Makassar, Kompastimur.com
Jumat,
10 Januari 2018
Dusun LIMBONG,
sebuah kampung kecil yang terletak di ujung bagian barat kabupaten Tana Toraja.
Terletak di kecamatan simbuang, Limbong menjadi bagian dari Lembang Simbuang
batu Tallu. Jaraknya yang sangat jauh dari Ibu kota kecamatan Simbuang, membuat
kampung ini sangat terisolir dari berbagai hal. Dari Ibu kota Kecamatam butuh
waktu 5 jam untuk sampai ke Limbong dengan berjalan Kaki.
6 Januari, 2019,
dalam perjalanan kami menuju Limbong, kami sempat berpapasan dengan beberapa
warga Limbong di tengah jalan, Lalu dalam bahasa setempat kami bertanya
"Mau kemana bu'.?". Mereka sontak menjawab, "kami mau ke
pasar". Hal yang cukup mengherankan sekaligus menyimpan ironi, karena saat
perjalanan hari itu hari Minggu,
sementara hari pasar di lekke' adalah hari Senin. Singkat cerita, mereka
menjelaskan kalau mereka memang sengaja harus berangkat hari Minggu, agar tidak
terlambat saat hari pasar tiba.
Setibanya di
Limbong, kami menanyakan pada warga disana tentang ibu" yang kami jumpai
di jalan. Dan jawaban yang cukup mencengangkan kami peroleh kalau hari senin
ketika petang menjemput barulah mereka yang kemarin ke pasar akan tiba kembali
di rumah masing-masing. Letak
geografisnya yang berada di pegunungan, Dusun Limbong tidak punya area untuk
dikelolah sebagai area Persawahan sehingga dari Pasar Lekke' lah warga Limbong
mendatangkan beras.
Bercerita
tentang pendidikan, yang menjadi tujuan utama kami kesana, SD Limbong Masih
cukup memprihatinkan dari semua aspek. Mempunyai -+60 murid yang di bagi dalam
dua lokasi belajar, yakni di kampung Limbong dan Kasambi. Saya akan menceritakan
tentang wajah pendidikan di sana, dibalik ragamnya persoalan pendidikan disana,
saya akan batasi pembahasan tentang tempat belajar yang terletak di Limbong
yang jumlah muridnya lebih dari 30 murid. Memiliki sebuah Gedung lebih tepatnya
disebut Gubuk.
Gedung/Gubuk
sekolah ini masih terbuat dari kayu dan beralaskan tanah dibagi kedalam 2 ruang
belajar. Ironi lain yang ada adalah jumlah pengajar aktif hanya 1 orang aktif
berbanding terbalik dengan jumlah siswa yang diajar. Tentu kondisi ini tidaklah
maksimal pada perkembangan peserta didik. Pak Sule Barung adalah satu-satunya
Pengajar yang mengabdikan dirinya buat sekolah ini. Mengabdi sejak tahun 2000,
Sule Barung kini layak disebut Pahlawan Pendidikan di sana. Meski bukan ASN
(PNS) Sule Barung tak kenal lelah mencurahkan tenaga, waktu dan materi untuk
tetap menyebarkan benih masa depan bagi anak-anak muridnya. Karena baginya Pendidikan harus dirasakan
semua anak negeri dan Anak-anak Limbong ada didalamnya. (KT/Rls)
0 komentar:
Post a Comment