Makassar, Kompastimur.com
BRC Table Talk
seri ketiga dengan tema "Budaya Politik & Wisata Demokrasi"
menghadirkan Guru Besar Bidang Politik IPDN Prof. Nurliah Nurdin dan Dosen Ilmu
Komunikasi FISIP UNHAS Dr. Hasrullah.
Tampak hadir
juga Founder BRORIVAI Center, Dr. Abdul Rivai Ras yang akrab disapa Bro Rivai
menjadi pemandu acara, menurutnya ada dua type yang menggambarkan kaderisasi
partai politik saat ini sehingga kualitas politisi banyak dipertanyakan di
ruang-ruang publik.
"Ada dua
type yang menjadi persoalan saat ini, saya sebut dengan istilah Marbot (Doja)
Politik dan Politik Mie Instan" Ucapnya, 10 Maret 2019 di Warunk Upnormal.
Lebih jauh ia
menjelaskan bahwa Marbot Politik yang di maksud adalah jenjang kaderisasi
dipartai politik, ada beberapa politisi mulai berkarir di Partai memulai dari
bawah, seperti menjadi staf, kepala sekretariat, sekretaris hingga menjadi
ketua partai.
"Politisi
dengan karakter seperti ini loyal terhadap partai namun kurang memahami konteks
kepemimpinan secara utuh, misalnya pengambilan kebijakan dan pembuatan sebuah
produk-produk hukum," ucapnya.
Berbeda dengan
Politik Mie Instan, type ini adalah kumpulan orang-orang yang memiliki modal
budgeting yang cukup untuk membeli kendaraan partai agar ikut bertarung atau
dipinang oleh partai mengikuti sebuah kontestasi pileg misalnya.
Namun,
"secara kapasitas kurang mampu beradaptasi dan mengambil peran terhadap
hal-hal yang sifatnya kepentingan publik. Biasanya type seperti ini adalah
mereka yang memiliki uang lebih atau seorang keluarga pejabat. Entah bapaknya
adalah Gubernur, Walikota atau seorang Bupati" Jelas Bro Rivai.
Pernyataan Bro
Rivai ini tentu memberikan gambaran nyata terhadap fenomena caleg yang
notabenenya bakal mengisi parlemen nanti. Apakah benar politisi yang
bermunculan sekarang ada karena kualitas atau karena Marbot Politik atau
Politik mie Instan ?
Apapun itu
lanjutnya, proses rekrutmen politik itu harus selektif, mampu membawa
perubahan, mengantarkan aspirasi rakyat disamping memiliki kapabilitas
kepemimpinan serta cukup bekal wawasan dan
pengetahuan politik termasuk kebijakan pembangunan. Hal ini penting bagi
politisi dalam mendorong kualitas proses politik dan demokrasi di masa depan. (KT/Rls)
0 komentar:
Post a Comment