Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia
menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun bahkan berpotensi
menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 mendatang.
Peningkatan ini seiring dengan
semakin banyaknya perusahaan yang mulai mengembangkan usaha ke ranah digital.
Pendiri sekaligus Chief Executive
Officer (CEO) dari PT Bubu Kreasi Perdana Shinta Witoyo Dhanuwardoyo memperkirakan
transaksi e-Commercenya mencapai Rp 1.850 triliun atau naik 9 kali lipat
dibanding trasaksi e-Commerce Indonesia pada 2015 lalu yang nilainya mencapai
Rp 200 triliun.
“Jadi, target 2020 itu, ada 6 juta UMKM go digital. Dan UMKM
berkemampuan e-Commerce naik menjadi 10-12p ersen dengan kontribusi UMKM ke PDB
kurang lebih 12 persen,” ujar Sintha disela-sela diskusi “’Menjahit Kembali
Merah Putih” Kiat Sukses Menjalankan Bisnis Start Up di Jakarta.
Selain Shinta Bubu, diskusi ini
juga menghadirkan CEO DOOgether Fauzan Gani serta Intan Fitriana Fauzi dari
Menjahit Kembali Merah Putih, sebagai moderator.
Menurutnya, kontribusi sektor UMKM
terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan.
Data menyebutkan, sumbangan UMKM
terhadap PDB pada 2015 lalu cukup besar yakni mencapai lebih dari 55,6 persen.
Angka ini disumbangkan oleh 57.9
juta UMKM di Indonesia “Dan hanya 9 persen yang memiliki kemampuqn e Commerce,”
terangnya.
Dia menjelaskan, transaksi e
comerce dunia terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 20.2 persen
per tahun.
Diperkirakan, puncak pertumbuhan
e-Commerce dunia terjadi pada 2020 dengan tumbuh 40,56 persen.
“Kalau dari grafik pertumbuhannya,
memang cenderung meningkat. Pada 2014 lalu, tumbuh 13,36 persen, di 2015 tumbuh
15, 48, di 2016 tumbuh 19, 15, da2017 tumbuh 23, 52 persen,” terangnya.
“Dan pada 2018 nanti, pertumbuhan
e-Commerce dunia mencapai 28,60 persen dan pada 2019 tumbuh 34, 18 persen dan
pada 2020 diperkirakan tumbuh 40,56 persen,” terangnya.
Menurutnya, potensi usaha menengah
kecil di Indonesia sangat besar. Jika kekuatan ekonomi ini diberdayakan maka
bisa menjadi salah satu sumber pedapatan bagi negara.
“Pemberdayaan digital terhadap UMKM
Indonesia mampu meningkatkan PDB negara hingga 7%,” terangnya.
Untuk itu, Sinta Bubu berharap
inovasi digital sangat penting guna memberi ruang lebih bagi para pebisnis
untuk menjangkau pasar ke seluruh nusantara bahkan luar negeri.
Apalagi, UMKM yang sudah mulai
tersentuh oleh teknologi digital maningkatkan kesempatan kerja 1.5 kali dan daya
inovasi hingga 17 kali,” tegasnya.
Dia mengatakan pengusaha atau
founder start up harus memiliki mental kewirausahaan yang kuat dan tim yang
solid.
Hal ini penting guna mengeksekusi
serta mengiplementasian ide yang mereka punya agar ide tersebut menjadi bernilai
bagi orang banyak.
“Berani memulai baik itu dilakukan
sendiri ataupun mengajak orang lain berkolaborasi. Jangan takut melakukan
inovasi dan modifikasi,” imbuhnya.
Selain itu terang Shinta Bubu,
kualitas di atas kuantitas karena produk yang baik akan lebih mudah menggaet
kepercayaan dari orang-orang. “Jadilah unik dan berbeda, namun tetap
mempertimbangkan segmen pasar ke depan,” ucapnya.
Salah satu contohnya, Diajeng
Lestari yang memulai bisnis HIJUP setelah menyadari kurangnya pilihan fashion
hijab pada saat itu.
Bahkan, kini, Diajeng Lestari menjadi salah satu e-commerce
fashion hijab tersukses di Indonesia yang masuk ke Islamic Fashion serta
berhasil memperkenalkan fashion hijab ke mata dunia lewat New York Fashion
Week. “Dan pendapatan perbulan 500 juta hingga 1 miliar rupiah,” terangnya.
Lebih lanjut, Sinta Bubu
menerangkan, untuk membangun perusahaan start up berkelas dunia memang tidak
mudah. Salah satu syaratnya produk yang dihasilkan harus memberikan solusi atau
melayani pasar yang tepat.
“Jadi, konten lokal dengan
jangkauan global serta memiliki pengguna yang konsisten dan persisten,”
ujarnya.
Sementara itu, Intan Fitriana Fauzi
dari Menjahit Kembali Merah Putih mengatakan start up lokal harus siap
berkompetisi dengan start up asing yang masuk ke pasar e-Commerce Indonesia.
Apalagi, saat ini pelaku e-Commerce
asing ini tertarik untuk masuk ke Indonesia karena negara ini merupakan pasar
e-Commerce paling potensial dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa.
Untuk itu, keberadaan start up
lokal harus didukung agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Salah satu syaratnya jelas Intan
start up Indonesia harus memiliki produk yang bagus untuk memenuhi pasar lokal
serta pasar internasional. “Start up lokal harus mampu berekspansi ke luar.
Makanya,produk yang kita buat harus berkualitas Jika ada produk luar yang
lebih baik, maka produk lokal akan tersisih,” ujar Intan.
Ditempat yang sama, CEO DOOgether
Fauzan Gani menjelaskan membangun start up bukanlah perkara mudah.
Untuk itu, memerlukan rekanan yang
dapat berjalan bersama pertumbuhan bisnis. Banyak pilihannya, bisa dengan
merekrut co-founder atau menggandeng angel investor yang telah berinvestasi.
“Sebagai founder akan diuji
bagaimana memimpin perusahaan yang baik, membangun budaya kerja, membina tim,
hingga manajemen waktu untuk berbagai keputusan yang tepat. “Kesulitan ini akan
semakin terasa bila founder belum memiliki banyak pengalaman untuk
menanganinya,” terangnnya.
Doogether merupakan jaringan pusat
kebugaran terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota mencapai lebih dari
12.000 orang dengan 100 studio fitness dan gym yang tersedia di platform. (KT-rls)
0 komentar:
Post a Comment