By, Arnold Thenu (Mantan Aktivis 98) |
Opini, Kompastimur.com
Tidak lama lagi
rakyat Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi yang idealnya harus diwarnai
dengan penuh kegembiraan dalam hajatan politik (pilpres) tersebut.
Bukan malah
diwarnai dengan issue-issue menyesatkan dalam kemasan hoax atau lainnya yang
sengaja diciptakan untuk meresahkan rakyat Indonesia. Bahkan, pemilihan
presiden yang akan digelar 17 April mendatang sudah dikatakan curang. Padahal,
pemilihan presiden belum digelar apalagi dihitung dan di umumkan secara resmi
hasilnya oleh KPU.
Jadi, issue
pemilihan presiden curang sebelum pemilu itu dilaksanakan adalah issue
provokatif.
Dalam Pilpres,
wajar kalau setiap Capres dan Cawapres ingin merebut hati rakyat. Tetapi, harus
dengan cara-cara yang sportif. Bukan berarti, ingin naik kepuncak sebagai
pemenang harus menginjak dengan segala cara agar pesaingnya terjungkal jatuh.
Lebih parah lagi, mencari pembenaran dengan cara menyalahkan pesaingnya dengan fitnah keji agar dianggap
benar. Dan, anak sekolah dasarpun mengetahui kalau fitnah itu lebih kejam dari
pembuhuhan.
Ironisnya, orang
yang mengaku dewasa malah menyebarkan fitnah dengan penuh percaya diri. Kini,
fitnah itu berkembang menjadi issue menyesatkan di masyarakat. Dan, berpotensi
memecah belah masyarakat. Salah satunya adalah issue pemilu curang tersebut. Padahal,
issue pemilu curang sudah pernah dimainkan pada Pilpres 2014 yang lalu oleh
kubu Prabowo yang saat itu dikalahkan oleh Jokowi.
Dalam Pilpres 2014
lalu, Prabowo mengatakan bahwa Pemilu curang. Issue Pemilu curang secara
terstrukur, sistematis dan masif (TSM) menjadi jargon kubu Prabowo yang saat
itu berpasangan dengan Hatta Rajasa. Miris memang, ketika mereka memainkan
issue tersebut pasca kalahnya pasangan tersebut dalam perhitungan perolehan
suara. Karena, Prabowo ternyata tidak mampu membuktikan apa-apa perihal pemilu
curang secara TSM seperti yang dia lontarkan. Atau, mungkin memang Prabowo sendiri tidak mengerti arti sekaligus makna
dari kecurangan TSM itu sendiri. Sehingga, dalam persidangan kubu Prabowo tidak
mampu menjelaskan apalagi membuktikannya secara hukum perihal kecurangan
pilpres secara TSM.
Lucunya,
sekarang pion politik kubu Prabowo dikorbankan untuk menggoreng issue usang
pemilu curang seperti yang mereka pernah
mainkan 2014 lalu. Aneh, seharusnya seorang kakek-kakek mengajarkan
kepada anak cucunya agar tidak boleh
suudzon. Tetapi, kakek-kakek itu justru memaksa anak cucunya untuk berpikir
suudzon. Dan, tanpa disadari pion politiknya kubu 02 itu sedang menunjukan
kepanikan. Karena, sepertinya tidak ada cara lagi untuk memenangkan kubu 02
secara sportif. Dan, memilih mengorbankan rakyat demi kepentingan sesaat adalah
dosa besar jika itu yang di inginkan.
Oleh karena itu,
untuk alasan apapun rakyat tidak boleh di adu domba dalam Pilpres 17 April
mendatang. Sehingga, diharapkan dalam waktu tersisa ini kubu 02 berani
berbicara dengan bahasa kebenaran seperti
berbicara soal prestasi capres
dan cawapresnya jika ada. Atau, hal-hal yang bisa dibanggakan secara positif.
Bukan, malah memainkan issue-issue yang provokatif.
0 komentar:
Post a Comment