Ambon,
Kompastimur.com
Lingkaran Survei Indonesia (LSI),
Kamis (21/05/2018) merilis hasil survei Pilkada Maluku 2018. Pada survei
tersebut, ditemukan pasangan calon Murad Ismail-Barnabas Orno (BAILEO) di
posisi pertama mencapai 30 persen. Sementara posisi kedua ditempati pasangan
Said Assagaff-Anderias Rentanubun (SANTUN) 27,3 persen dan diikuti pasangan
Herman Koedoeboen-Abdullah Vanath 24,6 persen.
Survei dilakukan sejak tanggal 6
sampai 13 Juni 2018. Dengan tema “Maluku Diambang Gubernur Baru kah ?”. Survei
dilakukan secara tetap muka terhadap 600 responden. Responden dipilih
menggunakan metode multistage random sampling, dengan margin of eror sekitar
4,1 persen.
Hasil survei tersebut, dinilai
sebagai sebuah pelemahan terhadap petahana Said Assagaff. Dalam survei
tersebut, ditemukan keinginan memilih gubernur baru sebanyak lebih mendominasi
partisipasi pemilih, yakni mencapai 58,9 persen. Sementara keinginan untuk
memilih kembali petahana sebagai Gubernur sekitar 27,3 persen dan hilangnya
basis pemilih militan petahana (strong voters) yang hingga kemarin tersisa 19,5
persen.
Ikrama Masloman saat merilis
hasil penelitian LSI mengatakan, survei yang dilakukan ini dilengkapi dengan
kualitatif riset (FDG/focus group discussion, media analisis, dan indepth
interview). Dimana para pemilih yang menginginkan gubernur baru meningkat tajam
dibandingkan survei sebelumnya pada Mei 2017 lalu yang pemilih menginginkan
gubernur baru mencapai 32,3 persen.
Kata dia, pada Oktober 2017 meningkat
sebesar 43,8 persen. Januari 2018 sedikit turun 0,3 persen. Dan baru kembali
meningkat tajam pada periode April 2018 menjadi 49,5 persen. Bahkan mencapai
angkat tertinggi pada periode Juni 2018 sebesar 58,9 persen.
“Tiga alasan mengapa Maluku
diambang gubernur baru. Mayoritas public ingin gubernur baru itu mencapai 68,8
persen. Kemudian 54,6 persen masyarakat Maluku nilai karakter kepemimpinan
petahana lemah. Sementara persepsi publik yang tidak menginginkan petahana
menjabat kembali sebagai gubernur mencapai 48,2 persen. Dan sisanya belum
memutuskan,” jelas Ikrama, saat pemaparan hasil survei di Pasifik Hotel, Kamis
(21/6/2018).
Dia menjelaskan, terdapat 48,20
persen pemilih tidak inginkan petahana kembali menjabat Gubernur Maluku, dan
itu terpolarisasi dari mereka yang mendukung pasangan BAILEO sebesar 43,30
persen, dan 34,30 persen dari pendukung HEBAT dan 11,80 persen berasal dari
pendukung pasangan SANTUN.
Sementara itu, keinginan memilih
petahana sebagai Gubernur baru periode 2018-2023 kembali merosot. hal ini
terlihat tampak, dimana sebelumnya pada Mei 2017 sebanyak 44,9 persen pemilih
ingin petahana kembali menjadi Gubernur. Namun, realitas tersebut menurun di
bulan Oktober 2017 yang mulai menurun hingga 41,7 persen. kemudian Januari 2018
kembali mmenurin 37,4 persen dan kembali menurun menjadi 30,8 persen dan sampai
pada Juni 2018 ini kembali menurun hingga 27,3 persen.
“Hal ini membuat pasangan Murad –
Barnabas (BAILEO) kembali ungul. Meskipun demikian, namun posisi pasangan
BAILEO itu belum aman karena selisih dengan dua pasangan lain, yakni SANTUN dan
HEBAT itu tipis dibawah 10 persen dengan swing voters yang masih 20 persen,
sehingga masih dapat terjadi saling menyalib dukungan,” bebernya.
Menurutnya, Ada 4 kondisi yang
mampu merubah suara tersebut, yakni suara pemilih yang mengambang masih sebesar
20 persen. Dimana, beralihnya dukungan pemilih yang belum punya pilihan atau
swing voters mendekati bhari H itu makin kecil. Kemudian ditentukan oleh
meningkatnya angka golput.
Berikut ditentukan oleh kampanye
yang menyerang lawan dengan fakta-fakta yang melemahkan. Karena isu negatif
yang masif terhadap seorang kandidat, dapat mengubah konstalasi. Dan yang
terakhir adalam ditentukan oleh intervensi dari pihak yang memiliki suara
(oknum penyelenggara atau oknum penguasa) yang bisa mengubah suara rill yang
diperoleh masing-masing pasangan calon.
(KT-SH)
0 komentar:
Post a Comment