Presiden Joko Widodo kerap
mendapatkan pertanyaan dari berbagai kalangan mengenai manfaat gencarnya
pembangunan infrastruktur di tanah air.
Saat memberikan sambutan dalam
acara Sarasehan Nasional DPD-RI di Gedung Nusantara 4 MPR/DPR/DPD, Presiden
Joko Widodo memberikan jawaban yang lugas dan tegas.
Presiden menjelaskan alasan
kenapa pembangunan infrakstruktur saat
ini tidak lagi Jawa sentris tapi Indonesia sentris.
“Membangun dari pinggiran,
membangun dari pulau-pulau terluar, ya karena daerah-daerah sangat membutuhkan
itu,” ujar Presiden.
Jalan trans Kalimantan, trans
Sumatra, trans Papua adalah contoh infrastruktur yang dibangun agar mobilitas
orang dan mobilitas barang lebih cepat dan harga bahan pokok menjadi semakin
murah di berbagai kawasan di Indonesia.
"Kita bangun agar ketimpangan
infrastruktur antara Indonesia bagian barat, tengah, dan timur itu menjadi
seimbang," tegasnya di hadapan para anggota DPD yang hadir pada Jumat, 17
November 2017.
Ketimpangan infrastruktur ini dalam
realitasnya menjadikan rakyat Indonesia, khususnya di bagian timur, tidak
merasakan keadilan sosial sebagaimana yang dirasakan saudara-saudaranya di
Pulau Jawa misalnya.
"Ini bukan hanya masalah
ekonomi, ini adalah masalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia," ujar Presiden.
Di saat rakyat di Pulau Jawa
mendapatkan bahan bakar minyak dengan harga Rp6.450, saudara-saudara kita di
Papua malah harus membayarnya dengan harga Rp60 ribu, bahkan hingga mencapai
Rp100 ribu per liternya. Betapa perbedaannya sangat jauh.
"Kalau masih Rp10-15 ribu
(perbedaannya) bisa saya maklumi. Tapi kalau Rp60 ribu itu sudah 10 kali lipat.
Saya perintahkan kepada Menteri BUMN, saya minta harga bensin di Papua
khususnya di Pegunungan Tengah, di Wamena, harganya sama seperti di Jawa. Tapi
baru satu setengah tahun setelah perintah itu harga bisa sama dengan di
Jawa," ucapnya.
Demikian halnya dengan harga
komoditas lain seperti semen. Di Jawa harganya berkisar Rp70-80 ribu, sementara
di Papua bisa menembus hingga Rp1 juta per sak.
"Sedih rasanya waktu saya ke
Wamena. Di Jawa harganya Rp70-80 ribu, di sana Rp800 ribu per sak. Pada bulan
di mana cuaca tidak mendukung kadang menjadi Rp1,5 juta dan di
kabupaten-kabupaten tertentu bisa Rp2,5 juta," tuturnya.
Inilah mengapa jalan trans-Papua
dibangun di sana. Presiden berharap, apabila jalan tersebut selesai,
barang-barang dapat diangkut melalui jalur darat dengan cepat sehingga
harga-harga kebutuhan di sana akan semakin menurun.
"Kalau trans-Papua ini selesai
dan semen bisa diangkut lewat darat saya yakin bahwa harga itu kurang lebih
mirip dengan di Jawa. Terpaut Rp10-20 ribu masih maklum, tapi kalau 10-20 kali
lipat itu bukan hal yang wajar," tegasnya. (KT-rls)
0 komentar:
Post a Comment