Namrole,
Kompastimur.com
Bupati Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Tagop Sudarsono Soulissa
belum lama memperoleh penghargaan dari PWI Pusat sebagai salah satu bupati di
Indonesia yang peduli olahraga, pada Hari Pers Nasional (HPN) 2019.
Penghargaan kepada, Tagop Soulisa diserahkan
langsung Ketua PWI Pusat, Atal Sembiring Depari, pada
malam Golden Award SIWO
PWI 2019, Jumat (08/02/2019) malam di Halaman Gedung Negara Grahadi,
Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
Namun nampaknya penghargaan tersebut diberikan
kepada figur yang salah, sebab ternyata sang penerima penghargaan yang adalah suami dari Safitri Malik, Calon DPR RI Dapil Maluku ini diduga
adalah figur yang alergi terhadap wartawan.
Sikap alergi Bupati Bursel terhadap
wartawan ini terkuak lewat pernyataan sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) di lingkup Pemkab Bursel yang mengaku bahwa sang Bupati melarang wartawan
untuk meliput kegiatan pelantikan sejumlah Kepala Desa di Kecamatan Kepala
Madan yang akan dilakukannya, Senin (25/03/2019).
Dimana, mantan Ketua PWI Kabupaten
Bursel yang juga wartawan Suara Maluku Taufik Hidayat Tuanaya bersama dua
rekannya Herman Masuku (wartawan Spektrum Maluku) dan Sudirman Warhangan (wartawan
Mediator Maluku) yang ingin menghadiri kegiatan pelantikan itu pun di cegat oleh
Kasat Pol PP Kabupaten Bursel, Asnawy Gay atas peritah Bupati.
"Asnawy Gay bilang untuk Beta (Saya-red)
bahwa Bupati larang wartawan ikut," kata Tuanaya kepada wartawan di
Namrole, Senin (23/03/2019).
Lanjutnya, bukan hanya Asnawy, tetapi
ternyata larangan Bupati itu pun turut disampaikan langsung oleh Sekretaris DPRD
Kabupaten Bursel yang juga salah satu kandidat Sekretaris Daerah (Sekda)
Bursel, Hadi Longa.
"Hadi Longa juga bilang Wartawan
jangan ikut," tandas Tuanaya.
Tuanaya yang dikenal sangat dekat dengan
Tagop ini mengaku bahwa pers dan pemerintah daerah adalah mitra. Dimana,
keberhasilan pembangunan di daerah ini juga tak lepas pisah dari andil pers.
Ia pun mengaku heran dengan sikap Bupati
Bursel dua periode yang gagal menjadi Calon Gubernur Maluku itu.
"Wartawan dilarang ikut, berarti
sudah berbeda dengan keinginan Bupati saat menyuruh Beta untuk berangkat ke
Kecamatan Kepala Madan untuk meliput pelatikan Kades. Padahal, itu disampaikan
di acara Musrembang tadi saat ketemu Bupati," jelas Tuanaya.
Walau begitu, figur yang selalu berfikir
positif terhadap sang Bupati ini menduga larangan tersebut kemungkinan bukanlah
keinginan dari Bupati, tetapi ada pihak ketiga yang sengaja membawa-bawa nama
Bupati.
"Beta kira Bupati tidak melarang
wartawan, beta curiga orang-orang dekat Bupati yang tidak mau wartawan
ikut," pungkas Tuanaya.
Bupati yang dikonfirmasi via telepon selulernya terkait hal tersebut ternyata tak bisa dihubungi.
Bupati yang dikonfirmasi via telepon selulernya terkait hal tersebut ternyata tak bisa dihubungi.
Untuk diketahui, selain diduga alergi
wartawan, Minggu (17/03/2019) lalu, salah satu wartawan Kabupaten Bursel yang
juga mantan Bendahara PWI Kabupaten Bursel, Bernardo Leluly pun dianiaya oleh Syarifudin Pellu, warga Desa Masnana, Kecamatan Namrole.
Ketika ditanyai oleh
wartawan maupun dari hasil pemeriksaan oleh penyidik di Mapolsek Namrole,
Syarifudin mengaku kalau aksi penganiayaan yang dilakukannya terhadap wartawan
Koran Tahuri itu karena disuruh oleh kerabat Bupati Bursel, Du Soulissa yang sehari-hari
bekerja sebagai supir Bupati. (KT-03)
0 komentar:
Post a Comment