SBT, Kompastimur.com
Menjelang
Pemilu, Badko HMI Maluku dan Maluku Utara dibawa kepemimpinan, Firdaus Arey
resmi melaksanakan Diskusi Publik dengan Tema "Pemimpin Milenial, dan Masa Depan
Negeri".
Kegiatan
tersebut berlansung pada, Sabtu (30/03) di Kedai Kanos, Jln.Protokol Bula.
Arey menaruh
harapan besar terhadap generasi milenial di daerah ini untuk berpartisipasi
aktif dan mengambil serta berkontribusi secara aktif dalam membangun Kabupaten
Seram Bagian Timur (SBT) kedepan.
Menurutnya,
karena para kaum milenial hadir sebagai generasi dengn memiliki segudang konsep
dan ide cemerlang untuk membangun Negeri ini.
"Generasi
milenial adlah harapan daerah,dan harus memiliki andil yang besar untuk
membangun negeri, serta berkontribusi secara aktif membagun Kabupaten SBT,”
ujarnya.
Hadir sebagai
Narasumber dalam kagiatan ini diantaranya, Ketua KPU SBT demisioner, Junaidi
Mahad, Abdul Azis Yanlua Caleg dari PDIP, Abdullah Keliobas dari Partai
Berkarya, dan Fathur Kwairumaratu dari PPP.
Mahad dalam
paparan mengatakan, Pemilih kaum melinial yang yang terdaftar dalam DPT sangat
banyak sehingga patut diapresiasi serta menggunakan hak Politik mereka dengan
baik. Mestinya KPU harus menggagas atau menyediakan panggung buat para Calon
Anggota DPRD dari generasi milenial ini sehingga para mereka bisa mengadu
gagasan dan konsep, sehingga Para pemilih tidak terkesan memilih kucing dalam
karung.
"Harus ada tempat
dimana para caleg menyampaikan gagasan sehingga kita tidak memilih kucing di
dalam karung. Pemilih milenial di SBT 10.111 (17 tahun ) sedangkan 25- 40 tahun
itu sekitar 50%,' kata Mahad.
Sedangkan Abdul
Azis Yanlua dari PDIP dalam pandangannya menjelaskan, Generasi milenial ini
adalah generasi digital, sehingga harus berpikir rasional dan objektif.
Selain itu, para
generasi milenial ini harus menjadikan politik sebagai alat pencapaian
kekuasaan dengan tujuan, untuk menciptkan kesejahteraan rakyat, namun dirinya
mengakui, para Caleg generasi milenial yang hanya bermodlakan idealisme kadang
tereleminasi akibat dari mahalnya cost politik massa kini.
"Milenial
ini kan generasi yang lahir di abad digital, Politik ini alat mencapai
kekuasaan, tujuaannya untuk menciptakan kesejahteraan rakyat sebagai gagasan
idealis. Caleg milenial banyak tereliminasi karena mahalnya cost politik,"
ucapnya.
Fathur Kwairumaratu
dari PPP, dalam paparan singkatnya, menghimbau kepada generasi saat ini yang
lagi tren disebut generasi milenial agar tidak diam, namun harus berani
mengambil posisi, namun jangan apatis.
" Mestinya
generasi ini harus melawan sifat apatis serta tidak menjadi generasi pragmatis.
Generasi milineal itu penentu, jangan tinggal diam, jangan apatis apalagi
sampai pragmatis," imbuhnya.
Ditempat yang
sama, Abdullah Keliobas dari Partai Berkarya justru menyarankan para generasi
saat ini, agar dalam menentukan pilihan atau hak poliziknya tidak bersandar
pada isi dompet sesorang.
Namun harus
menunjukan sikap tepat untuk memilih para caleg muda potensial untuk mewujudkan
semua itu, para kaum milenial tidak boleh tergiur dengan hal-hal kecil yang
bersifat sementara yang akan meninggalkan penderitaan bertahun-tahun.
"Jangan
tentukan pilihan karena isi dompet, jangan tergiur. Pilihlah Caleg muda yang
potensial dan bukan pengubar janji," ucap Keliobas. (KT/FS)
0 komentar:
Post a Comment