Sri Mulyono |
Jakarta, Kompastimur.com
Mantan Pengurus
DPP Partai Demokrat Dr (can) Sri Mulyono, mengingatkan agar Dewan Kehormatan
Partai Demokrat Amir Syamsuddin tidak perlu "bernostalgia" dengan
dengan mengatakan kebaikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap Gubernur
Papua Lukas Enembe. Ada pepatah yang mengatakan, "Lupakan kebaikan kamu atas
orang lain dan ingat kebaikan orang atas kamu", cerminan memimpin apa
adanya bukan ada apanya atau tanpa berharap kompensasi dari bawahan dan ikhlas
dalam bekerja.
"Saya
justru melihat komitmen besar yang luar biasa dari seorang Lukas Enembe, dan
semestinya PD bangga pernah memiliki kader seperti Gubernur Papua yang baru
dilantik untuk periode kedua tersebut," kata Sri Mulyono saat dimintai
komentarnya Kamis malam (6/9/2018).
Dengan terang
dia menjelaskan, bahwa pilihan Lukas Enembe untuk mendukung Jokowi adalah untuk
kepentingan pembangunan Papua berkelanjutan yang saat ini sedang gencar
dilakukan. Artinya dia mengutamakan kepentingan bangsa, kepentingan Papua
diatas kepentingan partai dan diatas kepentingan pribadinya.
"Bisa juga
yang dilakukan Lukas Enembe dan para kader lainnya sebagai jawaban dari
penjelasan Amir sebelumnya bahwa "mendukung Prabowo hanya akan
menguntungkan Gerindra sementara PD tidak dapat apa apa"," ungkap Sri
Mulyono.
Sebaiknya, kata
tokoh muda yang pernah berseteru dengan SBY dan kepercayaan mantan Ketua Umum
PD Anas Urbaningrum, Amir Syamsuddin tidak perlu risau jika kader Partai
Demokrat di daerah mengambil jalan yang mereka yakini terbaik pasca gagalnya
AHY menjadi Cawapres pada Pemilu 2019 dan bulat tekad mendukung Jokowi dalam
Pilpres 2019.
"Artinya
diluar koalisi "minyak dan air" SBY dan Prabowo, PD punya kader yang
akan menjadi ujung tombak memperjuangkan AHY pada Pemilu berikutnya. Sekarang
biarkan mereka berjuang keras menangkan Jokowi Ma'ruf Amin," terang pria
kelahiran Jawa Tengah ini.
Bahkan, lanjut
Mulyono yang kini sebagai Ketua Bidang Komunikasi Politik Relawan Jokowi
(ReJO), terlalu banyak kebaikan dan "jasa" Ketua umum Partai
Demokrat SBY kepada kadernya, mungkin sama banyaknya dengan "jasa"
para kader pencetak sejarah yang telah berjuang mendirikan partai sebagai
kendaraan penghantar SBY jadi Presiden RI ke 6 selama 10 tahun.
"Jika
pernyataan Amir tersebut benar sebagaimana yang kita baca di media massa dan
jika dilakukan saat SBY berkuasa, saya mengira telah terjadi "abuse of
power". Untuk penjelasannya tersebut tentu Amir Syamsudin lebih paham.
Berbeda dengan yang selama ini yang saya ketahui, dimana SBY bahkan membiarkan
Menpora Andi Malarangeng dan besannya yakni Aulia Pohan menyelesaikan proses
hukum mereka sendiri," tegas Sri Mulyono.
Sebelumnya, Amir
Syamsuddin mengingatkan bahwa Enembe tidak boleh lupa atas seluruh jasa partai,
termasuk sang Ketua Umum Partai Demokrat SBY, terhadapnya selama ini.
"Saya
ingatkan saja termasuk Enembe, setiap dia menghadapi persoalan berat, yang juga
mengancam dirinya, salah satunya proses hukum, pelariannya itu hanya SBY dan
Partai Demokrat," ujar Amir.
"Dan, Pak
SBY beserta DPP partai pun turun membela dia mati-matian dan memberikan
bantuan. Saya hanya mengingatkan dia akan hal itu", Enembe tidak hanya
sekali meminta bantuan itu, namun berkali-kali, ujar Amir.
"Ya
pokoknya proses hukumlah, dan itu bukan hanya sekali. Tapi beberapa kali. Itu
Pak SBY sendiri dan tim hukum yang turun tangan membela dia," lanjut Amir.
Kembali ke Sri
Mulyono, rasanya dalam Pilpres 2019, yang mana PD dimenit menit terakhir baru
menetapkan pilihan Capres Cawapresnya. Mungkin cukup bijak jika setiap kader
Partai Demokrat diberi kelonggaran untuk menentukan dukungan dan pilihan
politiknya.
"Rasanya
kurang elok mengungkap kebaikan Partai dan Ketua Umum ketika kader mendukung
Capres yang berbeda dengan partainya. Bisa jadi sebagai akibat dari Capres dan
Cawapres yang diusung partai bukan yang diharapkan mereka," pungkas Sri
Mulyono.
Pasca dilantik
pada Rabu (5/8/2018) Lukas Enembe secara terang-terangan menyatakan dukungannya
terhadap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf
Amin dalam Pemilihan Presiden 2019.
"Saya
dukung Jokowi, bungkus seluruh suara Papua untuk Jokowi" ujar Lukas saat
dijumpai di Kompleks Istana Presiden Jakarta.
Lukas menilai,
Jokowi adalah sosok pemimpin terbaik dalam penanganan masalah di Papua.
"Semua
Presiden tidak mampu menyelesaikan persoalan di Provinsi Papua. Ini kami catat.
Semua Presiden. Tapi saat ini, yang terbaik adalah Jokowi. Jokowi lebih
memahami Papua daripada Presiden-Presiden sebelumnya," kata Lukas. (KT/W)
0 komentar:
Post a Comment