Namrole, Kompastimur.com
Du Soulissa, kerabat dan juga supir Bupati Buru
Selatan Tagop Sudarsono Soulisa membantah menyuruh
Sarifudin Pellu untuk menganiaya Bernardo Leluly Wartawan Tahuri.
Kapolsek
Namrole, AKP Yamin Selayar mengaku bahwa penyidik Polsek Namrole telah
melakukan pemeriksaan terhadap Du Soulissa, kerabat Bupati Buru Selatan
(Bursel), Tagop Sudarsono Soulissa, Sabtu (23/03).
“Sudah, yang
bersangkutan telah dimintai keterangan dan di BAP kemarin,” kata Kapolsek
kepada media ini di Namrole, Minggu (24/03).
Kapolsek mengaku,
supir Bupati Bursel itu diperiksa selama 1 jam lebih, namun yang bersangkutan
membantah telah menyuruh pelaku Syarifudin Pellu untuk menganiaya korban
Bernardo Leluly yang adalah wartawan Koran Tahuri.
“Yang
bersangkutan diperiksa mulai pukul 09.00 WIT dan selesai pukul 10.30 WIT. Dari
hasil pemeriksaan yang bersangkutan tidak mengakui bahwa yang bersangkutan yang
menyuruh tersangka untuk menganiaya korban,” ungkap Kapolsek.
Lanjut Kapolsek,
dalam beberapa keterangan yang disampaikan Du, ternyata berbeda dengan apa yang
disampaikan oleh Syarifudin Pellu.
Setelah
pemeriksaan kepada Du, pihaknya akan melakukan proses konfrontir terhadap
Syarifudin dan Du secara bersamaan.
“Tetapi nanti
kita akan konfrontir keduanya secara bersamaan supaya diketahui seperti apa
karena ada ketidaksinkronan dari pengakuan tersangka dan dari orang yang
tersangka akui yang menyuruhnya,” terangnya.
Diberitakan
sebelumnya, Syarifudin Pellu, warga Desa Masnana, Kecamatan Namrole, Kabupaten
Buru Selatan (Bursel) yang diduga orang suruhan kerabat Bupati Buru Selatan
(Bursel) tegah menganiaya wartawan Koran Tahuri, Bernardo Leluly, Minggu
(17/03) hingga mengalami luka diatas bibir, memar di siku kiri dan di lutut.
Leluly kepada
wartawan di Polsek Maluku, Senin (18/03) usai memberikan keterangan kepada
polisi selaku saksi korban mengaku kronologis kasus penganiayaan yang
dialaminya itu terjadi pukul 23.40 WIT ketika ia kembali membeli rokok dari
kios yang tak jauh dari kos-kosannya.
“Dia pukul dari
belakang lalu picah bibir atas. Pas waktu dapat pukul langsung beta jatuh dan
ada lecet di tangan dan lutut,” kata pria yang akrab disapa Nardo ini.
Kendati sempat
jatuh, Nardo lalu berupaya mengejar pelaku sambil minta tolong. Dimana, setelah
pelaku berlari kea rah Restaurant milik almarhum Wakil Bupati Bursel, tiba-tiba
datanglah sejumlah anggota Polsek Namrole yang sementara melakukan patroli
malam dan langsung menangkap pelaku.
“Kebetulan saat
itu anggota Polsek Namrole sementara patroli malam, persis di depan Resto
almarhum Pak Wakil, pelaku langsung di tahan. Sedangkan beta sendiri dibawa ke
rumah sakit untuk di visum. Waktu visum selesai, arahan dari Polisi besok
(Senin-red) pukul 09.00 WIT baru buat laporan karena sudah larut malam,”
ungkapnya.
Dimana, pada
Senin (18/03) Nardo dan istrinya pun mendatangi Mapolsek Namrole bersama salah
satu saksi lainnya, Elvis Pelasulla untuk memberikan keterangan kepada pihak
kepolisian.
“Pelakunya
Syarifudin Pellu. Dugaan sementara dia disuruh oleh orang lain untuk pukul beta
(saya-red). Hubunga beta dengan pelaku tidak ada apa-apa, kenal pun tidak,
namanya juga tidak. Setelah pemeriksaan baru diketahui namanya Syarifudin
Pellu,” ujarnya.
