Namlea,
Kompastimur.com
Wabup Buru, Amustofa Besan SH menyampaikan permohonan
maaf setelah dihearing DPRD Buru kurang lebih tiga jam.
Wartawan media ini melaporkan, permohonan maaf itu
disampaikan Wakil Bupati Buru, Amostofa Besan saat hearing di DPRD Buru Senin (30/7)
sore, menyusul kekisruhan yang terjadi antara Bupati Ramly Umasugi dan Wakilnya,
yang berujung dengan konflik terbuka karena adanya aduan kuasa hukum wabup ke Mendagri.
"Sekiranya bapak ibu dewan merasa beta telah
melangkahi, beta juga minta maaf. Hal itu memang benar. Beta juga ingin semua
orang bisa kritik, bahkan marah beta. Berikan masukan ini salah, solusinya
begini," ujar Wabup Amustofa Besan berlapang dada.
Dalam hearing yang dipimpin Ketua DPRD, Iksan Tinggapy
dan dihadiri dua Wakil Ketua, Aziz Hentihu dan Djalil Mukaddar, yang
berlangsung kurang lebih tiga jam itu, Amustofa Besan banyak menerima kritik
dari delapan anggota DPRD. Bahkan tiga pimpinan dewan juga angkat bicara.
Bahkan Iksan Tinggapy dengan tegas di hadapan Wabup,
mengatakan sebagai mantan Ketua Tisue RAMA, ia sangat bertanggungjawab atas
kekisruhan yang terjadi antara Bupati dan Wabup.
"Lewat kemenangan, beta turut mengangkat tangan
kalian berdua di hadapan rakyat Bupolo, bahwa kalian adalah pemenang
sejati," ingatkan Iksan Tinggapy.
Sedangkan Aziz Hentihu mengungkap sudah melihat gejala
kekisruhan Wabup dengan Bupati sejak empat bulan lalu. Untuk itu, ia dan wakil
pimpinan dewan Djalil Mukaddar meminta ketegasan, laporan ke Mendagri oleh
kuasa hukum itu sudah disadari betul dampaknya yang tidak menguntungkan bagi
lancarnya roda pembangunan di daerah itu.
Bila Aziz mengaku melihat disharmonis ini baru empat
bulan lalu, maka Ketua Dewan yang akrab dipanggil Nugie ini mengaku sudah
melihat tanda-tanda itu sudah lama.
"Beta bahkan sudah mencium aroma ini dari
awal," tanggap Nugie.
Karena itu, Nugie mengkritik pedas Amustofa Besan,
yang tidak hadir di dua moment penting, HUT setahun kepemimpinan dan juga acara
Halal bi Halal. Padahal, moment itu bisa digunakan untuk Wabup dan Bupati kembali
berdamai.
Menjadi pertanyaan, lanjut Nugie, di moment itu Bapak tidak
berada di tempat. Kalau Bapak berada di tempat, maka selesai segala persoalan
ini. Kemudian beta mrnunggu moment yang paling tepat pada saat Halal bi Halal.
Saling maaf memaafkan. Tetapi dalam moment itu Bapak juga tidak berada di
tempat. Beta ingin bertanya kenapa tidak berada di tempat, padahal moment itu
krusial untuk berdua berdamai.
"Ini pertanyaan beta. Pertanyaan dari sudara
tehadap saudara. Dari kakak terhadap adik, dari adik tehadap kakak. Pak Wakil sebagai
anak adat, dan beta juga anak adat. Kami berharap jawaban yang baik dari Wakil
Bupati terhadap apa yang telah terjadi," tandas Nugie.
Untuk itu di hadapan Wabup, Nugie dan dua pimpinan
dewan lainnya, Aziz dan Djalil. menegaskan, agar kekisruhan ini harus selesai.
"Kita berharap di moment kebesaran tanggal 17
Agustus nanti, Bupati - Wakil Bupati sudah harus berdamai," tandas Nugie
dan diamini anggota dewan.
Nugie mengingatkan Wabup dan Bupati agar harus hadir
terlihat bersama dan mesra kembali di hadapan rakyat pada moment tersebut.
"Dengan memakai pakaian kebesaran putih-putih,
pakaian kebanggaan, pakaian yang pertama kali dikukuhkan sebagai Bupati - Wakil
Bupati. Keduanya harus bersama dalam peristiwa 17 Agustus nanti," tanggap
Nugie.
"Kita memulainya hari ini tanggal 30
Juli.Persoalan ini harus jernih sebelum tanggal 16 Aguatus nanti," imbuhnya
lagi.
Sementara itu, wabup yang diberikan kesempatan untuk
menjelaskan soal aduan ke Mendagri dan rekaman percakapan yang kini beredar,
tidak menyangkalnya.
Wabup yang memberikan penjelasan lebih dari satu jam
dan mengisahkan dari awal kekisruhan dirinya dengan Bupati. Disharmonis itu
berawal dari adanya tuduhan kalau dirinya yang mengadukan masalah yang terjadi
di Pemkab kepada Tipikor Polda Maluku.
