencian bertebaran dengan bebas di media sosial, membuat kita
terpolarisasi. Bukan hanya itu, politik identitas juga berdampak
pada upaya mempertentangkan agama dan negara atau agama dan Pancasila. Karena
bagi kita bangsa Indonesia, tidak ada pertentangan antara agama dan negara.
Bahwasanya semua agama di Indonesia telah final menerima Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ungkap gubernur.
Masih kata
gubernur, secara lokal, pergeseran nilai-nilai budaya juga berdampak pada masih
sering terjadinya konflik antar negeri atau kampung, seperti antara negeri
Latu, Hualoy dan Tomalehu.
“Padahal katong
samua orang basudara.” ingatnya.
Olehnya itu,
melalui momentum HUT Pattimura dirinya mengajak, gelorakan kembali jiwa
kepahlawanan Kapitan Pattimura untuk berjuang dan berani berkorban untuk
membangun daerah ini.
“Hilangkan
egoisme dan primordialisme sempit berdasarkan kelompok, kampung dan agama serta
perkuat spirit kebersamaan sesama orang basudara,”imbaunya.
Gubernur juga
menegaskan bahwa, perjuangan saat ini bukan lagi melawan penjajah dengan
parang, tombak atau senjata, tetapi perjuangan saat ini yaitu, bagaimana bangun
dan kembangkan pertalian sejati sesama orang basudara untuk bakukele, Masohi
dan Badati bangun Maluku yang maju dan sejahtera dan berdaulat.
“Sesuai tema HUT
yaitu ”Kita Lestarikan Budaya Maluku Guna Memperkokoh Kehidupan Orang Basudara
Bangun Maluku Yang Aman Dan Sejahtera,” tandasnya. (KT/09)
0 komentar:
Post a Comment