Nardo menduga
kasus pemukulan yang dialaminya ini ada hubungannya dengan berbagai pemberitaan
yang dilakukannya selama ini selaku seorang jurnalis sehingga untuk mengetahui
secara jelas motif pemukulan terhadap dirinya Ia meminta agar pihak kepolisian
dapat segera memanggil dan memeriksa otak intelektual dibalik kasus tersebut.
“Jadi
kemungkinan ada mata rantai, ada orang lagi yang menyuruh penyuruh Pellu.
Kemungkinan ada tiga orang terduga pelaku. Jadi, kalau bisa orang-orang ini
juga diperiksa supaya bisa tahu titik persoalannya kenapa,” pintanya.
Anggota
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bursel ini berharap PWI Kabupaten
Bursel, PWI Maluku, PWI Pusat maupun Komnas HAM RI turut membantu mengawal
kasusnya ini sehingga tidak diintervensi oleh oknum-oknum tertentu.
“Jadi, beta
memohon dukungan dari PWI dari Bursel, PWI Provinsi, PWI Pusat dan kalau bisa
juga dari Komnas HAM bisa memberikan support dan dukungan terkait persoalan
ini. Karena memang ada dugaan kuat ini ada kaitannya dengan
pemberitaan-pemberitaan selama ini di Bursel,” pintanya.
Sebab, jika
kasus-kasus seperti ini dibiarkan dan tak ada efek jerah bagi pelaku maupun
otak intelektualnya, maka ditakutkan kedepan aka nada korban-korban
penganiayaan seperti yang ia alami.
“Jadi, selaku
anggota PWI yang juga sudah lulus Ujian Kompetensi Wartawan (UKW) yang punya
legalitas UKW, saya memohon dukungan dari PWI dan aliansi jurnalis yang lain
sehingga kedepan jangan sampai ada lagi kasus-kasus yang sama seperti yang beta
alami,” pintanya.
Tak hanya itu,
jajaran kepolisian Polres Buru, Polda Maluku maupun Mabes Polri pun diminta
untuk mengawal penanganan kasus yang sementara ditangani Mapolsek Namrole itu.
“Beta juga
meminta dukungan dari oihak kepihak kepolisian, baik Polsek, Polres, Polda
Maluku maupun Kapolri juga kalau bisa mengawal kasus ini sehingga kasus ini
benar-benar transparan bagi kami jurnalis yang ada di Bursel, dan Maluku pada
umumnya seluruh jurnalis di Indonesia agar kasus-kasus pemukulan terhadap
wartawan tidak kembali terjadi, karena kasus ini diduga ada kaitan dengan
pemberitaan selama ini,” tuturnya.
Sementara itu,
Syarifudin Pellu, pelaku pemukulan mengaku aksi pemukulan yang dilakukan oleh
dirinya terhadap Nardo karea disuruh oleh kebarat dekat Bupati Bursel Tagop
Sudarsono Soulissa yakni Du Suolissa yang sehari-hari bekerja sebagai Supir
Bupati.
“Du yang suruh.
Supir Bupati,” kata Syarifuddin kepada wartawan di Mapolsek Namrole, Senin
(18/03).
Menurut
Syarifudin, Ia disuruh langsung oleh Du Soulissa yang datang langsung ke
kediamannya di Masnana kendati tak ada imbalan apa-apa.
“Di rumah di
Masnana dua minggu lalu, tidak kasih uang,” ungkap pria yang sehari-hari
berprofesi sebagai nelayan itu.
Syarifufin
mengaku bahwa Du Soulissa beberapa kali meminta ia melakukan pemukulan terhadap
korban dan bahkan menunjukkan korban secara langsung kepada dirinya disaat
korban sementara santai di teras kos-kosan.
“Du yang tunjuk
orang (korban-red) langsung. Waktu itu lagi duduk di teras,” ucapnya.
Sementara itu,
selain telah memeriksa korban Bernardo Leluly, polisi juga telah meminta
keterangan dari istri Bernardo yakni Marna Lamaloang dan salah satu saksi
lainnya, yakni Elvis Pelasula serta tersangka Syarifudin Pellu. (KT/06)
0 komentar:
Post a Comment