Bertepatan dengan peringatan Hari
Perikanan Sedunia, Selasa (21/11) sekitar 50 perwakilan masyarakat dari
Provinsi Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat bertemu dan menyatukan komitmen
bersama mendukung upaya penyadartahuan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
tentang pentingnya menjaga kelestarian sumber daya laut dan perikanan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)-715 di tiga provinsi tersebut.
Pertemuan para tokoh masyarakat yang
terdiri dari kelompok nelayan, pemuka adat, pemimpin masyarakat pesisir, tokoh
pemuda dan perempuan, lembaga swadaya masyarakat, pelaku bisnis, akademisi
hingga penyuluh perikanan dan dinas terkait ini menandai dimulainya inisiatif "Pejuang
Laut" yang diprakarsai oleh Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced
(USAID SEA).
Mengambil tema "Lestari Lautku,
Banyak Ikanku" peluncuran Pejuang Laut Proyek USAID SEA di WPP-715
berupaya memfasilitasi perubahan perilaku masyarakat pesisir dalam upaya
melestarikan sumber daya laut dan perikanan di WPP-715.
Hasil survei yang
dilakukan mitra kerja USAID SEA seperti Coral Triangle Center (CTC), WWF
Indonesia, dan Wildlife Conservation Society (WCS) selama setahun terakhir
mengungkap tingginya praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak, penangkapan
ikan ilegal, kerusakan terumbu karang, penangkapan berbagai spesies yang
dilindungi dan terancam punah, serta kerusakan kawasan bakau. Pejuang Laut
menjadi sangat strategis dalam upaya penyadaran komunitas dan diharapkan
kedepannya dengan dukungan Pejuang Laut ini praktik-praktik tersebut dapat
ditekan bahkan turung. Pejuang Laut merupakan tokoh panutan yang diajukan
sendiri oleh komunitasnya.
Bertempat di Aula Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP) Kota Ambon, Maluku selama dua hari pada 21-22 November 2017,
para Pejuang Laut juga dibekali pengetahuan dasar terkait kondisi kelautan dan
perikanan di WPP-715 serta diperkenalkan kepada tehnik-tehnik komunikasi dan
fasilitasi masyarakat.
Pertemuan pejuang laut ini menjadi wadah
bagi para pegiat konservasi laut di ketiga provinsi untuk saling berbagi
informasi tentang ancaman kelestarian sumver daya laut dan perikanan serta
kisah-kisah konservasi yang telah dilakukan oleh para tokoh ini.
Lestari Lautku, Banyak Ikanku tentunya
menjadi dambaan kita semua. Spirit ini hendaknya menjadi dasar komitmen seluruh
masyarakat, sehingga kita dapat mengelola laut sebaik-baiknya, karena laut
memberikan manfaat dan menjadi sumber penghidupan kita", ungkap Gubernur
Maluku Ir. Said Assagaff dalam sambutannya saat membuka Peluncuran Pejuang
Laut.
Kelima puluh pejuang Laut ini akan bekerja
sama dengan para mitra Proyek USAID SEA, seperti Coral Triangle Center (CTC),
WWF-Indonesia, Wildlife Conservation Society (WCS), Yayasan Masyarakat dan
Perikanan Indonesia (MDPI), Asosiasi Perikanan Pole and Line and Handline
Indonesia (AP2HI), dan Rare Indonesia dalam menggiatkan berbagai kegiatan
penjangkauan di WPP-715 dan mempromosikan perubahan perilakuyang mampu
berkonstribusi dalam memulihkan kondisi sumber daya kelautan dan perikanan.
"Progaram Pejuang Laut ini memberikan
kesempatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan mendorong
partisipasi aktif para Pejuang Laut didalam berbagai aspek pengelolaan sumber
daya laut dan perikanan terutama melalui implementasi kegiatan-kegiatan proyek
USAID SEA. Selain itu, program Pejuang Laut dapat menjadi wahana untuk
memperkuat kearifan-kearifan lokal yang ada", ungkap USAID Senior Marine
Program Specialist, Celly Catharina.
Melalui inisitif Pejuang Laut, masyarakat
pesisir diharapkan akan memahami konservasi dan pengelolaan perikanan yang
berdampak pada meningkatkan komitmen mereka dalam mematuhi peruntukan zonasi di
dalam setiap kawasan konservasi laut sekaligus juga mengelola akses sumber daya
laut dan perikanan secara bertanggung jawab. Dengan demikian, diharapkan upaya
pelestarian laut melalui pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dan
pengelolaan perikanan berkelanjutan dapat berjalan sesuai harapan dan
memperlihatkan hasil yang baik dalam kurung waktu lima tahun ke depan.
Coral Triangle Center (CTC), salah satu
organisasi penyelenggara acara ini menggaris bawahi pentingnya bukti upaya para
pemimpin masyarakat dalam mengelola sumber daya laut dan pesisir yang
posisitif.
"Para pemimpin, utamanya di tingkat
masyarakat, telah berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian sumber daya
laut. Kita perlu mendukung mereka, menguatkan kapasitas mereka, dan mmengenali
sumbangsih mereka guba menginspirasi kita semua dalam memimpin kegiatan
perlindungan laut. Kami berharap bahwa melalui program Pejuang Laut, semakin
banyak warga dapat terdorong untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga sumber
daya laut dan perikanan kita," ungkap Direktur Eksekutif Coral Triangle
Center (CTC) Rili Djohani.
Proyek Sustainable Ecosystems Advanced
(USAID SEA) yang didanai oleh USAID adalah proyek lima tahun (2016-2021) yang
mendukung Pemerintah Indonesia dalam menguatkan tata kelola sumber daya
perikanan dan kelautan, serta konservasi keanekaragaman hayati. Proyek yang
diimplementasikan oleh Tetra Tech dan Konsorsium mitra ini bekerja pada tingkat
nasional, provinsi, serta lokal di Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara yang
termasuk di dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)-715 Indonesia.
Dengan menggunakan pengelolaan perikanan
berbasis ekosistem dan melibatkan pemangku kepentingan utama, proyek USAID SEA
bertujuan untuk (1) menguatkan pengelolaan perikanan dan kawasan perlindungan
laut guna meningkatkan produktivitas perikanan, konservasi, dan pemanfaatan
berkelanjutan; dan (2) memperkuat kapasitas kepemimpinan dari pemerintah lokal
dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (KT-MT)
0 komentar:
Post a Comment