ARNOLD THENU
Ketua FORMAMA ( Forum Masyarakat Maluku)
|
Opini, Kompastimur.com
Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Juni mendatang sangat menarik. Karena, salah satu pasangan
calon berasal dari jalur independent.
Memang, ini suatu
sejarah baru dalam pemilihan kepala daerah. Dan, tidak ada yang salah dengan
hadirnya pasangan calon dari jalur independent di alam demokrasi saat ini.
Namun, ironisnya pasangan calon dari jalur independent yang bertarung dalam
setiap pemilihan kepala daerah belum pernah berhasil memperoleh kemenangan.
Jika, pasangan calon jalur independent itu
‘pure’ (murni) dari awal memilih jalur tersebut. Maka, pasangan calon jalur
independent akan menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat. Tetapi, pada
umumnya para pasangan calon kepala daerah yang memilih jalur independent tidak
berproses dari awal secara murni menentukan sikap sebagai pasangan calon
independent.
Faktanya,
sebagian besar pasangan calon independent sebelumnya pernah mendaftarkan diri
sebagai bakal calon pada partai-partai politik yang ada. Kemudian, tidak lolos
mendapatkan rekomendasi partai. Sehingga menjadikan jalur independent sebagai
pilihan kedua. Dan, bukan menjadikan jalur independent sebagai pilhan tunggal
sejak awal oleh para calon independent tersebut.
Diatas kertas,
para calon kepala daerah dari jalur independent sudah bisa dipastikan kalah.
Jika, tolak ukur keberhasilan itu di ukur dari para pasangan yang di usung oleh
partai politik. Karena, percaya tidak percaya atau suka tidak suka para calon
yang di usung oleh partai politik mempunyai jaringan infrasturktur yang jauh
lebih kuat ketimbang pasangan calon dari jalur independent.
Tetapi, pasangan
calon dari jalur independent masih mempunyai ‘kemungkinan’ menang.
Kemenangan calon
independent bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya, ada para oknum
partai politik yang tidak loyal dengan bermain pada dua kaki dan berkhianat
pada keputusan partai politiknya sendiri. Dan, itu akan membuka sedikit peluang
bagi kemenangan calon independent.
Tetapi, tidak semudah itu. Karena, para calon dari independent masih
harus kerja extra keras berhadapan
dengan para pemilih cerdas yang rasional dan obyektif.
Pemilih cerdas
akan berpikir jauh lebih panjang. Karena, para pemilih cerdas tidak hanya
berpikir sebatas siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Bagi pemilih cerdas yang menginginkan
terjadinya perubahan di Maluku tidak akan berpikir sesederhana itu. Maka, para
pemilih cerdas tidak akan memilih calon dari jalur independent. Karena, calon
independent memiliki kosekuensi yang berat. Sebab tanpa dukungan partai
politik, maka kebijakan yang dibuat saat menjadi kepala daerah akan mengalami
hambatan. Hal ini disebabkan, karena tidak adanya dukungan penuh dari lembaga legislatif. Sehingga,
dikhawatirkan pemerataan pembangunan sosial dan ekonomi serta lainnya tidak
akan berjalan sesuai harapan.
Selain itu, visi dan misi dari calon kepala
daerah jalur independent akan berbeda dengan visi dan misi lembaga legislatif
yang berasal dari partai politik. Ini
mengakibatkan kinerja untuk mencapai visi kepala daerah dari jalur independent
menjadi kurang efektif. Kalaupun calon jalur independent menang bukan berarti
harapan masyarakat luas yang haus akan perubahan akan terwujud dengan semudah
yang dibicarakan.
Logikanya, para
calon kepala daerah yang menang melalui jalur partai politik saja masih
mengalami kesulitan mewujudkan visi dan misinya. Apalagi, calon dari jalur
independent yang tidak mempunyai dukungan partai politik di legislatif. Jadi,
para calon dari jalur independent diperkirakan sulit untuk menang. (KT-Rls)
LOGIKA YANG BENGKOK :
ReplyDeleteLogikanya, para calon kepala daerah yang menang melalui jalur partai politik saja masih mengalami kesulitan mewujudkan visi dan misinya. Apalagi, calon dari jalur independent yang tidak mempunyai dukungan partai politik di legislatif. Jadi, para calon dari jalur independent diperkirakan sulit untuk menang.
MOHON LURUSKAN LOGIKANYA !!!