Oleh : M. Tahir.
Wailissa
Demokrasi diatas
pusaran identitas dan sumber daya alam, setiap momemtum demokrasi sering saja
identitas dijadikan katalisator untuk mendulang suara, sementara demokrasi
sendiri merupakan pertautan atas kedaulatan rakyat dan negara agar terjadi
equal antara keduanya. dalam prakteknya demokrasi merupakan bagian dari
perolehan kekuasaan, peralihan mandat, dan perlindungan HAM.
Namun dlm
prosesnya sering seja menarik identitas untuk dijadikan perolehan mandat
tersebut, Terkadang identitas sering dibenturkan dengan logika modal sehingga
hasil dari demokrasi sering mengancam aspek sosial dikarenakan dominasi modal
atas identitas tersebut. paradoxnya lagi demokrasi menghadirkan para bandit
baru, dan klientisme yang selalu berlindung dibalik logika identitas. akibatnya
melahirkan paradoxnya demokrasi.
fatalisme
demokrasi selalu berbuntut pada bangunan klientisme manakala politik identitas
terus menjadi isu yg dekemas para politisi distiap momentum demokrasi.
Diaspora tentang
demokrasi tak pernah lepas dari rantai paradoksal dikarenakan identitas
diperdebatkan pada ruang publik sementara identitas merupakan ruang privat dan
menjadi keniscayaan bagi setiap manusia, namun faktanya sering dijadikan
perdebatan diruang publik sehingga demokrasi melahirkan wajah klientisme. SDA
terus dieksploitasi dan dampaknya adalah krisis ekologi.
Tentu krisis
ekologi sangat mengancam kehidupan kita, pemaslahan-permasalahan yang
muncul ialah polusi yang berdampak pada perubahan iklim dan krisis ekologi.
Pengaruh yang lain juga ialah kontaminasi pangan akibat rekayasa genetika,
Pencemaran terhadap tanah, serta penggunaan energi yang tidak terbarukan.
Kesemuanya ini jika di telisik akar krisis ekologi tergantung cara pandang kita
terhadap alam. Sebab jika manusia berusaha menjadi superior dalam konsep
antroposentrisme atau humanosentrisme dengan menempatkan dirinya sebagai
spesies terkuat (supremasi manusia terhadap alam) maka kita akan sampai dengan
memandang alamtau apapun selain manusia tentu menjadi subordinasi dari
manusia.
Olehnya itu kita
sebagai manusia semestinya dapat berbuat adil dengan alam, dalam
perspektif bahwa manusia dan alam adalah patner di Cosmos. (KT-Rls)
0 komentar:
Post a Comment