Pasca isue miring itu, Amos mengaku terasing. Bahkan
saat di ruang kerja Wabup ia juga terasing karena tidak ada satu PNS, bahkan
pimpinan OPD yang datang ke rungannya.
Bahkan parkir mobil dinas D 2 pun, sopirnya dilarang
memarkir di tempat biasanya di depan pintu masuk Kantor Bupati. Terungkap,
larangan dari Satpol PP itu konon atas perintah Kabag Umum, Saiful Jainahu.
Di hadapan DPRD ini, Amos memanfaatkan kesempatan itu
guna mengklarifikasi kegaduhan yang terjafi antara Dia dan Bupati.
Ia menyatakan menerima semua kritikan pedas dari para
wakil rakyat dan akan menyudahi konflik dan kekisruhan ini.
"Beta berjiwa besar menyekesaikan masalah ini.
Mari katong selesaikan secara baik-baik. Apa yang disampaikan pak pimpinan
dewan, teman-teman dewan, beta menerima dengan baik," ucap Amos .
Demo
Nonaktifkan Wabup
Wartawan media ini lebih jauh melaporkan, sebelum
hearing Wabup di DPRD, pada Senin pagi, Aliansi Masyarakat Buru bersatu telah turun
ke jalan, seraya meminta agar DPRD menonaktifkan Amustofa Besan dari jabatan Wabup.
Amos dituding sudah membuat kegaduhan dan menyerang
pribadi Bupati, karena ada punya niat untuk menggulingkan kekuasaan Ramly
Umasugi dan ingin cepat jadi Bupati.
Aliansi Masyarakat Buru Bersayu ini berorasi di SP5
dan di kawadan Pasar Inpres Namlea. Kemudian menuju gedung DPRD pada siang
hari.
Saat bertemu tiga pimpinan dewan dan sejumlah wakil
rakyat, Aliansi Masyarakat Buru Bersatu yang dimotori HMI dan GMNI sempat
berorasi di bawah pengawalan ketat pihak kepolisian. Usai berorasi, mereka
membacakan butir tuntutan tertulis, yang intinya meminta agar DPRD
menonaktifkan Wabup Buru.
Usai menerima tuntutan itu, Nugie di hadapan massa
pendemo menegaskan, kalau dia sebagai Ketua Tim Pemenangan di Pilkada lalu,
juga turut serta bertanggungjawabngjawab atas apa yang terjadi hari ini.
“Kami DPRD mau melihat semua persoalan ini. Kami mau,
persoalan mereka berdua diselesaikan di tanah Bupolo. Tidak boleh di tanah
lain," tandas Nugie.
Tambahnya, kita tidak menginginkan persoalan putra
putra Bupolo diselesaikan di tanah lain. Cukup selesai di tanah Bupolo. Dan
mereka berdua harus bertanggungjawab terhadap kisruh yang terjadi hari
ini," tegaskan Nugie.
Untuk itu, Nugie dan DPRD akan memanggil Bupati, Wabup
dan pihak pihak tertentu guna mengklarifikasi terkait dengan kejadian ini.
"Kita baru saja menyelesaikan rapat, dan kita
sudah menyimpulkan, mungkin saja hari ini, mungkin saja esok, karena kita mau
cepat untuk menyelesaikan. Kita akan melakukan langkah-langkah konkrit," jelas
Nugie.
Yang pertama tentunya, DPRD akan memanggil para pihak,
untuk hadir. Untuk meminta klarifikasi menyelesaikan permasalahan ini.
Keinginan Nugie dan para wakil rakyat adalah
mendamaikan mereka berdua. "Keinginan lembaga ini, kita berdiri di tengah,
tidak ke kiri dan tidak ke kanan," tanggap Nugie.
Apa yang menjadi keinginan para pendemo akan ditelah,
akan dikaji secara institusi. Akan dibahas di lembaga wakil rakyat. "Kita
akan melakukan cara-cara soft. Lebih ringan. Cara-cara kait wait yang akan
ditempuh untuk menyelesaikan persoalan ini," jelas Nugie
Pimpinan dewan dan DPRD akan memediasi mereka berdua
untuk ketemu. Siapapun yang salah dalam persoalan ini, harus meminta maaf
terhadap rakyat di tanah Bupolo.
“Oleh itu, aspirasi saudara-saudara hari ini juga kita
akan kaji. Kita tidak diam, kita tahu betul seluk beluk apa yang menjdi kisruh
dalam persoalan ini. Dan saya himbau kepada saudara-saudara untuk stop, untuk
menghentikan yang namanya kicauan-kicauan, untuk menghentikan yang namanya
provokasi-provokasi terhadap figur kedua orang ini (Bupati-Wabup)," pinta
Nugie.
Ia juga mensitir, kalau kegagalan dan keberhasilan
seorang pemimpin turut ditentukan oleh orang di sekitarnya. Hari ini kalau
orang di sekitarnya membisikan pemimpin yang tidak baik, maka pemimpin itu akan
tidak baik.
"Tapi kalau hari ini saudara membisikan yang
baik, maka saya yakin pemimpin itu akan baik di negeri ini," tutur Nugie. (KT-10)
0 komentar:
Post a Comment