Namrole,
Kompastimur.com
Pemuda Buru Selatan
mengecam dan menolak keras tempat pelaksanaan Seminar Nasional yang
dilaksanakan oleh Pemda Buru Selatan bertempat di Universitas Pattimura Ambon
dan bukan dilaksanakan di Kota Namrole Buru Selatan (Bursel).
Kecaman ini disampaikan oleh
salah satu Wakil Ketua Pemuda Muhamadiyah Buru Selatan Jalis Sigmarlatu dan
salah satu tokoh pemuda Buru Selatan Arsyad Souwakil kepada wartawan di Kota
Namrole, Sabtu (17/11/2018).
Diketahui, kegiatan
Seminar yang dilaksanakan oleh Panitia yang diketuai oleh Prof. DR Ali
Awan tentang, kebijakan dan pemanfaatan teknologi agrobisnis dan
pariwisata dalam menunjang pembangunan nasional.
Kegiatan ini berdasarkan
undangan yang beredar dan akan berlangsung pada Kamis (22/11/2018), Pukul 09.00
wit bertempat di Studen Center FKIP Unpatti Ambon, dimana biaya kontribusi
seminar sebesar Rp.500 ribu/orang.
Menyikapi ini, Sigmarlatu
menilai kegiatan tersebut yang berlangsung di kota Ambon tepatnya di Unpatti
itu tidak ada nilai plus bagi masyarakat Buru Selatan.
"Berbicara evisien,
kenapa tidak dilaksanakan di Buru Selatan, kenapa dilaksanakan di sana
(Unpatti). Kami tidak menolak kegiatannya, tetapi tempat kegiatan ini kami
menolak, yang kami inginkan adalah tempat pelaksanaannya harus di Buru Selatan,"
tandas Sigmarlatu.
Dikatakan, kegiatan
seminar ini mengundang seluruh kepala desa dan seluruh pejabat dan pimpinan
SKPD Kabupaten Buru Selatan.
"Anggaran yang
dipakai oleh setiap kepala desa dan setiap kepala dinas dan pimpinan OPD
minimal Rp.5 juta saja, berapa banyak anggaran dari kebupaten ini dikeluarkan
dan masuk di kota Ambon," sesalinya.
Sigmarlatu dengan tegas
meminta agar kegiatan Seminar itu bisa dapat dilaksanakan di Kota Namrole
Kabupaten Buru Selatan agar ada terjadi perputaran ekonomi (uang) di
masyarakat.
Hal senada juga
disampaikan oleh salah satu tokoh Pemuda Buru Selatan Arsyad Souwakil turut
menyesalkan pelaksanaan kegiatan seminar nasional itu.
"Prinsipnya, sebagai
pemuda Buru Selatan menilai seminar yang dilakukan oleh panitia yang diketui le
Prof Ali Awan itu sangat baik. Tetapi, yang kita sangat sesali adalah tempat
pelaksanaannya," ujar Souwakil.
Souwakil pertanyakan
kenapa kegiatan seminar itu tidak dilaksanakan di Kota Namrole. Dari sisi
efektivitas kegiatan itu akan sisa-sia tidak memiliki dampak bagi Buru Selatan.
"Kalau kegiatan
seminar itu dilaksanakan di kota Namrole maka dari sisi ekonomi, ada penambahan
pendapatan itu ada," ujarnya.
Dikatakan, didalam
undangan tercantum perorang Rp.500 ribu dikalihkan 118 orang maka berkisar
Rp.59 juta. Anggaran ini diperuntukan kepada panitia. Belum lagi ditambahkan
dengan biaya lainnya lagi misalnya anggaran tranaportasi dan biaya penginapan
dan lain-lainnya.
Souwakil katakan,
kegiatan tersebut diharapkan dapat berjalan dengan baik karena ada promosi
pariwisata Buru Selatan namun jangan dilaksanakan di Ambon karena daerah kita
rugi.
"Berarti target kita
adalah memberikan PAD untuk kota Ambon, uang dibawa dari Buru Selatan untuk
kota Ambon, kapan kita bisa maju kalau pemikiran seperti ini," paparnya.
Souwakil menegaskan, akan
memintah pertanggungjawaban dari panitia untuk mampu mensosialisasikan di
masyarakat, diseluruh kecamatan karena mengundang seluruh kepala desa.
"Pola pikir panitia
juga kami ragukan, apakah seminar ini targetnya hanya evoria dan seremonial
saja, atau sisi pendekatan dengan pemerintah daerah," ujarnya.
Tambah Souwakil, ketua
panitia Prof Ali Awan adalah anak daerah Buru Selatan yang tahu persis
karakteristik Buru Selatan jadi panitia harus tauh apa yang didapatkan dari
hasil kegiatan itu.
"Apakah cuman
mengejar momentum saja, tetapi inputnya untuk masyarakat Buru Selatan tidak
ada," sebutnya.
Souwakil berharap apa
yang disampaikannya dapat diketahui oleh panitia dan pemerintah daerah untuk
menjadi pertimbangan dan kajian kedepan agar tidak terulang lagi.
Karna berdasarkan
undangan kepada seluruh kades, terkesan ada pemaksaan bahwa harus mengikuti
kegiatan seminar itu. Hal ini menurur Souwakil harusnya tidak terjadi. (KT/06)
0 komentar:
Post a Comment