Tana Toraja, Kompastimur.com
Seperti
diketahui ada 3 program unggulan Bupati Tana Toraja Nicodemus Biringkanae untuk
layanan peduli sesama dalam suatu getaran Sukma Ilahi yakni : Jangan biarkan
rakyatku lapar, Jangan biarkan rakyatku bodoh dan Jangan biarkan rakyatku
sakit.
Namun dalam
menjalankan ketiga program tersebut, tidak semudah membalikkan telapak
tangan karena kadangkala tidak langsung mendapatkan respon positif dari
bawahannya dengan berbagai alasan masing-masing.
Program
"Jangan biarkan rakyatku sakit" terkesan hanya merupakan sebuah
slogan belaka saja, karena program ini sering kali diabaikan oleh beberapa
oknum petugas di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Toraja.
Seperti halnya
yang terjadi pada Puskesmas Bittuang, dimana baru-baru ini pasien bocah Karmila
(4 tahun) yang datang berobat di Puskesmas tersebut, ditolak petugas medis
dengan alasan zonasi wilayah (bukan warga Bituang).
Untuk diketahui
bocah malang Karmila (4 tahun) yang diantar ibunya Herlina (43
tahun) dari Kecamatan Masanda, dengan naik transportasi ojek ke Puskesmas
Bittuang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, namun sangat disayangkan karena
pasien yang sudah sekarat itu, ditolak petugas Puskesmas dengan alasan zonasi
wilayah.
Setelah anaknya
ditolak petugas Puskesmas Bittuang, Herlina ibu bocah malang itu, melihat
kondisi anaknya semakin parah dalam keadaan panik, dirinya memutuskan segera
mencari kendaraan untuk membawa anaknya berobat ke Makale.
Di tengah
perjalanan menuju Makale, Herlina selalu memperhatikan kondisi anaknya yang semakin
lemas, maka dirinya memutuskan untuk singgah dulu di Puskesmas Ulusalu guna
mendapatkan pertolongan pertama.
Petugas
Puskesmas Ulusalu, tidak peduli dengan zonasi wilayah karena niat tulusnya
selalu ingin menolong setiap orang yang butuh perawatan, namun naas bagi bocah
malang itu, nyawanya sudah tidak tertolong lagi dan menghembuskan nafas
terakhirnya di Puskesmas Ulusalu.
Berbeda dengan
petugas Puskesmas Bittuang yang taat dengan aturan zonasi wilayah. Di
Puskemas Ulusalu tidak peduli dengan adanya zonasi wilayah, namun selalu
menggalakkan layanan peduli sesama guna mendukung program Bupati Tana Toraja
Nicodemus Biringkanae tentang "Jangan biarkan rakyatku sakit" dalam
suatu getaran Sukma Ilahi.
Herlina ibunda
bocah malang Karmila menceritakan jika anaknya tak bisa dirawat di Puskesma
Bittuang karena diluar wilayah domisili pasien di Masanda.
"Kata
perawat di Puskesma Bittuang, kalian bukan warga Bittuang itumi tidak dilayani,
karena anak saya sudah sekarat kasihan makanya saya memutuskan untuk segera
membawanya ke Kota Makale,"kata Herlina dengan penuh kesedihan.
Lebih lanjut
Herlina menuturkan jika ia membawa anaknya menggunakan Ojek menuju ke Puskesmas
Bittuang namun ditolak dan diminta perawat untuk dibawa ke Makale.
"Saya minta
tolong kepada petugas Puskesmas untuk mengantarkan anak saya menggunakan mobil
ambulance ke Makale, namun petugas Puskesmas Bittuang itu tidak niat sedikitpun
untuk membantu kami kasihan. Kami akhirnya carter kendaraan ke Makale. Namun di
tengah perjalanan melihat kondisi Karmila semakin parah maka kami singgah
di Puskesmas Ulusalu disitulah anak saya tak tertolong lagi," ungkap
Herlina sembari mengusap air matanya.
Ketua DPRD Tana
Toraja, Welem Sambolangi diminta komentarnya setelah pulang melayat jenazah di
rumah duka di Belai Utara, Masanda bersama dengan Wakil Bupati Victor Datuan
Batara, mengtakan agar para perawat di Puskesmas tersebut diberikankan sanksi
tegas. Pasalnya hal tersebut tidak bisa dibiarkan terulang lagi karena ini
menyangkut nyawa seseorang apalagi seorang anak balita yang butuh
perawatan prima saat sakit.
“Saya berharap
agar perawat yang ada di Puskesmas Bittuang, pak Wakil segera melakukan
evaluasi. Pasalnya dari keterangan yang kami dapatkan di Masyrakat sekitarnya
jika kejadian ini kerap kali terjadi di Puskesmas Bittuang,” ungkap Ketua DPRD
Tana Toraja 2 periode itu.
Hal senada
disampaikan Ketua LSM BARAK Tana Toraja Morning Zeth Taruktiku, dirinya memohon
kepada Bapak Bupati untuk segera melakukan evaluasi kinerja terhadap para
petugas medis di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Toraja, karena bukan
baru kali ini pelayanan dari oknum petugas medis disoal sudah kerap kali
terjadi hanya saja masyarakat enggan melaporkan kasus yang dialaminya.
"Seharusnya
petugas medis itu, memberikan prioritas pertolongan pertama kepada si pasien,
soal dokumentasi administrasi kan bisa dilengkapi belakangan. Ini masalah
serius karena menyangkut nyawa seseorang dan harus segera diusut tuntas,”
ungkap Morning.
Saat berita ini
ditulis jenazah bocah malang Karmila (4 tahun) saat ini masih disemayamkan di
rumah duka di Lembang Belau Utara, Kecamatan Masanda, Tana Toraja. (KT-MZT)
0 komentar:
Post a Comment