Manokwari, Kompastimur.com
Puluhan
mahasiswa kehutanan Indonesia yang tergabung dalam pengurus Sylva, Jumat 15
Maret 2018, mulai mengikuti rangkaian kegiatan latihan kepemimpinan Sylva
Indonesia, di jantung hutan tersisa Indonesia tepatnya di Kabupaten Manokwari,
Provinsi Papua Barat.
Para mahasiswa
yang datang dari berbagai universitas di Indonesia ini akan mengikuti pelatihan
dengan tema “Menggalang Rimbawan Muda untuk Memproteksi Hutan Tersisa di
Indonesia” tersebut selama 4 hari atau hingga 20 Maret 2018.
Dalam pelatihan
tersebut, para peserta akan diberikan pengetahuan-pengetahun di bidang
kehutanan, pengetahuan kepemimpinan dan materi tambahan untuk menyiapkan mereka
menjadi duta kehutanan ketika mereka kembali ke daerah masing-masing.
Adapun beberapa
materi yang disiapkan pengurus Sylva Universitas Papua (Unipa) Manokwari
seperti peran mahasiswa kehutanan dalam melindungi dan memanfaatkan hutan
Indonesia, mengetahui kondisi terkini kehutanan Indonesia termasuk komitmen
dunia internasional dalam menjaga dan melindungi hutan Indonesia untuk
kestabilan iklim dunia.
Panitia dalam
pembukaan pelatihan di hotel Mansinam Beach Manokwari menyatakan, peserta yang
bergabung dalam pelatihan ini berasal dari 21 Pengurus Cabang (PC) Sylva yang
merupakan wakil dari Indonesia bagian barat hingga bagin timur.
Mereka adalah
pengurus Sylva Universitas Muhammadiyah Palembang, Universitas Haluoleo,
Universitas Sam Ratulangi, Universitas Pertanian Bogor, Universitas Labuha,
Universitas Unsulbar, Universitas Hasanuddin Makassar, Muhammadiyah Makassar,
Universitas Bengkulu, PC Muhammadiyah Malang, Simalungun, Universitas Tadulako,
Universitas Pattimura, Universitas Khairun Ternate, Universitas Halmahera,
Universitas Cenderawasih dan Universitas Negeri Papua (Unipa).
Panitia
menyatakan sebagian besar materi dalam pelatihan tersebut akan dipusatkan di
kampus merah Fakultas Kehutanan di Kelurahan Amban yang berdekatan dengan Hutan
Taman Wisata Alam Gunung Meja. “Para peserta akan mengikuti latihan di dalam
ruangan di luar ruangan,” kata Ketua Panitia Willy Baransano.
Kepala Pusat
DIklat Kementarian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tri Joko Mulyono dalam
pembukaan pelatihan menyatakan mahasiswa kehutanan harus menjadi calon pemimpin
muda yang sensitif dengan perubahan-perubahan di sektor kehutanan.
Ia juga
menyatakan dalam pertemuan-pertemuan internasional Indonesia diharapkan menjaga
kawasan hutannya yang merupakan warisan tapak dunia yang berperan penting
sebagai paru-paru dunia.
“Isu global
seperti perubahan iklim, pengikisan lapisan ozon, degradasi lahan, pencemaran
air dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah tantangan kekinian yang suka
tidak suka harus dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di masa masa mendatang,” ungkap
Joko.
Ia juga
menekankan bahwa inti persoalan penyelenggaraan pembangunan ekonomi telah
mengerucut pada satu titik persoalan, tentang bagaimana menjaga keseimbangan
antara aktivitas pembangunan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam dengan
kelestarian hutan Indonesia.
“Untuk itulah di
dalam penyelenggaraan pembangunan nasional yang berorientasi pada pertumbuhan
dan pemerataan harus tetap senantiasa patuh pada norma bahwa aktivitas
pembangunan tidak boleh merusak dan menurunkan daya dukung lingkungan hidup dan
lingkungan ekosistem,” tekannya.
Dalam persoalan
yang besar tersebut, ia menekankan pentingnya keterlibatan seluruh pihak untuk
ikut menjaga kelestarian hutan dan memanfaatkannya secara arif.
Joko mengatakan
mahasiswa merupakan salah satu ujung tombak terjaganya kualitas lingkungan dan
mewujudkan hutan yang lestari. “Melalui kesempatan ini juga, saya berpesan
kepada seluruh peserta latihan kepemimpinan Sylva Indonesia, agar
bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini agar kelak dapat menjadi pemimpin
yang bijak, menjadi generasi yang kreatif dan menyadari pentingnya kepedulian
terhadap lingkungan sekitar dan selalu menjaga alam Indonesia dari kerusakan.”
Rektor
Universitas Papua Dr. Jakob Manusawai menambahkan, dibawah kepemimpinan mantan
gubernur Abraham Atururi, Papua Barat didorong menjadi provinsi konservasi.
“Ini merupakan komitmen yang luar biasa menurut akademisi,” ujarnya. Berangkat
dari itu ia mendorong keberadaan hutan Papua yang merupakan hutan tersisa di
Indonesia untuk dipertahankan. (KT-ARA)
0 komentar:
Post a Comment